Selasa, 29 Desember 2009

TUGAS SEMESTER 4

HUBUNGAN KEBIJAKAN BANTUAN BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH TERHADAP BERLANGSUNGNYA KEGIATAN EKSTRA KURIKULER

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Survey Pendidikan

Dosen Pengampu :
1. Siti Irene Dwi Astuti, M.Si












Oleh :
Bakhtiardi Putra S 07110241001




PROGRAM STUDI ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN
JURUSAN FILSAFAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2009


BAB I 
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 
 Pendidikan merupakan sarana dalam rangka memajukan kualitas seorang manusia, melalaui pendidikan juga, pribadi seorang manusia dapat terbentuk. Begitu vitalnya peran pendidikan dalam kehidupan manusia, sehingga pendidikan seharusnya mempunyai kualitas yang sangat bermutu sehingga produk yang dihasilkan oleh pendidikan diharapkan dapat membantu manusia untuk menjadi lebih baik dan tetap survive dalam melakoni kehidupan yang semakin hari semakin kejam.
 Tak dapat di pungkiri bahwa pendidikan nasional merupakan tonggak yang kuat dalam memajukan pendidikan yang ada di Indonesia oleh karena itu pendidikan nasional hendaknya mempunyai kualitas yang baik sehingga nantinya dapat memenuhi tujuan pendidikan Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, serta dapat memberikan suplemen yang hebat untuk peserta didik sehingga nantinya peserta didik dapat menjalani kehidupan ini dengan baik.
 Selain mempunyai kualitas yang bagus, hendaknya pendidikan nasional kita juga dapat dijangkau oleh semua warga Indonesia, baik itu dari kalangan atas, menengah ataupun kalangan bawah. Atau dengan kata lain pendidikan kita harus terjangkau. 
Namun setiap terjadi pergantian tahun ajaran baru berbondong-bondong sekolah sekolah menaikan uang masuk sekolah. Yang bertujuan agar dapat membangun sekolahnya menjadi lebih bagus. Akibat kebijakan sekolah untuk menaikan uang masuk sekolah maka dapat berakibat banyaknya anak usia sekolah tidak dapat melanjutkan sekolah yang dikarenakan terbenturnya biaya sekolah. Karena sebagian besar masyarakat Indonesia adalah menengah kebawah. Dan angka putus sekolah akan meningkat secara tajam dan mereka (siswa yang putus sekolah) lebih memilih untuk bekerja mencari uang daripada bersekolah. Dan ini juga akan berdampak bagi bangsa Indonesia, karena ditangan para siswa inilah kelak bangsa Indonesia ini akan dibawa kemana.
Apabila hanya karena masalah biaya pendidikan yang mahal sehingga Indonesia ini tidak maju-maju hendaknya pemerintah harus malu. Dalam hal ini pemerintah bertanggungjawab penuh dalam hal pembiayaan pendidikan. Dengan menjamurnya sekolah-sekolah yang mahal pemerintah harus melakukan tindakan cepat untuk menyusun suatu kebijakan agar pendidikan nasional kita tidak mahal.
 Dengan sangat sigap pemerintah melakukan respon dengan adanya masalah ini. Pemerintah membuat kebijakan yaitu pemerintah memberi Bantuan Operasional Sekolah bagi setiap sekolah dasar yang ada di Indonesia. Dengan begitu dapat dipastikan bahwa biaya sekolah gratis atau siswa tidak dipungut biaya sama sekali. Sehingga dapat diharapkan siswa yang putus sekolah dikarenakan kekurangan biaya dapat berkurang. 
 Dengan adanya kebijakan Bantuan Operasional Sekolah tersebut diharapkan kualitas mutu pendidikan di Indonesia juga meningkat. Karena biaya pendidikan sudah gratis sehingga peserta didik tidak harus memikirkan bagaimana mencari uang untuk dapat bersekolah. Sekaligus motivasi peserta didik untuk belajar juga harus semakin meningkat.
 Orang tua sebagai orang terdekat dari peserta didik diharapkan juga dapat memotivasi semangat belajar peserta didik. Karena orang tua juga tidak lagi bingung memikirkan biaya pendidikan anaknya. Dan akhirnya kualitas mutu pendidikan di Indonesia dapat tercapai.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Orientasi Kebijakan pemerintah periode 2004 – 2009 pada pembangunan di sektor pendidikan. Lebih ditekankan pada peningkatan kualitas pendidikan kita agar menjadi lebih baik. Dengan Implementasi program wajib belajar 9tahun dan biaya pendidikan yang relative murah, sehingga sebagian besar warga Indonesia yang statusnya menengah kebawah mendapat pendidikan yang layak. Kenaikan harga BBM yang begitu tinggi berdampak pada daya beli masyarakat miskin menurun drastic, ini ditakutkan dapat menghambat program wajib belajar 9tahun. Karena penduduk miskin semain sulit memenuhi kebutuhan pendidikan. Oleh karena itu program PKPS-BBM (Progrma Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak) pada bidang pendidikan harus dilanjutkan. Hal ini mendasari mengenai program pemerintah tentang Bantuan Operasional Sekolah. Untuk pengelolaan Biaya Operasional Sekolah dilakuakan oleh Dinas Pendidikan sedangkan untuk Bantuan Operasional Madrasah dikelola oleh Departemen Agama.
Dengan tujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa miskin yang mengenyam pendidikan sekolah dasar dan meringankan siswa yang berada disekolah swasta. Namun dengan dana seperti itu sekolah dituntut untuk mengatasi berbagai masalah yang pasti tidak cukup untuk diselesaikan jika hanya mendapatkan dana sebesar itu.
Undang Undang No 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2009 mewajibkan pemerintah daerah untuk menambahi kekurangan dana bantuan operasional sekolah. Sehingga gubernur/walikota/bupati harus menambahi kekurangan biaya pendidikan yang sudah mendapat bantuan dari pemerintah pusat agar pendidikan dapat gratis.
Motivasi belajar siswa yang selama ini cenderung kurang yang dikarenakan tidak mempunyai waktu karena harus bekerja untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Diharapkan dengan adanya kebijakan Bantuan Operasional Sekolah ini motivasi belajar siswa meningkat karena sudah tidak lagi 
C. PEMBATASAN MASALAH
Jika dilihat Dana Bantuan Operasional Sekolah sangatlah minim. Dana itu hanya dapat memenuhi berbagai sektor operasional dalam sekolah. Kemudian program-program sekolah yang lain yang juga membutuhkan dana bagaiamana? Apakah akan vakum atau bagaimana? Ini yang menjadi masalah diberbagai sekolah yang menerima dana Bantuan Operasional Sekolah. Sperti pada kegiatan ekstra kurikuler sekolah, kegiatan ini merupakan sarana untuk mengembangkan kreatifitas siswa di luar aspek akademik. Kegiatan ekstra kurikuler merupakan wadah untuk mengembangkan bakat yang dimiliki siswa. Dengan adanya kegiata ekstra kurikkuler ini dapat menambah motivasi siswa untuk belajar disekolah. Apabila kegiatan ekstra kurikuler disekolah ini vakum/mati maka akan hilang wadah bagi pengembangan kreatifitas dan bakat siswa. Dengan kata lain dapat membunuh kreatifitas siswa.
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang tidak hanya mencerdasakan peserta didik dari aspek akademis saja harus mempunyai seuatu kebijakan khusus mengenai kegiatan ekstra kurikuler ini. Sekolah dituntut untuk kreatif agar pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler ini dapat berjalan dengan lancar.





D. PERUMUSAN MASALAH
Dari berbagai uraian diatas baik dalam latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembataan masalah maka untuk memperjelas ruang lingkup masalah maka perlu dirumuskan suatu rumusan masalah yaitu : 
a. Adakah hubungan kebijakan Bantuan Operasional Sekolah terhadap berlangsungnya kegiatan ekstra kurikuler sekolah ?
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan Perumusan Masalah diatas maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah : 
a. Untuk mengetahui hubungan mengenai kebijakan Bantuan Operasional Sekolah terhadap berlangsungnya kegiatan ekstra kurikuler sekolah.
F. KEGUNAAN PENELITIAN
a. Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan seberapa berpengaruh kebijakan dana Bantuan Operasional Sekolah terhadap berlangsungnya kegiatan ekstra kurikuler sekolah sehingga dapat meningkatkan kualitas mutu pendidikan.
b. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi sekolah untuk mengambil suatu kebijakan mengenai kegiatan ekstra kurikuler yang berlangsung di sekolah.














BAB II
KERANGKA TEORI
I. KAJIAN TEORI
BIAYA PENDIDIKAN 
 Sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Biaya pendidikan dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu Biaya Satuan Pendidikan, Biaya Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan, serta Biaya Pribadi Peserta Didik. 
1. Biaya Satuan Pendidikan adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan meliputi :
a. Biaya investasi adalah biaya pengadaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap.
b. Biaya Opersional terdiri dari biaya personalia dan non personalia. Biaya personalia terdiri dari gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan-tunjangan yang melekat pada gai. Biaya nono personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dll.
c. Bantuan Biaya Pendidikan, yaitu dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya.
d. Beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang berprestasi.
2. Biaya Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan adalah biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan penyelenggara/satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.
3. Biaya Pribadi Peserta Didik adalah biaya operasional yang meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. 
Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan dasar 9 tahun, tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah terkait biaya satuan pendidikan telah diatur dalam PP No.48/2008 yang intinya adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap pendanaan biaya investasi dan biaya operasional satuan pendidikan bagi sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah/pemerintah daerah sampai terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan.
2. Sekolah yang diselenggarakan pemerintah/pemerintah daerah menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal, selain dari pemerintah dan pemerintah daerah, pendanaan tambahan dapat juga bersumber dari masyarakat, bantuan asing yang tidak mengikat, dan/atau sumber lain yang sah.
3. Pemerintah dan pemerintah daerah dapat membantu pendanaan biaya nonpersonalia sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat..
Dengan begitu maka lahirlah suatu kebijakan Bantuan Opersional Sekolah. Kebijakan ini merupakan jawaban dari isu-isu mahalnya biaya pendidikan. Dengan adanya program bantuan operasional sekolah ini diharapkan dapat meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajibbelajar 9 tahun yang bermutu. Sasaran program BOS adalah semua sekolah SD dan SMP, termasuk SMP Terbuka dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di Indonesia. Program Kejar Paket A dan Paket B tidak termasuk sasaran dari program BOS ini. Besarnya Biaya BOS adalah :
a. SD/SDLB di Kota Rp. 400.000,00 per siswa per tahun
b. SD/SDLB di Kabupaten Rp. 397.000,00 per siswa per tahun
c. SMP/SMPLB/SMPT di Kota Rp. 575.000,00 per siswa per tahun
d. SMP/SMPLB/SMPT di Kabupaten Rp. 570.000,00 per siswa per tahun.
Sekolah yang menyatakan menerima BOS dibagi menjadi 2 ( dua ) kelompok, dengan hak dan kewajiban sebagai berikut : 
a. Apabila di sekolah tersebut terdapat siswa miskin, maka sekolah diwajibkan membebaskan segala jenis pungutan / sumbangan / iuran seluruh siswa miskin. Sisa dana BOS ( bila masih ada ) digunakan untuk mensubsidi siswa lainnya. Dengan demikian sekolah tersebut menyelenggarakan pendidikan gratis terbatas. Bila seluruh siswa tergolong miskin dan atau bila dana BOS cukup untuk membiayai seluruh kebutuhan sekolah, maka otomatis sekolah tersebut menyelenggarakan pendidikan gratis.
b. Bagi sekolah yang tidak mempunyai siswa miskin, maka dana BOS digunakan untuk mensubsidi seluruh siswa, sehingga dapat mengurangi pungutan/sumbangan/iuran yang dibebankan kepada orangtua siswa, minimum senilai dana BOS yang diterima sekolah.
EKSTRA KURIKULER
 Ekstra Kurikuler merupakan kegiatan diluar kegiatan pembelajaran akademik yang didalamnya terdapat perkembangan kratifitas siswa, menjalin hubungan dengan pihak luar, dan tempat penyaluran bakat siswa dibidang non akademis. Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan yang sah dan diperbolehkan berlangsung didalam sekolah. Berlangsungnnya kegiatan ekstrakuriuler tentunya diluar jam belajar mengajar. Setelah pulang sekolah ataupun pada hari libur. 
 Kegiatan ini bertujuan untuk mengasah kreatifitas siswa dalam bidang non akademis dan sebagai tempat pengembangan bakat siswa. Siswa dapat memilih apapun kegiatan ekstra kurikuler yang mereka suka, asalkan tidak mengganggu kegiatan belajar siswa itu sendiri. Setiap bidang kegiatan ekstra kurikuler terdapat guru Pembina yang bertugas untuk membina kegiatan ekstra kurikuler tersebut.
 Dalam pelaksanaannya, kegiatan ekstrakurikuler tersebut menggunakan dana yang dikeluarkan oleh pihak sekolah. Dengan begitu kegiatan ekstra kurikuler dapat berlangsung dengan lancar. 
II. Kerangka Berfikir
 Kebijakan pemerintah tentang dana Bantuan Operasional Sekolah memiliki berbagai dampak baik itu dampak yang positif maupun dampak yang negative. Dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan ekstra kurikuler sangat bergantung sekali dengan dana yang dikucurkan oleh sekolah untuk mengembangan setiap kegiatan ekstra kurikuler disekolah. Dahulu sekolah masih mampu membiayai kegiatan ekstra kurikuler di karenakan sekolah masih mendapat sumbangan dana dari murid yang bersekolah. Tetapi untuk sekarang dengan adanya Bantuan Operasional Sekolah otomatis sekolah tidak mendapat dana sumbangan dari siswa dan dana yang berasal dari Biaya Operasional tersebut sangatlah terbatas, sehingga dengan sangat terpaksasekolah mengambil suatu kebijakan untuk meniadakan kegiatan ekstra kurikuler dengan alasan tidak ada dana untuk melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler tersebut.
III. Hipotesis
Dari perumusan masalah diatas dapat dirumuskan hipotesis yaitu :
a. Tedapat hubungan adanya kebijakan sekolah gratis yang dicanagkan oleh pemerintah dengan berlangsungnya kegiatan ekstra kurikuler. Dar penjabaran diatas menurut pendapat penulis dana merupakan factor yang penting dalam berlansungnya kegiatan ekstra kurikuler, jika sekolah gratis maka kegiatan ekstra kurikuler terancam tidak dapat berlangsung. Karena dana operasional sekolah yang diberikan oleh pemerintah sudah di alokasikan ke yang lain.
.


















Bab iii
Metodologi penelitian
I. TEKNIK SAMPLING
Populasi penelitian ini meliputi 7 SMP yang memperoleh Bantuan Biaya Operasional Sekolah di Kabupaten Wonogiri. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik bertahap. Sampel penelitian ini sebanyak 3 SMP. 
II. SKALA PENGUKURAN
I. SKALA LIKERTS
NO. PERTANYAAN JAWABAN
  SS ST RG TS STS
1. Saya setuju dengan adanya seklah gratis  
2. Dengan biaya sekolah gratis, kualitas mutu pendidikan akan naik  
3. Saya tidak setuju dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler  
4. Kegiatan ekstrakurikuler mengganggu proses belajar mengajar  
5. Kegiatan ekstrakurikuler dapat berjalan tanpa bantuan biaya dari sekolah  

 KET :
 SS = Sangat Setuju 
 ST = Setuju
 RG = Ragu-Ragu 

II. SKALA GUTTMAN
1. Dana BOS diberikan kepada kepada seluruh sekolah yang ada di Indonesia. 
a. Setuju b. Tidak Setuju
2. Dengan adanya dana BOS beban orang tua murid semakin ringan.
a. Ya b. Tidak 
3. Bagaimana pendapat anda jika kegiatan ekstrakurikuler ditiadakan ?
a. Setuju b. Tidak Setuju
4. Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler, bakat peserta didik dapat dikembangkan.
a. Ya b. Tidak
5. Kegiatan ekstrakurikuler mempengaruhi prestasi akademik peserta didik.
a. Ya b. Tidak
III. SKALA SEMANTIC DEFFERENSIAL
Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
1. Berikan penilaian tentang kebijakan dana BOS untuk sekolah
Pembangunan Lancar 5 4 3 2 1 Pembangunan terhenti
Meringankan biaya sekolah 5 4 3 2 1 Membebani Sekolah
Meningkatkan Mutu Sekolah 5 4 3 2 1 Menurunkan Mutu Sekolah
Etos Kerja Guru Tinggi 5 4 3 2 1 Etos Kerja Guru Rendah
Keg, Ekstra Berjalan Lancar 5 4 3 2 1 Keg, Ekstra Tidak Berjalan
2. Berikan Penilaian mengenai kegiatan ekstrakurikuler
Mengembangkan Bakat Siswa 5 4 3 2 1 Mengubur Bakat Siswa
Motivasi Berprestasi tinggi 5 4 3 2 1 Motivasi Berprestasi Rendah
Mempererat Persatuan Siswa 5 4 3 2 1 Memecah belah Siswa
IV. SKALA RATING SCALE
Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
4 = Sangat Baik / Sangat Setuju 2 = Kurang Baik / Kurang Setuju
3 = Cukup Baik / Sangat Setuju 1 = Sangat Tidak Baik / Sangat Tidak
  Setuju
NO. PERTANYAAN INTERVAL JAWABAN
1. Ketepatan alokasi dana BOS bagi sekolah 4 3 2 1
2. Alokasi dana BOS untuk pembangunan 4 3 2 1
3. Transparansi Pengelolaan dana BOS 4 3 2 1
4. Pengadaan Buku dengan dana BOS 4 3 2 1
5. Kegiatan Ekstrakurikuler menggunakan dana BOS 4 3 2 1

DAFTAR PUSTAKA

http://www.aman.web.id
http://indo.dikbudcairo.org/index.php?option
http://www.geocities.com/HotSprings 
http://chabib.wordpress.com/2007/06/14/ 




TUGAS SEMESTER 4

Pola Kebijakan Sekolah dalam Kegiatan Ekstra kurikuler dalam Rangka Menghadapi Bantuan Biaya Operasional Sekolah (BOS)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Penelitian Pendidikan

Dosen Pengampu :
1. Prof. Suyata, Ph.D.
2. Joko Sri Sukardi, M.Si












Oleh :
Bakhtiardi P.S 07110241001



PROGRAM STUDI ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN
JURUSAN FILSAFAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2009
BAB I 
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 
 Pendidikan merupakan sarana dalam rangka memajukan kualitas seorang manusia, melalaui pendidikan juga, pribadi seorang manusia dapat terbentuk. Begitu vitalnya peran pendidikan dalam kehidupan manusia, sehingga pendidikan seharusnya mempunyai kualitas yang sangat bermutu sehingga produk yang dihasilkan oleh pendidikan diharapkan dapat membantu manusia untuk menjadi lebih baik dan tetap survive dalam melakoni kehidupan yang semakin hari semakin kejam.
 Tak dapat di pungkiri bahwa pendidikan nasional merupakan tonggak yang kuat dalam memajukan pendidikan yang ada di Indonesia oleh karena itu pendidikan nasional hendaknya mempunyai kualitas yang baik sehingga nantinya dapat memenuhi tujuan pendidikan Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, serta dapat memberikan suplemen yang hebat untuk peserta didik sehingga nantinya peserta didik dapat menjalani kehidupan ini dengan baik.
 Selain mempunyai kualitas yang bagus, hendaknya pendidikan nasional kita juga dapat dijangkau oleh semua warga Indonesia, baik itu dari kalangan atas, menengah ataupun kalangan bawah. Atau dengan kata lain pendidikan kita harus terjangkau. 
Namun setiap terjadi pergantian tahun ajaran baru berbondong-bondong sekolah sekolah menaikan uang masuk sekolah. Yang bertujuan agar dapat membangun sekolahnya menjadi lebih bagus. Akibat kebijakan sekolah untuk menaikan uang masuk sekolah maka dapat berakibat banyaknya anak usia sekolah tidak dapat melanjutkan sekolah yang dikarenakan terbenturnya biaya sekolah. Karena sebagian besar masyarakat Indonesia adalah menengah kebawah. Dan angka putus sekolah akan meningkat secara tajam dan mereka (siswa yang putus sekolah) lebih memilih untuk bekerja mencari uang daripada bersekolah. Dan ini juga akan berdampak bagi bangsa Indonesia, karena ditangan para siswa inilah kelak bangsa Indonesia ini akan dibawa kemana.
Apabila hanya karena masalah biaya pendidikan yang mahal sehingga Indonesia ini tidak maju-maju hendaknya pemerintah harus malu. Dalam hal ini pemerintah bertanggungjawab penuh dalam hal pembiayaan pendidikan. Dengan menjamurnya sekolah-sekolah yang mahal pemerintah harus melakukan tindakan cepat untuk menyusun suatu kebijakan agar pendidikan nasional kita tidak mahal.
 Dengan sangat sigap pemerintah melakukan respon dengan adanya masalah ini. Pemerintah membuat kebijakan yaitu pemerintah memberi Bantuan Operasional Sekolah bagi setiap sekolah dasar yang ada di Indonesia. Dengan begitu dapat dipastikan bahwa biaya sekolah gratis atau siswa tidak dipungut biaya sama sekali. Sehingga dapat diharapkan siswa yang putus sekolah dikarenakan kekurangan biaya dapat berkurang. Sehingga diharapkan tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa akan tercapai.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Orientasi Kebijakan pemerintah periode 2004 – 2009 pada pembanguna di sektor pendidikan. Lebih ditekankan pada peningkatan kualitas pendidikan kita agar menjadi lebih baik. Dengan Implementasi program wajib belajar 9tahun dan biaya pendidikan yang relative murah, sehingga sebagian besar warga Indonesia yang statusnya menengah kebawah mendapat pendidikan yang layak. Kenaikan harga BBM yang begitu tinggi berdampak pada daya beli masyarakat miskin menurun drastic, ini ditakutkan dapat menghambat program wajib belajar 9tahun. Karena penduduk miskin semain sulit memenuhi kebutuhan pendidikan. Oleh karena itu program PKPS-BBM (Progrma Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak) pada bidang pendidikan harus dilanjutkan. Hal ini mendasari mengenai program pemerintah tentang Bantuan Operasional Sekolah. Untuk pengelolaan Biaya Operasional Sekolah dilakuakan oleh Dinas Pendidikan sedangkan untuk Bantuan Operasional Madrasah dikelola oleh Departemen Agama.
Dengan tujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa miskin yang mengenyam pendidikan sekolah dasar dan meringankan siswa yang berada disekolah swastar. Namun dengan dana seperti itu sekolah dituntut untuk mengatasi berbagai masalah yang pasti tidak cukup untuk diselesaikan jika hanya mendapatkan dana sebesar itu.
Undang Undang No 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2009 mewajibkan pemerintah daerah untuk menambahi kekurangan dana bantuan operasional sekolah. Sehingga gubernur/walikota/bupati harus menambahi kekurangan biaya pendidikan yang sudah mendapat bantuan dari pemerintah pusat agar pendidikan dapat gratis.
C. PEMBATASAN MASALAH
Jika dilihat Dana Bantuan Operasional Sekolah sangatlah minim. Dana itu hanya dapat memenuhi berbagai sektor operasional dalam sekolah. Kemudian program-program sekolah yang lain yang juga membutuhkan dana bagaiamana? Apakah akan vakum atau bagaimana? Ini yang menjadi masalah diberbagai sekolah yang menerima dana Bantuan Operasional Sekolah. Sperti pada kegiatan ekstra kurikuler sekolah, kegiatan ini merupakan sarana untuk mengembangkan kreatifitas siswa di luar aspek akademik. Kegiatan ekstra kurikuler merupakan wadah untuk mengembangkan bakat yang dimiliki siswa. Dengan adanya kegiata ekstra kurikkuler ini dapat menambah motivasi siswa untuk belajar disekolah. Apabila kegiatan ekstra kurikuler disekolah ini vakum/mati maka akan hilang wadah bagi pengembangan kreatifitas dan bakat siswa. Dengan kata lain dapat membunuh kreatifitas siswa.
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang tidak hanya mencerdasakan peserta didik dari aspek akademis saja harus mempunyai seuatu kebijakan khusus mengenai kegiatan ekstra kurikuler ini. Sekolah dituntut untuk kreatif agar pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler ini dapat berjalan dengan lancar.
D. PERUMUSAN MASALAH
Dari berbagai uraian diatas baik dalam latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembataan masalah maka untuk memperjelas ruang lingkup masalah maka perlu dirumuskan suatu rumusan masalah yaitu : 
a. Apakah ada dampak kebijakan Bantuan Operasional Sekolah terhadap kegiatan ekstra kurikuler sekolah ?
b. Kebijakan apa saja yang diambil oleh pihak sekolah dengan adanya kebijakan Bantuan Operasional Sekolah terhadap eksistensi kegiatan ekstra kurikuler sekolah ?
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan Perumusan Masalah diatas maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah : 
a. Untuk mengetahui apakah ada dampak mengenai kebijakan sekolah gratis terhadap kegiatan ekstra kurikuler sekolah.
b. Untuk mengetahui kebijakan apa saja yang diambil pihak sekolah mengenai adanya kebijakan sekolah gratis terhadap eksistensi kegiatan ekstra kurikuler sekolah.

F. KEGUNAAN PENELITIAN
a. Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan seberapa berpengaruh kebijakan dana Bantuan Operasional Sekolah terhadap berlangsungnya kegiatan ekstra kurikuler sekolah sehingga dapat meningkatkan kualitas mutu pendidikan.
b. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi sekolah untuk mengambil suatu kebijakan mengenai kegiatan ekstra kurikuler yang berlangsung di sekolah.
G. KERANGKA TEORI
I. KAJIAN TEORI
BIAYA PENDIDIKAN 
 Sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Biaya pendidikan dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu Biaya Satuan Pendidikan, Biaya Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan, serta Biaya Pribadi Peserta Didik. 
1. Biaya Satuan Pendidikan adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan meliputi :
a. Biaya investasi adalah biaya pengadaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap.
b. Biaya Opersional terdiri dari biaya personalia dan non personalia. Biaya personalia terdiri dari gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan-tunjangan yang melekat pada gai. Biaya nono personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dll.
c. Bantuan Biaya Pendidikan, yaitu dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya.
d. Beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang berprestasi.
2. Biaya Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan adalah biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan penyelenggara/satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.
3. Biaya Pribadi Peserta Didik adalah biaya operasional yang meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. 
Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan dasar 9 tahun, tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah terkait biaya satuan pendidikan telah diatur dalam PP No.48/2008 yang intinya adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap pendanaan biaya investasi dan biaya operasional satuan pendidikan bagi sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah/pemerintah daerah sampai terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan.
2. Sekolah yang diselenggarakan pemerintah/pemerintah daerah menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal, selain dari pemerintah dan pemerintah daerah, pendanaan tambahan dapat juga bersumber dari masyarakat, bantuan asing yang tidak mengikat, dan/atau sumber lain yang sah.

3. Pemerintah dan pemerintah daerah dapat membantu pendanaan biaya nonpersonalia sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat..

Dengan begitu maka lahirlah suatu kebijakan Bantuan Opersional Sekolah. Kebijakan ini merupakan jawaban dari isu-isu mahalnya biaya pendidikan. Dengan adanya program bantuan operasional sekolah ini diharapkan dapat meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajibbelajar 9 tahun yang bermutu. Sasaran program BOS adalah semua sekolah SD dan SMP, termasuk SMP Terbuka dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di Indonesia. Program Kejar Paket A dan Paket B tidak termasuk sasaran dari program BOS ini. Besarnya Biaya BOS adalah :
a. SD/SDLB di Kota Rp. 400.000,00 per siswa per tahun
b. SD/SDLB di Kabupaten Rp. 397.000,00 per siswa per tahun
c. SMP/SMPLB/SMPT di Kota Rp. 575.000,00 per siswa per tahun
d. SMP/SMPLB/SMPT di Kabupaten Rp. 570.000,00 per siswa per tahun.
Sekolah yang menyatakan menerima BOS dibagi menjadi 2 ( dua ) kelompok, dengan hak dan kewajiban sebagai berikut : 
a. Apabila di sekolah tersebut terdapat siswa miskin, maka sekolah diwajibkan membebaskan segala jenis pungutan / sumbangan / iuran seluruh siswa miskin. Sisa dana BOS ( bila masih ada ) digunakan untuk mensubsidi siswa lainnya. Dengan demikian sekolah tersebut menyelenggarakan pendidikan gratis terbatas. Bila seluruh siswa tergolong miskin dan atau bila dana BOS cukup untuk membiayai seluruh kebutuhan sekolah, maka otomatis sekolah tersebut menyelenggarakan pendidikan gratis.
b. Bagi sekolah yang tidak mempunyai siswa miskin, maka dana BOS digunakan untuk mensubsidi seluruh siswa, sehingga dapat mengurangi pungutan/sumbangan/iuran yang dibebankan kepada orangtua siswa, minimum senilai dana BOS yang diterima sekolah.
EKSTRA KURIKULER
 Ekstra Kurikuler merupakan kegiatan diluar kegiatan pembelajaran akademik yang didalamnya terdapat perkembangan kratifitas siswa, menjalin hubungan dengan pihak luar, dan tempat penyaluran bakat siswa dibidang non akademis. Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan yang sah dan diperbolehkan berlangsung didalam sekolah. Berlangsungnnya kegiatan ekstrakuriuler tentunya diluar jam belajar mengajar. Setelah pulang sekolah ataupun pada hari libur. 
 Kegiatan ini bertujuan untuk mengasah kreatifitas siswa dalam bidang non akademis dan sebagai tempat pengembangan bakat siswa. Siswa dapat memilih apapun kegiatan ekstra kurikuler yang mereka suka, asalkan tidak mengganggu kegiatan belajar siswa itu sendiri. Setiap bidang kegiatan ekstra kurikuler terdapat guru Pembina yang bertugas untuk membina kegiatan ekstra kurikuler tersebut.
 Dalam pelaksanaannya, kegiatan ekstrakurikuler tersebut menggunakan dana yang dikeluarkan oleh pihak sekolah. Dengan begitu kegiatan ekstra kurikuler dapat berlangsung dengan lancar. 
II. Kerangka Berfikir
 Kebijakan pemerintah tentang dana Bantuan Operasional Sekolah memiliki berbagai dampak baik itu dampak yang positif maupun dampak yang negative. Dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan ekstra kurikuler sangat bergantung sekali dengan dana yang dikucurkan oleh sekolah untuk mengembangan setiap kegiatan ekstra kurikuler disekolah. Dahulu sekolah masih mampu membiayai kegiatan ekstra kurikuler di karenakan sekolah masih mendapat sumbangan dana dari murid yang bersekolah. Tetapi untuk sekarang dengan adanya Bantuan Operasional Sekolah otomatis sekolah tidak mendapat dana sumbangan dari siswa dan dana yang berasal dari Biaya Operasional tersebut sangatlah terbatas, sehingga dengan sangat terpaksasekolah mengambil suatu kebijakan untuk meniadakan kegiatan ekstra kurikuler dengan alasan tidak ada dana untuk melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler tersebut.
III. Hipotesis
Dari perumusan masalah diatas dapat dirumuskan hipotesis yaitu :
a. Tedapat dampak adanya kebijakan sekolah gratis dengan berlangsungnya kegiatan ekstra kurikuler.
b. Terdapat berbagai kebikan yang diambil sekolah dalam rangka menghadapi kebijakan sekolah gratis terhadap berlangsungnya kegiatan ekstra kurikuler.




TUGAS SEMESTER 4

Model – Model Pembelajaran

Oleh :
Bakhtiardi Putra S (07110241001)

Zaenal Irawan (07110241024)


 Model pembelajaran pendidikan Indonesia harus terus dinamis sesuai dengan tuntutan zaman yang semakin modern ini. Model yang tidak cocok lagi hendaknya segera ditinggalkan agar pendidikan Indonesia tidak tertinggal lebih jauh. Model pemeblajaran yang inovatif dan menumbuhkan kreatifitas-kreatifitas peserta didiklah yang sekarang diperlukan. Kami mempunyai secuil gagasan mengenai model pembelajaran yang inovatif. Kami memberi nama “Picture Mixer”. Model pembelajaran ini, selain melatih akademis siswa, model ini juga melatih kerjasama, kepemimpinan, rasa percaya diri, serta menunbuhkan sifat tanggap dan kritis terhadap keadaan lingkungan. Untuk menggunakan model pembelajaran ini diperlukan beberapa langkah :
1. Guru menyajikan materi sebagai pengantar.
2. Siswa dibagi dalam kelompok
3. Tiap kelompok diberi gambar yang berbeda
4. Tiap kelompok mendiskusikan gambar yang telah diberi.
5. Setelah mendapat hasil, tiap kelompok kemudian dicampur dengan kelompok lain yang tentu saja berbeda gambar.
6. Kelompok baru tersebut saling bertukar informasi dan berdiskusi mengenai hasil kajian kelompok yang sebelumnya.
7. Kemudian diambil kesimpulan dari apa yang telah didiskusikan.
8. Guru menambahi apabila kesimpulan yang diambil siswa kurang sempurna.
Dari model ini diharapkan ketajaman siswa terhadap suatu masalah semakin meningkat, selain itu tingkat kebosanan dapat diminimalisir. Sehingga siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dana dapat menyerap ilmu yang telah diajarkan oleh guru.


TUGAS SEMESTER 4

Pendidikan Anak usia dini
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah gerakan pemabahuruan pendidikan




 




Oleh :
cahyo edi p 0611024
Bakhtiardi P.S 07110241001
Budi ponidi 07110241020 
Ning tri pitajati 07110244009
Muhammad maghroby 0711024
  Idha ayu 07110244011
  




PROGRAM STUDI ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN
JURUSAN FILSAFAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2009


BAB I 
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG 
 Pendidikan merupakan sarana dalam rangka memajukan kualitas seseorang, melalaui pendidikan juga, pribadi seorang manusia dapat terbentuk. Begitu vitalnya peran pendidikan dalam kehidupan manusia, sehingga pendidikan seharusnya mempunyai kualitas yang sangat bermutu sehingga produk yang dihasilkan oleh pendidikan diharapkan dapat membantu manusia untuk menjadi lebih baik dan tetap survive dalam melakoni kehidupan yang semakin hari semakin kejam.
 Pendidikan yang sering didengung-dengungkan adalah perndidikan sepanjang hayat atau long life education. Yang dimaksud disini adalah proses pendidikan hendaknya berlangsung sepanjang hayat atau selama kita masih diberi umur oleh tuhan. Baik sejak lahir sampai nyawa keluar dari tubuh kita,
 Sejak lahir seorang bayi sudah mendapat pendidikan dari lingkungan sekitarnya, baik dari keluarga maupun tetangga-tetangga. Walaupun nilai pendidikan itu sangat sederhana seperti dalam hal mengenali suara, bentuk dan lain-lain. Namun itu sudah merupakan satu bentuk pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan sepanjang hayat ini tidak hanya terjadi dalam manusia yang baru lahir saja tetajuga bagi mereka yang sudah berusia tua. Agar pebih mencerdaskan otaknya, para orang tua juga harus mendapat pendidikan walaupun tidak secara formal.
 Seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin maju ilmu pengetahuan pun juga semakin maju dan berkembang secara pesat. Dengan spesialisasi-spesialisai dalam dunia pendidikan. Salah satunya diantaranya adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-8 tahun. Anak pada usia tersebut dipandang memiliki karakterisktik yang berbeda dengan anak usia diatasnya sehingga pendidikannya perlu untuk dikhususkan. PAUD telah berkembang dengan pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama dinegara-negara maju. karena menurut ilmu tersebut pengembangan kapasitas manusia akan lebih mudah dilakukan sejak usia dini.
 PAUD adalah investasi yang sangat besar bagi keluarga dan bangsa. Anak-anak adalah generasi penerus keluarga dan sekaligus penerus bangsa. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Merekalah yang kelak membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju, yang tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain. Dengan kata lain, masa depan bangsa sangat ditentukan oleh pendidikan yang diberikan kepada anak-anak kita.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah pendidikan anak usia dini
1. Abad XVIII dan sebelumnya
Istilah kindergarten atau Taman Kanak – Kanak baru dipakai Froebel tahun 1837. Meskipun demikian,pemikiran untuk mendirikan skolan khusus bagi anak – anak telah ada jauh sebelum itu. Beberapa tokoh penting seperti Martin Luher, J.A. Comenius, Pestalozzi, Darwin dan Seguin member sumbangan pemikiran yang tak ternilai untuk PAUD. Martin Luther (1483-1546), ia menyarankan agar anak laki – laki sebaiknya diberi pendidikan formal. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa anak laki – laki pada saat itu merupakan tulang punggung keluarga yang harus mampu menghidupi keluarganya,mendidik, membimbing dan mengarahkan anak – anaknya. Untuk itu, anak – anak laki – laki sebaiknya bisa membaca, menulis, dan berhitung. 
Sementara itu, John Amos Comenius (1592-1670), ia menginginkan agar semua anak mendapat kesempatan belajar di sekolah. Idenya yang cemerlang dan masih dipakai sampai sekarang adalah kurikulum yang terintegrasi (integrated curriculum) dan kurikulum yang member kesempatan anak untuk belajar melalui pengalaman langsung (hands on curriculum). Sedangkan Charles Darwin (1959) menulis buku The Origin of Species, dalam buku tersebut ia menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda. Agar anak bisa tetap hidup, ia harus berlatih beradaptasi dengan lingkungannya. Dan pendidik perlu menyadari bahwa perbedaan antar individu akan berdampak pada cara belajar individu yang berbeda.
Seorang pemerhati pendidikan anak lainnya ialah J.J. Rosseeau (1712-1778), ia menuangkan pemikirannya tentang PAUD dalam novelnya emile. Ia menentang pendapat bahwa anak adalah miniature orang dewasa dan menyarankan agar anak dididik sebagaimana kodratnya. Ia berpendapat bahwa pendidikan sebaiknya disesuaikan dengan usia anak. Sedangkan Pestalozzi (1747-1827) ia menekankan akan pentingnya kemerdekaan dan kebebasan batin anak dari segala tekanan dilingkungannya agr ia dapat belajar dan berpikir secara optimal. Ia menyarankan agar anak belajar dari benda – benda riil. Ia juga menyarankan agar rekreasi dan bermain dimasukkan sebagai bagian dari pendidikan anak.
2. Abad XIX
Salah satu tokoh pendiri taman kanak – kanak yang tenar pada abad ini ialah Friedrich Wilhelm Froebel (1782-1852). Froebel pernah belajar pada Pestalozzi meskipun ia tak seide benar dengannya. Namun, banyak persamaan pemikiran diantara keduannya mengenai TK. Ia mendirikan kindergarten (kinder = anak dan garten = taman) di jerman pada tahun 1837. Yang menarik dari sekolah Froebel ini ialah adanya gift dan occupation. Gift adalah adanyabenda – benda riil untuk sarana belajar anak. Sedangkan occupation ialah serentetan aktivitas yang urut. Selain itu tokoh PAUD pada abad ini adalah Robert Owen (1771-1850) di Amerika Serikat. Ia mendirikan sekolah anak (infant scholl) pada tahun 1824 yang terletak di New Harmony, Indiana yang kemudian menjadi terkenal. Sekolah Owen ini dalam beberapa segi memiliki kesamaan dengan sek0olah Froebel dan pemikiran Pestalozzi, yaitu menekankan agar anak belajar dari benda – benda konkret. Akan tetapi, Owen lebih menekankan pada kegiatan empiris. Menurutnya, ilmu pengetahuan diperoleh dari hasil interaksi anak dengan objek.
3. Abad XX
Pada abad ini salah satu tokoh PAUD adalah Maria Montessori, ia membuka sekolah di Roma, Italia pada tahun 1907 yang diberi nama Casa De Bambini (rumah anak). Casa De Bambini atau Children’s House di kemudian hari sangat dikenal dengan nama Montessori school. Pengalamannya mendidik anak ditulis dalam sebuah buku berjudul Scientific Paedagogy as Applied to Child Education in the Children’s House. Montessori menggambarkan kodrat anak sebagai makhluk yang memiliki daya informasi tinggi, yang dsikenal dengan teori The Absorbent of Mind Montessori, 1984). Menurut teori ini, anak memiliki daya serap yang tinggi terhadap informasi dari lingkungan sekitarnya. Menurutnya, pada tahap awal anak terus – menerus menyerap informasi dari lingkungannnya secara sadar atau tidak sadar. Disekolah Montessori, anak – anak dilatih untuk menguasai keterampilan yang akan dipakai seumur hidup (long life skills).
4. Perkembangan PAUD di Indonesia
Pola perkembangan Taman KAnak – Kanak di Indonesia dapat dikelompokkan menjadai empat tahap, yaitu zaman kerajaan, zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan Jepang dan zaman kemerdekaan. Pada zaman kerajaan, anak – anak raja pada umumnya belajar dari empu dan anak - anak dari rakyat biasa belajar di padepokan dengan system cantrik.
Pada zaman penjajahan Belanda, ada dua tipe sekolah TK, yaitu tipe Europese Lagere School (ELS) dan Froebel School. Namun hanya anak – anak Indonesia dari kalangan tertentu yang dapat memasuki kedua tipe sekolah ini, yaitu anak pegawai negeri golongan jaksa keatas. 
Ketika Jepang berkuasa di Indonesia menggantikan Belanda, system pendidikan TK beralih ke system Nippon. Hal itu antara lain disebabkan Jepang selain ingin menguasai Indonesia, juga ingin mengubah budaya Indonesia menjadi budaya Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, TK sedikit demi sedikit berkembang, dimulai di kota – kota besar. Ki Hadjar Dewantara merupakan tokoh penting dalam perkembangan TK di Indonesia. Jauh sebelum merdeka, beliau sudah memikirkan system pendidikan nasional, termasuk TK. Pemikiran beliau tentang PAUD dituangkan dalam buku yang berjudul Karya Ki Hadjar Dewantara bagian pertama Bab III. Beliau, melalui organisasi Taman Siswa, mendirikn Taman Indria di Kotagede, Yogyakarta pada tanggal 3 juli 1922. Taman Indria member layanan pendidikan bagi anak berusia dibawah 7 tahun. Beliau menggunakan istilah “taman” bukan “sekolah” dengan harapan bahwa TK itu bagaikan taman yang nyaman dan menyenanggkan bagi anak.
B. Pengertian paud
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
C. Tujuan paud
PAUD beujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesui falsafah suatu bangsa. Anak dapat dipandang sebagai individu yang baru mulai mengenal dunia dan ia juga sedang belajar berkomunikasi dengan orang lain dan belajar memahami orang lain. Untuk itu anak perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai hal tentang dunia dan isinya. Anak juga perlu dibimbing agar memahami berbagai fenomena alam dan dapat melakukan keterampilan – keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup di masyarakat. Interaksi anak dengan benda dan orang lain diperlukan agar anak mampumengembangkan kepribaian, watak, dan akhlak yang mulia. Usia dini merupakan saat yang sangat berharga untuk menanamkan nilai – nilai nasionalisme, agama, etika, moral dan sosialyang berguna untuk kehidupan anak selanjutnya.
Selain itu tujuan yang di emban oleh pendidikan anak usia dini adalah untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa dan untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
D. LANDASAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
1. Landasan Yuridis
Landasan yuridis (hukum) terkait pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini tersirat dalam amandemen UUD 1945 pasal 28 b ayat 2, yaitu “ Negara menjamin kelangsungan hidup, pengembangan dan perlindungan anak terhadap eksploitasi dan kekerasan”. Pemerintah Indonesia juga telah menandatangani konversi Hak Anak melalui Keppres No.36 tahun 1990 yang mengandung jewajiban Negara untuk pemenuhan hak anak. Ikut sertanya Indonesia dalam program pendidikan untuk semua pada waktu konferensi internasional di dakkar, Senegal tahun 2000. Secara khusus telah tertuang dalam UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003, dimana PAUD dibahas pada bagian ke tujuh pada pasal 28.
2. Landasan Empiris 
Dilihat dari segi pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan di Indonesia baik melalui jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah menunjukan bahwa anak usia dini yang memperoleh pelayanan pendidikan pra sekolah sangat rendah. Rendahnya tingkat partisipasi anak mengikuti PAUD berdampak pada endahnya kualitas SDM Indonesia, diikuti juga dengan terpuruknya kualitas pendidikan disegala bidang dan tingkatan. Rendahnya kyualitas pendidikan itu antara lain dipengaruhi oleh input, terutama calon siswa sebagai input. Rendahnya kualitas calon siswa berdsarkan pada suatu kenyataan bahwa selama in perhatian terhadap PAUD masih sangat minim.
3. Landasan Keilmuan 
Otak yang secara fisik merupakan organ lembut yang ada dikepala memiliki peran yang sangat penting selain sebagai pusat system saraf juga berperan dalam menentukan kualitas kecerdasan seseorang. Optimalisasi kecerdasan dimungkinkan apabila sejak anak usia dini telah mendapatkan stimulasi yang tepat untuk perkembangan otak. Perkembangan otak tidak berjalan secara linier, namun semua bagian otak dapat di stimulasi pada saat bersamaan.
E. PRINSIP PAUD
  Dalam program PAUD haruslah terjadi pemenuhan berbagai macam kebutuhan anak, mulai dari kesehatan, nutrisi danstimulasi pendidikan, juga harus dapat memberdayakan lingkungan masyarakat dimana anak itu tinggal.
1. Prinsip pelaksanaan program PAUD harus mengacu pada prinsip umum yang terkandung dalam konverensi hak anak, yaitu :
a. Nondiskriminasi, dimana semua anak dapat mengecap PAUD tanpa membedakan suku bangsa, jenis kelamin, bahasa, agama, tingkat social serta kebutuhan khusus setiap anak.
b. Dilakuakn demi kebaikan yang terbaik untuk anak, bentuk pengajaran, kurikulum yang diberikan harus sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, emosinal, dan konteks social dimana anak tersebt tinggal.
c. Mengakui adanya hak hidup kelangsungan hidup dan perkembangan yang sudah melekat pada anak.
d. Penghargaan terhadap pendapat anak, terutama yang menyangkut kehidupannya perlu mendapatkan perhatian dan tanggapan.
2. Prinsip pelaksanaan Program PAUD harus sejalan dengan prinsip pelaksanaan keseluruhan proses pendidikan.
a. Pengembangan diri, pribadi, karakter, serta kemampuan belajar anak diselsenggatakan anak secara tepat, terarah, cepat dan berkesinambungan.
b. Pendidikan dalam arti pembinaan dan pengembangan anak mencakup upaya meningkatkan sifat mampu mengembangkan diri dalam anak.
c. Pemantapan tata niali yang dihayati oleh anak sesuai system tata nilai hidup dalam masyarakat dan dilaksanakan dari bawah dengan melibatkan lembaga swadaya masyarakat.
F. Kurikulum dan Rencana Pembelajaran
Dengan adanya otonomi sekolah, guru atau IGTK dapat mengembangkan kurikulum sendiri. Pemgembangan kurikulum hendaknya mengikuti arahan, seperti yang disarankan oleh NAEYC dalam DAP. Dalam bukunya Reaching Potentils: Appropriate Curriculum and Assessment for Young Children, Bredekamp dan Rosegrant (1992) menyarankan agar pengembangan kurikulum unruk PAUD mengikuti pola sebagai berikut.
1. Berdasarkan Keilmuan PAUD
Kurilulum PAUD didasarkan atas ilmu terkini PAUD dan hasil – hasil penelitian tentang belajar dan pembelajaran. Kajian keilmuan secara komprehensif hendaknya menjadi landasan pengembangan kurikulum. Pengetahuan, keterampilan, serta sikap merupakan satu kesatuan. Cara memperoleh pengetahuan dan keterampilan akan mempengaruhi sikap anak, begitu pula sebaliknya (Katz dan Chard, 19789).
2. Mengembangkan Anak Secara Menyeluruh
Tujuan kurikulum hendaknya ditujukan untuk mengembangakan anak secara menyeluruh, yang meliputi aspek fisik-motorik, social, moral, emosional dan kognitif.

3. Relevan, Menarik, dan Menantang
Isi kurikulum hendaknya relevan, menarik dan menantang anak untuk melakukan eksplorasi, memecahkan masalah, mencoba, dan berpikir. Kurikulum yang efektif dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari konteks yang berarti dalam kehidupan anak.
4. Mempertimbangkan Kebutuhan Anak
Perencanaan kurikulum hendaknya mempertimbangkan kebutuhan anak, perkembangan anak, kebutuhan masyarakat dan ideology bangsa secra nasional. Kurikulum hendaknya realistis dan dapat dicapai anak. Apa yang dipelajari anak hendaknya sesuai dengan apa yang didinginkan anak, masyarakat dan Negara.
5. Mengembangkan Kecerdasan
Kurikulum hendaknya mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir, menalar, mengambil keputusan danmemecahkan masalah. Pembelajaran pada anak usia dini hendaknya tidak bersifat hafalan, tetapi mengembangkan kecerdasan dengan cara melatih anak berpikir, bernalar, mengambil keputusan dan memecahkan masalah.
6. Menyenangkan 
Kurikulum disesuaikan dengan kondisi psikologis anak sehingga anak merasa mampu, senang, rileks dan nyaman belajar di TK. Anak usia dini suka bermain, aktif dan selalu ingin tahu. Oleh karena itu, kegiatan kurikuler dirancang agar anak dapat belajar sambil bermain, aktif secara fisik dan mental untuk memuaskan rasa ingin tahunya.
7. Fleksibel 
Kurikulum hendaknya bersifat fleksibel, baik tentang isi maupun waktu agar dapat disesuaikan dengan perkembangan, minat dan kebutuhan setiap anak. Kurikulum TK diharapkan bisa mengakomodasi hal - hal baru, menyediakan alternative dan memungkinkan anak untuk memilih kegiatan. Selain itu, dalam pelaksanaannya tidak terlalu dibatasi oleh waktu.
8. Menyatu dan Padu
Kurikulum TK bersifat menyatu dan padu (unified and integrated), artinya tidak mengajarkan bidang studi sendiri – sendiri atau secara terpisah, tetapi secara terpadu dan terintegrasi melalui tematik unit.
Untuk mengembangkan kurikulum, sebaiknya guru memperhatikan hal – hal berikut:
a. Dasar filosofi dan model TK yang akan dipakai, misalnya model Froebel atau model Montessori.
b. Dasar yuridis, yaitu aturan – aturan dari pemerintah yang berlaku secara nasional.
c. Prinsip dasar keilmuan PAUD, teori perkembangan anak, teori belajar dan pembelkajaran anak usia dini, Mengakui adanya hak hidup kelangsungan hidup dan perkembangan yang sudah melekat pada anak,
d. Kebutuhan anak dan pengetahuan awal yang telah dimilikinya.
e. Kebutuhan masyarakat dan kecenderungan perubahannya.
f. Kemampuan guru dan tersedianya fasilitas di sekolah.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian kami diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa :
1. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan,sosio emosional,bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
2. Tujuan PAUD adalah membentuk anak Indonesia yang berkualitas
3. Landasan PAUD ada tiga yaitu landasan yuridis, empiris dan keilmuan
4. Prinsip PAUD harus Nondiskriminasi, Dilakuakn demi kebaikan yang terbaik untuk anak, Penghargaan terhadap pendapat anak
5. Kurikulum PAUD hendaknya terdapat :
a. Berdasarkan Keilmuan PAUD
b. Mengembangkan Anak Secara Menyeluruh
c. Relevan, Menarik, dan Menantang
d. Mempertimbangkan Kebutuhan Anak
e. Mengembangkan Kecerdasan
f. Menyenangkan
g. Fleksibel
h. Menyatu dan Padu


DAFTAR PUSTAKA

Mansur.2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suyanto, Slamet.2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Yogyakarta: Hikayat Publishing.
 http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dinis
 http://qeeasyifa.multiply.com/journal/item/61/MEMAHAMI_PENDIDIKAN_ANAK_USIA_DINI
 http://www.jugaguru.com/column/21/tahun/2008/bulan/12/tanggal/19/id/849




TUGAS SEMESTER 4

Pertarungan antara jiwa dan tubuh rene descartes
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah 
Filsafat manusia




 




Oleh :
Bakhtiardi P.S 07110241001
Praditya Ika Siwi 07110241002 
Rima cah yani 07110244003
  





PROGRAM STUDI ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN
JURUSAN FILSAFAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2009


BAB I 
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 
Ada dua hal penting yang harus kita ketahui, sebelum kita masuk kedalam pemikiran Descartes tentang manusia. Pertama mengenai dominasi ilmu biologi Aristotelian didalam tradisi akademik pada masa Descartes. Ketika itu ilmu-ilmu biologi yang diajarkan di universitas-universitas di Perancis, didominasi oleh konsep Aristotelian tentang jiwa. Jiwa dianggap sebagai prisip yang member kehidupan kepada makhluk hidup. Semua organism, baik tumbuh-tumbuhan dianggap memiliki jiwa, yakni jiwa vegetative. Dengan jiwa vegetative semua organism mampu menyerap makanan dan mampu bereproduksi. Akan tetapi, pada hewan terdapat jiwa tambahan yakni jiwa sensitive (kadand-kadang disenut jiwa hewani). 
Dengan jiwa sensitive , semua hewan mempunyai kemampuan yang lebih kompleks, misalnya daya penggerak, sensasi, ingatan, dan imajinasi. Satu-satunya makhluk hidup yang dipandang paling tinggi derajatnya adalah manusia, dianggap memiliki jiwa rasional. Dengan jiwa rasionalnya, manusia mampu berpikir secara sadar, membuat norma social, serta menyusun kebajikan kebajikan moral.
Aristoteles dan para pengikutnya melakukan beberapa observasi yang cerdik mengenai fungsi organis yang dihubungkan dengan jiwa, akan tetapi ditinjau dari titik pandang ilmu pengetahuan modern, pendekatannya memperlihatkan beberapa keterbatasan. Mereka mengira fungsi jiwa dapat dipandang sebagai factor utama, yang dapat menjelaskan seluruh fenomena kehidupan. Akan tetapi, dikemudian hari fungsi jiwa tersebut tidak dapat menjelaskan dirinya sendiri berdasarkan unit-unit ang lebih dasar.
Hal kedua yang perlu kita ketahui adalah pengalaman Descartes mengenai bergeraknya patung-patung akibat dorongan air. Descartes mengunjungi tempat yang sangat menarik, Yakni tempat serangkaian patung-patung mekanis yang ruwet, yang dirancang khusus didalam gua-gua ditepi sungai sheine. Jika para pengunjung menginjak piring-piring yang dibawah lantai, maka air-air akan mengalir melalui pipa-pipa dan katup-katup yang terdapat dalam paung-patung, sehingga dapat menyebabkan patung patung tersebut bergerak. Kendati hanya dimaksudkan untuk hiburan saja, patung-patung tersebut memberikan ilham bagi Descartes untuk teori-teorinya tentang badan-badan yang hidup, yang menurut anggapannya digerakan oleh kekuatan kekuatan mekanis.  
B. Rumusan masalah
Berdasarkan pemaparan diatas penulis akan memfokuskan pembahasan mengenai metode, fisika dan fisiologi serta filsafat Descartes tentang jiwa dan pertaliannya dengan tubuh. Sehingga diperoleh perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana metode yang diterapkan Descartes ?
2. Bagaimana ide dan pemikiran tentang fisika dan fisiologi Descartes?
3. Bagaimana filsafat descates tentang jiwa dan pertaliannya dengan tubuh ?


BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Descartes 
Obsesi Descartes adalah menjawab pertanyaan tentang bagaimana ilmu-ilmu non matematik bisa memiliki kepastian yang sama dengan hasil hasil yang diraih oleh geometris analitis. Jawaban Descartes adalah menerapkan cara berpikir geometris pada seluruh bidang pengetahuan tanpa terkecuali. Dalam geometri kita mulai dengan sebuah aksioma yang pasti dan jelas, seperti misalnya “sebuah garis lurus meruoakan jarak terpendek antar dua titik”. Kemudian kita menghubungkan aksioma aksioma tersebut melalui langkah kecil tapi pasti dan logis, untuk sampai pada sebuah kesimpulan. Cara seperti ini menurut desacaters dapat diterapkan di luar pengetahuan geometri yakni dengan cara berangkat dari data-data yang jelas dan tegas dan tidak dapat diragukan lagi.
Pada dasarnya Descartes ingin menunjukan kepada kita jalan menuju kepastian. Jalan itu adalah melalui keragu-raguan, yakni meragukan segala hal, dan kemudian mengambil sebagai aksioma apapun yang terbukti tidak dapat diragukan.
Dalam sebuah karyanya yang berjudul “Rules for the directions of the mind”. Descartes berusaha menunjukan bagaimana metodenya ini dapat diterapkan pada analisa mengenai dunia fisik. Pertama tentukan terlebih dahulu sifat-sifat dasar sederhana yang terdapat pada sebuah objek, yakni unit-unit elementer dan aksiomatis dari sebuah objek. Sifat dasar yang sederhana adalah gagasan atau kesan yang jelas. Yakni makna yang diberikan secara langsung dalam pengalaman dan terpilah-pilah, yakni makna yang tidak bisa diragukan dan dianalisis lagi lebih lanjut. Sumber utama yang muncul adalah karena menerima gagasan yang jelas, tetapi tidak terpilah pilah sebgai sifat dasar yang sederhana yakni sifat yang telah diragukan, tetapi tidak secara memadai. Kesan yang menyesatkan dari sebuah tingkat yang bengkok didalam air jernih misalnya, merupakan sebuah gagasan yang jelas tetapi tidak terpilah pilah. “bengkoknya” tongkat itu jelas, tetapi bisa saja diragukan, misalnya karena ada pembiasan dalam air. Padahal sebenarnya tongkat itu lurus.
Setelah secara sistematis Descartes meragukan gejala fisis, ia lalu menarik kesimpulan, bahwa hanya terdapat dua sifat dasar yang jelas dan tidak terpilah-pilah, atau yang tidak bisa diragukan dan di analisis lagi yakni keluasan atau eksistensi dan gerak. Ia percaya bahwa seluruh gejala alam fisis harus bisa dijlaskan yang hubungannya dengan dua sifat dasar tersebut.
B. FISIKA DAN FISIOLOGI DESCARTES
1. Fisika 
 “Risalah tentang Cahaya” menyajikan gagasan fisika Descartes, yang didasarkan pada analisis atas partikel partikel yang bergerak. Mengikuti aristoteles, Descartes percaya bahwa tidak ada ruang kosong, seluruh alam semesta sepenuhnya berisi partikel partikel yang bermacam-macam yang bentuk gerakannya bermacam-macam pula. Kalau sebuah partikel bergerak , ia tidak meninggalkan ruang kosong dibelakangnya, karena ruang tersebut disis oleh partikel partikel lain sama seperti jika seekor ikan berenang, maka ruang yang ditinggalkannya diisi oleh air.
 Descartes percaya bahwa ada tiga jenis partikel dasar dialam semesta, yakni apai, tanah, dan udara. Ia memahami “api” sebagai unsure yang paling kecil. Sedemikian kecilnya sehingga ketikan berkumpul mereka membentuk “perpaduan zat cair dan gas yang sangant sempurna, yang mampu mengisi ruang bentuk dan ukuran.
 Namun partikel udara agak lebih besar meskipun masih terlampau kecil untuk diamati secara langsung. Partikel-partikel yang jumlahnya sangat luar biasa ini mengisi segenap ruang diantara objek –objek dan secara serentak bergerakdalam ruang, begitu ruang itu dikosongkan oleh objek yang bergerak. 
 Menurut Descartes , partikel partikel udara secara alamiah memformulasikan dirinya sendiri kedalam kolom-kolom diantara objek-objek, yang kemudian membentuk dasar material dari sinar cahaya. Lebih lanjut Descartes berpendapat bahwa partikel-partikel tanah yang membentuk objek itu secara terus-menerus bergerak atau bergetar, dan gerakan gerakan atau getaran-getaran tersebut kedalam kolom-kolom sinar cahaya menuju mata. Sebaliknya, getaran-getaran sinar merangsang partikel partikel material dari mata dan gerakan yang simpatetik. Dengan cara demikian, Descartes memberikan landasan fisis bagi sensasi cahaya pada individu yang mempersepsi.
 Dalam menjelaskan hal ini Descartes menggunakan analogi orang buta ketika melihat benda-benda mengguankan tongkat. Setelah orang buta ini meraba-raba dengan tongkatnya dan menemukan sebuah objek padat, maka tekanan pada ujung tongkat disalurkan dan dipersepsi oleh tangan. Dengan demikian tongkat analog dengan sinar cahaya kartesian, yang menyalurkan gerak suatu stimulus dari satu ujung ke ujung yang lain.
2. FISIOLOGI
 Dalam hal ini Descartes tertarik pada rongga-rongga didalam otak, atau biasa disebut ventricles, yang berisi cairan jernih berwarna kuning, yang pada saat itu dinamakan roh-roh hewani dan sekarang dinamakan cairan cerebrospinal. Ia berspekulasi bahwa cairan tersebut merupakan cairan paling kecil dan halus dalam dalam darah. Yang disaring melalui partikel-partikel yang lebih kasar dalam pembuluh darah halus menuju otak. Kemudian ia meminjam gagasan ahli fisika kuno galen bahwa roh-roh hewani mengalir melalui jaringan saraf-saraf tubuh, untuk mengaktifkan otot khusus ke seluruh tubuh. Tanpa mikroskop Descartes meyakinkan kepada dirinya dan kita bahwa urat-urat syaraf yang tipis itu berlubang. Berkat roh-roh hewani yang bersifat cair dan rongga – rongga yang berlubang, tubuh-tubuh hewani bergerak dengan mekanisme ketika ada rangsangan atau stimulant dari luar maka rongga – rongga yang semula tertutup kemudian terbuka dan roh-roh hewani mengalir menuju seluruh tubuh dan menggerakan tubuh-tubuh hewani.
 Dari teori tersebut yang dianggap ridak mengguanakan istilah yang jelas dan pasti namun Descartes sebenarnya telah memformulasikan gagasan umum tentang apa yang kita namakan fefleks. Sebuah rangkaian neurofisiologis dimana suatu stimulus tertentu dari dunia luar secara otomatis menimbulkan respons tertetntu pada organism. Para dokter misalnya menguji reflex dengan cara memukul dengkul kita (stimulus) untuk menghasilkan tendangan yang tidak di sengaja oleh kaki kita (respons). Mekanisme yang dibayangkan oleh Descartes tentang reflex kini terbukti keliru, urat – urat syraf kita tidak berisi rongga – rongga yang berlubang untuk menyalurkan pesan indrawi dan bukan sebagai penyalur roh-roh hewani atau cairan cerebrospinal sebagai pemrakarsa gerakan. Akan tetapi konsepsi umum Descartes mengenai reflex-refleks sangat berguna untuk psikolog dan fisiolog, dan kelak para penerusnya dapat mengembangkan teori-teori yang lebih akurat, yang mendasarai tranmisi syaraf.
 Berdasarkan teprinya tersebut Descartes membagi dua jenis respons reflektif yaitu reflex bawaan dan reflex yang diperlajari. Pada bagian yang pertama (reflex bawaan) jiwa-jiwa vital secara langsung menggerakan syaraf melalui penarikan urat sehingga menghasilkan respons otomatis dan langsung. Contohnya adalah respons ketika tangan terlmapu dekat dengan api, maka sinyal dari tangan menuju otak sehingga menyebabkan tangan secara reflex ditarik dari api.
 Jenis reflex yang kedua adalah reflex yang dapat dipelajari merupakan rekasi-reaksi yang diperoleh melalui proses hasil belajar. Dalam hal ini Descartes menjelaskan sejenis system pengungkit yang fleksibel didalam otak, yang memungkinkan hentakan yang masuk dapat membuka syaraf-syaraf yang lain dari yang dirangsang. Pembedaan umumnya dari reflex bawaan dan reflex yang dipelajari merupakan gagasan yang luar biasa dan produktif dalam psikologi barat.
 Sementara reflex bawaan dan reflex yang dipelajar dapat menjelaskan kerja atau gerak organism melalui stimulus dari dunia luar. Descartes pun beranggapan bahwa baik manusia maupun hewan tidak selalu meiliki respons yang sama pada setiap stimulus. Factor-faktor internal pun memainkan peranan dalam respons respons hewani. Menurut pendapatnya, respons – respons terjadi karena interaksi stimulasi eksternal pada system syaraf dengan kesiapan emosional internal dari roh-roh hewani. Setelah itu terjadi, terbentuklah respons respons yang terjadi dengan cara yang spesifik sesuai dengan kesiapan emosional internal dari roh-roh hewani.
 Descartes percaya bahwa analisinya berhasil menunjukan bagaimana seluruh fungsi-fungsi tradisional mengenai roh-roh vegetative dan roh-roh hewani dapat dijelaskan secara mekanis, jadi bisa menggantikan penjelasan aristoteles yang sudah kadaluarsa. Ia mengatakan hewan dapat dimengerti secara lengkap dalam istilah-istilah mekanik. Sebagaimana menjelaskan benda-benda yang bergerak secara otomatis. Akan tetapi Descartes tidak mengatakn hal yang sama tentang manusia, meskipun fakta menunjukan bahwa dalam banyak hal manusia menyerupai tubuh hewan, dan beroperasi seperti mesin. Ada perbedan yang mendasar mengenai manusia dan hean. Manusia mempunyai kemampuan untuk bersdar dan berkehendak. Adanya segi subjektif dari pengelaman manusia secara luhur tidak mengizinkan Descartes untuk menganalisis manusia secara mekanistik. Descartes menghubungkan gejala manusia dan kehadiran jiwayang dianggapnya berinteraksi dengan tubuh mesin pada manusia, pendek kata Descartes membuang roh-roh vegetative dan roh-roh rohani tetapi mempertahankan jiwa rasional.
C. Filsafat Descartes tentang jiwa dan pertaliannya dengan tubuh
  Diskurusus tentang Metode sebuah karya Descartes yang otobiografis, dan merupakan sebuah karya filsafat yang klasik, berkenaan dengan analisis tentang jiwa rasional manusia. Dalam buku tersebut ia menggambarkan awal usaha filosofisnya untuk meragukan semua hal secara sistematis. Pertama-tama descates meraguakan segala sesuatu, namun setelah terus menerus ragu akhirnya ia samapai pada suatu ide yang tidak dapat diragukan. Dari keragu-raguan tersebut maka saya berpikir dan sakarena saya berpikir maka saya ada, sehinnga semua keraguan yang dikemukakan oleh para skeptic tidak mampu menggoyahkannya. Dari peryataan tersebut dapat diambil satu buah makna mengenai tubuh dan jiwa. Bahwa jiwa sangatlah berbeda dengan tubuh. Jiwa adala satu hal dan tubuh adalah hal yang lain.
  Dengan begitu dapat dipilahkan bahwa jiwa adalah suatu substansi yang seluruh esensi atau hakikatnya adalah berpikir dan untuk keberadaannya tidak memerlukan ruang atau benda material atau tubuh, ini berari bahwa jiwa ini berbeda dengan tubuh dan lebih mudah mengetahui daripada tubuh, dan seandainya tubuh mengalami aus jiwa tidak pernah berhenti untuk berada.
  Tubuh sepertihalnya benda benda fisik lainnya terdiri dari partikel partikel yang bergerak dan memiliki keluasan, jiwa yang esensinya adalah kesadaran dan berpikir, keberadaannya tidak bergantung pada ruang dan waktu karena ia merupakan “substansi” yang immaterial atau bukan fisik.
  Keyakinan Descartes mengenai ide-ide bawaan merupakan tonggak awal mengenai filsafatnya. Ide bawan tentang kesempurnaan membawa pemikiran Descartes pada bahwa ada Tuhan yang sempurna dan dari jiwanya sendiri dan dari situ Descartes dapat menerima kesimpulan yang didasarkan pada pengalaman indrawi. Pengetahuan yang berasalkan dari indra dapat dijamin dan dipercaya. Karena disebabkan integritas jiwa yang mempersepsinya dan kesempurnaan Tuhan baik materi maupun jiwa adalah pasti.
  Jadi filsafat Descartes menempatkan rasio dan fungsi fungsi intelektual jiwa sebagai sesuatu yang lebih fundamental daripada pengalaman indra. Karena alasan ini Descartes biasanya dinamakan seorang rasionalis. Descartespun juga dinamakan seorang dualis karena pembedaannya yang tajam antara tubuh dengan jiwa. Descartes menambahkan bahwa tidak hanya berdasarkan tubuh dan jiwa saja gejala penting itu muncul. Melainkan dari banyak bentuk interaksi yang berbeda dari kedua substansi tersebut. Itulah sebabnya system filsafatnya sering disebut dualis interaktif. 
  Menurut Descartes tubuh tanpa jiwa hanya akan menjadi otomat belaka, yang digerakan secara mekanis oleh stimulus eksternal dan keadaan internal jadi tanpa kesadatan. Sebaliknya jiwa tanpa tubuh memang mempunyai kesadaran tapi tidak memiliki ide bawaan saja sehingga tidak bisa menggalkan kesan indrawi. Tubuh, bagaimanapun juga menambah kekayaan isi kesadaran jiwa, sedangkan jiwa menambah rasionalitas dan kehendak pada sebab perilaku.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian kami diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa :
1. Cara berfikir filsafat Descartes berasal dari keragu-raguan dan dari keraguraguan tersebut kita berpikir, maka dengan berpikir maka kita ada. Atau lebih dikenal dengan aku berpikir maka aku ada.
2. Ajaran fisika Descartes percaya bahwa didunia ini tidak terdapat ruang kosong, karena setiap partikel yang meninggalakan tempatnya akan langsung terisi oleh partikel lain.
3. Fisiologis Descartes memunculkan teori akan adanya gerak reflex dimana dapat dibagi dua bagian yakni gerak reflex bawaan dan gerak ferleks yang dapat dipelajari
4. Tubuh dan jiwa merupakan suatu hal yang sangat berbeda, jika jiwa adalah satu hal maka tubuh adalah hal yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Zainal, 2006, Filsafat Manusia, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Gaarder Jostein, 2008, Dunia Sophie, Bandung: PT Mizan Pustaka


TUGAS SEMESTER 4

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM SMP TERBUKA DI KABUPATEN 
WONOGIRI
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Evaluasi Kebijakan Pendidikan

Dosen Pengampu :
1. Mami Hajaroh, M.Pd












Oleh :
Bakhtiardi Putra S 07110241001




PROGRAM STUDI ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN
JURUSAN FILSAFAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2009
BAB I 
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 
 Pencanangan wajib belajar Sembilan tahun oleh presiden pada tanggal 2 Mei 1994, mengandung implikasi pentingnya sekolah menengah pertama terbuka sebagai salah satu pola yang diunggulkan untuk mensukseskan keberhasilan wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun. SMP terbuka merupakan subsitem pendidikan jalur sekolah SMP yang menggunakan kurikulum sama dengan SMP regular, tetapi dengan memamnfaatkan modul sebagai media utama dan sebagai bahan ajar mandiri.
 Program wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun diselenggarakan melalui jalur sekolah maupun jalur luar sekolah. Target yang diharapkan adalah sejumlah anak usia 7-15 tahun dapat menyelesaikan pendidikan sampai SMP. Namun kenyataannya tidak seluruh siswa yang telah menyelesaikan pendidikannya pada tingkat sekolah dasar melanjutkan kejenjang berikutnya yaitu SMP. Ini dapat disebabkan oleh berbagai factor. Salah sat solusi untuk anak-anak yang tidak dapat melanjutkan ke SMP dapat menempuh pendidikan alternative, yakni melalui system SMP terbuka.
 System pendidikan SMP terbuka dikatakan terbuka karena 2 hal yaitu : (1) system SMP terbuka member kesempatan yang kebih luas bagi anak – anak yang ingin belajar tetapi tidak daoat memasuki sekolah regular yang disebabkan oleh fajtor waktu, geografi, social, ekonomi dsb. (2) SMO terbuka tidak selalu terikat dengan ketentuan-ketentuan yang belaku pada pendidikan regular, jadwal dan temoat kegiatan belajar mengajar dapat diatur oleh siswa sendiri atau bersama guru pamong / guru bina. 
 Selama ini persepsi siswa tentang SMP terbuka masih belum positif, sebagaian dari mereka memandang bahwa SMP terbuka adalah seolah yang kurang bermutu, karena siswa- siswa yang masul di SMP terbuka adalah dari keluarga yang tidak mampu , mereka tidak menggunakan seragam, kurang memiliki disiplin yang baik. bagi siswa yang berasala dari keluarga yang tidak mampu masuk SMP terbuka dalah pilihan terakhir setelan mereka tidak diterima si SMP negeri,
 Begitu juga yang terjadi didaerah Wonogiri, kebanyakan masyarakat menilai bahwa kualitas SMP Terbuka jauh dibawah SMP Reguler. Ini dikarenakan siswa yang belajar di SMP Terbuka adalah siswa buangan yang tidak diterima di SMP Reguler atau Negri. Begitu negatifnya pandangan masyarakat Wonogiri terhadap SMP terbuka maka perlu hendaknya masyarakat Wonogiri mengetahui lebih jelas mengenai SMP Terbuka.
 Siswa dari SMP terbuka masih dapat melakasanakan kegiatan sehari-harinya seperti memabntu orang tua di sawah, berkebun, pergi keladang, dan memabntu kepasar. Semua dapat belajar disela-sela kegiatannya dengan baha belajar mandiri berupa modul.salah satu cara menyampaikan bahan ajar dalam system belajar mandiri di SMP terbuka adalah modul. Modul yang berfungsi membimbing siswa SMP terbuka perlu mempunyai motivasi belajar yang tinggi agar sekolahnya berhasil. 
 Kemandirian belajar merupakan ciri utama dalam kegiatan pembelajaran di SMP terbuka. Orang tua dan guru pamong hanya sebagai fasilitator dan motivator. Namun dalam kenyataanya siswa belum dapat menjalankan belajar mandiri dalam arti yang sebenarnya. Sehingga guru pamong mempunhyai andil besar bagi siswa agar dapat memahami modul dengan baik. dan kegiatan diskusi maupaun mengerjakan tugaspun dirasa juga masih rendah.
 Siswa sebagai komponenutama dalam program SMP terbuka masih kurang memahami relevansi manfaat SMP terbuka. Hal ini berakibat rendahnya partisipasi siswa dalam mengikuti program pembelajaran si SMP terbuka. Selain itu peran guru bina dan guru pamong baik dalam pengelolaan maupun dalam proses pembelajaran masih kurang. 
 Berdasar permasalahan dan pertimbangan hal-hal diatas maka evaluasi terhadap pelaksanaan program SMP terbuka perlu dilaksanakan. Hasilnya diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan pertimbangan sebagai alternative solusi atau pemecahan masalah.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas maka dapat diambil suati identifikasi masalah sebagai berikut : 
1. Rendahnya tingkat keberhasilan siswa dalam untuk menyelesaikan pendidikan sambil bekerja,
2. Rendahnya pemahaman siswa terhadap relevansi program SMP terbuka
3. Rendahnya partisipasi siswa dalam mengikuti program pembelakajaran SMP terbuka
4. Kurangnya peran gurubina dan guru pamong dalam berlangsungnya kegiatan pembelajaran
5. Kurangnya pengelolaan, ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
6. Kurangnya pemahaman siswa terhadap manfaat program SMP terbuka 
C. PEMBATASAN MASALAH
Dari keterangan latat belakang masalah dan identigikasi masalah dapat diambil suatu pembatasan masalah agar isi darp proposal dapat terfokus pada suatu masalah. Adapun pembatasan masalah adalah sebagai berikut :
1. Relevansi program SMP terbuka dengan kebutuhan siswa
2. Pengelolaan dan ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan program SMP terbuka.
3. Proses pembelajaran SMP terbuka
4. Manfaat SMP terbuka bagi siswa
Relevansi program SMP terbuka dengan kebutuhan siswa merupakan suatu Context yang meliputi tujuan diadakannya program SMP terbuka, kelayakan program SMP terbuka, dan bentuk kegiatan di SMP terbbuka itu apa saja. Sehingga dapat diketahui relevansi prigram SMP terbuka dengan kebutuhan yang siswa perlukan.
  Iput (1) kesiapan sekolah sebelum pelaksanaan dan perencanaan program. (2) kesiapan pengelola (pendidik dan tenaga kependidikan) dan siswa dalam pelaksanaan program SP terbuka sehingga dapat diketahui bahwa pengelolaan dan persiapan sarana dan prasarana pelaksanaan program SMP terbuka sudah siap
 Proses yang meliputi aktivitas guru dan siswa di SMP terbuka, seperti apa kerjasama yang terjadi antara guru dan siswa, motivasi apa saja yang telah diberikan guru kepada siswa, kemudian strategi seperti apa sehingga siswa dapat menerima materi pembelajaran dengan baik sehingga dapat diketahui bagaimana proses berlangsungnnya kegiatan belajar mengajar yang terjadi di SMP terbuka.
Product ditujukan pada evaluasi terhadap hasil pembelajaran di SMP terbuka sehingga dapat diketahui apakah apa yang telah siswa dapatkan di SMP terbuka dapat berpengaruh pada kehidupan peserta didik.
D. PERUMUSAN MASALAH
Dari berbagai uraian diatas baik dalam latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembataan masalah maka untuk memperjelas ruang lingkup masalah maka perlu dirumuskan suatu rumusan masalah yaitu : 
1. Seberapa baik relevansi program SMP terbuka dengan kebutuhan siswa ?
2. Seberapa baik pengelolaan dan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan program SMP terbuka ?
3. Seberapa baik proses pembelajaran yang berlangsung di SMP terbuka?
4. Seberapa baik program SMP terbuka bagi siswa?
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan Perumusan Masalah diatas maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah : 
1. Untuk mengetahui seperti apa relevansi program SMP terbuka bagi kebutuhan siswa.
2. Untuk mengetahui seperti apa pengelolaan dan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan program SMP terbuka
3. Untuk mengetahui bagaimana proses belajar mengajar yang terjadi di SMP terbuka
4. Untuk menemukan seberapa besar manfaat program SMP terbuka bagi siswa
F. KEGUNAAN PENELITIAN
a. Dinas pendidikan
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan dan member kebijakan pengembangan program SMP terbuka ini agar lebih baik.


b. Pelaksana
Dengan adanya penelitian ini maka pihak pelaksana dapat mengetahui apa saja yang kurang dalam pelaksanaan program SMP terbuka ini sehingga nantinya dapat dibenahi hal-hal yang kurang dalam SMP terbuka ini dan akhirnya SMP terbuka dapat menjadi lebih baik.
c. Masyarakat
Masyarakat dapat lebih mengetahui bagimana program SMP terbuka ini berlangsung sehingga pandangan-pandangan miring mengenai SMP terbuka tidak lagi keluar dan dapat lebih mempercayakan anaknya untuk bersekolah di SMP terbuka,


BAB II
Kajian teori
A. belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan istilah kunci yang paling vital dalam kehidupan manusia khususnya dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar tak pernah ada pendidikan. Proses belajar berlangsung di sepanjang kehidupan manusia, dapat terjadi kapan saja dan di mana saja.
Apakah belajar itu ?
1. Upaya untuk dapat melakukan kegiatan fisik.
2. Upaya untuk dapat melakukan kegiatan mental.
a) Kegiatan mental yang lebih banyak menuntuk logika
b) Kegiatan mental yang terkait dengan tatanilai baik agama maupun budaya
3. Upaya dapat melaksanakan kegiatan fisik dan mental secara bersamaan
Proses belajar terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Menurut Cronbach, belajar merupakan perubahan yang relatif permanen dalam hal perilaku, pemahaman atau emosi (seperti minat, sikap) sebagai akibat dari adanya pengalaman. Semetara itu, Gagne mendefinisiikan belajar sebagai perubahan disposisi atau kapabilitas seseorang yang terjadi pada kurun waktu tertentu yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan.
 Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan belajar adalah kegiatan yang dilakukan untuk lebih mengetahui suatu hal baik dalam bentuk kegiatan fisik maupun kegiatan yang memerlukan mental sehingga dapat diketahui bahwa seseorang dapat berubah berdasarkan belajar dari apa yang telah ia pelajari.
 Istilah belajar sangat erat kaitannya dengan istilah pembelajaran sedangkan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan dimana guru (pengajar) dan murid (pembelajar) berinteraksi, membicarakan suatu bahan atau melakukan suatu aktivitas, guna mencapai tujuan yang dikehendaki. Atau dapat juga dikatakan pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur, yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Teori Belajar
 Teori-teori belajar sangatlah banyak dan kebanyakan berasal dari aliran-aliran psikologi. Adapun teori-teori belajar adalah sebagai berikut :
1. Teori behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
2. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi.
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan
3. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
4. Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:
1) Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku “Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar” adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”. Perilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku “Molecular”.
2) Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).
3) Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu.
4) Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.
5. Teori Belajar Mandiri
Istilah belajar mandiri sering dikaitkan dengan sistem pendidikan terbuka, karena pada umumnya sistem pendidikan terbuka menerapkan konsep belajar mandiri. Istilah ini digunakan untuk membedakannya dengan konsep belajar pada umumnya yang tergantung pada kendali dan arahan guru. Dalam sistem pendidikan terbuka, sebagian besar kegiatan belajar siswa dilakukan siswa secara mandiri, dengan bimbingan terbatas dari guru. Hal ini memunculkan konsekwensi adanya tuntutan kemandirian siswa dalam belajar.
Adapun belajar mandiri menurut Knowles yaitu mendefinisikan belajar mandiri sebagai suatu proses belajar dimana setiap individu dapat mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam hal: mendiagnosa kebutuhan belajar, merumuskan tujuan belajar, mengidentifikasi sumber-sumber belajar (baik berupa orang maupun bahan), memilih dan menerapkan strategi belajar yang sesuai bagi dirinya, serta mengevaluasi hasil belajarnya. Pendapat senada dikemukakan oleh Kozma, Belle dan Williams. Menurut mereka, belajar mandiri merupakan suatu bentuk belajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan: tujuan belajar, sumber-sumber belajar dan kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhannya sendiri. Secara singkat dikatakan pula bahwa dalam belajar mandiri, siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam menentukan apa yang akan dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya.
Sementara itu, Cyril Kesten mendefinisikan belajar mandiri sebagai suatu bentuk belajar dimana pebelajar (dalam hubungannnya dengan orang lain) dapat membuat keputusan-keputusan penting yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya sendiri. Dengan maksud yang hampir sama, Miarso menjelaskan bahwa konsep dasar sistem belajar mandiri adalah pengaturan program belajar yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga tiap peserta didik dapat memilih dan atau menentukan bahan dan kemajuan belajar sendiri. Tonny Dodds mengartikan belajar mandiri sebagai suatu sistem belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar sendiri dari bahan cetak, program siaran dan bahan rekaman yang telah disiapkan sebelumnya. Menurut Dodds, konsep belajar mandiri menggambarkan adanya kendali belajar serta penentuan waktu dan tempat belajar yang berada pada diri siswa yang belajar.
Dalam sistem belajar mandiri, siswa tidak harus selalu belajar sendiri-sendiri atau sendirian. Siswa yang belajar mandiri tidak berarti harus terlepas sama sekali dengan pihak lain. Dalam belajar mandiri, siswa selain belajar secara individual bisa juga secara berkelompok dengan siswa lain. Bahkah dalam hal-hal tertentu dimungkinkan pula untuk meminta bantuan guru, tutor atau pihak lain yang dianggap bisa membantu. Pannen dkk. menegaskan bahwa ciri utama dalam belajar mandiri bukanlah ketiadaan guru atau teman sesama siswa, atau tidak adanya pertemuan tatap muka di kelas. Menurutnya, yang menjadi ciri utama dalam belajar mandiri adalah adanya pengembangan kemampuan siswa untuk melakukan proses belajar yang tidak tergantung pada faktor guru, teman, kelas dan lain-lain. 
Berdasarkan penjelasan di atas, tampak bahwa kata kunci dalam belajar mandiri yaitu adanya inisiatif, tanggungjawab dan otonomi dari siswa untuk proaktif dalam mengelola proses kegiatan belajarnya. Dalam belajar, siswa tidak terus menerus menggantungkan bantuan, pengawasan dan pengarahan orang lain. Kondisi tersebut berbeda dengan kegiatan belajar konvensional dengan bimbingan guru, dimana siswa cenderung lebih bersifat reaktif dalam proses belajar yang dikendalikan oleh guru. Meskipun secara konseptual sistem belajar mandiri menuntut kemandirian belajar kepada siswa, namun dalam prakteknya hampir tidak ada program pendidikan yang memberikan otonomi penuh kepada peserta didiknya pada seluruh aspek belajar.
Dalam pelaksanaannya, konsep belajar mandiri dikembangkan dengan rambu-rambu seperti :
1) Adanya pilihan materi belajar sesuai kebutuhan peserta didik dan tersaji dalam beraneka bentuk
2) Pengaturan waktu belajar yang luwes sesuai dengan kondisi masing-masing peserta didik
3) Kemajuan belajar dipantau oleh berbagai fihak dan dapat dilakukan kapan saja peserta didik merasa siap
4) Lokasi belajar dipilih sendiri oleh peserta didik
5) Dilakukannya diagnonis kemampuan awal dan kebutuhan belajar peserta didik, serta remidiasi bila kemampuan kurang atau pengecualian jika kemampuan sudah dikuasai
6) Evaluasi belajar dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk, sesuai kondisi peserta didik
7) Pilihan berbagai bentuk kegiatan belajar dan pembelajaran sesuai dengan kondisi peserta didik.
B. Program SMP Terbuka
SMP Terbuka yang dirintis sejak tahun pelajaran 1978/1979 merupakan sekolah lanjutan tingkat pertama yang dirancang khusus untuk melayani para anak tamatan SD/MI/sederajat siswa usia 1315 tahun yang tidak dapat mengikuti pelajaran secara biasa pada SMP Reguler setempat, karena berbagai alasan yang antara lain : keadaan sosial ekonomi orang tua siswa, kendala transportasi dari dan ke SMP, kondisi geografis yang sulit, atau kurangnya waktu bagi anak untuk dapat belajar seperti anak-anak pada umumnya di SMP Reguler. Berbagai ragam kendala tersebut merupakan fenomena dan gambaran secara nyata dari kebanyakan siswa SMP Terbuka yang sebenarnya tetap berkeinginan untuk belajar hingga meraih jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 
Adapun Komponen SMPT sama dengan SMP Reguler. Perbedaannya hanya terletak pada strategi pembelajarannya. Komponen sistem SMPT meliputi siswa, kurikulum, dan proses pembelajaran, fasilitas belajar, tenaga kependidikan da penilaian hasil belajar.
1) Siswa
Calon siswa SMP Terbuka diutamakan anak-anak yang memenuhi ketentuan sebagai berikut :
 Lulusan SD atau MI atau setara
 Berusia maksimal 18 tahun
 Anak putus SLTP/MTs di kelas I yang masih ingin melanjutkan ke SMP.
2) Kurikulum
SMP Terbuka menggunakan kurikulum SMP yang berlaku. Dari garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) kurikulum SMP, dikembangkan lagi menjadi Garis Besar Isi Program Media (GBIPM) sebagai acuan untuk mengembangkan berbagai macam media belajar pada SMP Terbuka. GBIPM ini sering kali disebut sebagai kurikulum SMP Terbuka.
3) Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada SMPT dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu; belajar mandiri dan atau berkelompok di Tempat Kegiatan Belajar (TKB) dan tutorial tatap muka di SMP Induk atau di tempat lain yang telah disepakati. Kegiatan belajar di TKB dilaksanakan 4-5 hari dalam seminggu, minimal 180 menit perharinya. Kegiatan belajar di TKB, siswa dibimbing dan diarahkan oleh seorang guru yang di sebut guru Pamong. Tugas guru pamong bukan mengajar, tetapi bertugas untuk mengelola, mengarahkan, membimbing, dan memotivasi siswa agar belajar. Kegiatan belajar tutorial lebih diutamakan untuk (1) memecahkan kesulitan-kesulitan siswa pada waktu belajar mandiri dan atau berkelompok di TKB, dan (2) melaksanakan kegiatan belajar yang memerlukan peralatan yang tidak mungkin dilakukan di TKB seperti Pratikum IPA.
4) Bahan dan Fasilitas Belajar
Bahan belajar utama SMPT adalah modul cetak. Modul ini disusun secara sederhana supaya dapat dipelajari secara mandiri atau sendiri oleh siswa. Dengan menggunakan modul siswa dapat memantau kemajuan belajarnya sendiri. Modul cetak ini ditunjang pula dengan media Audiovisual yang berupa program radio, kaset audio, program TV, kaset video, program VCD dan lain-lain.
SMP Terbuka pada dasarnya menggunakan fasilitas belajar yang ada pada SMP Induk atau yang sudah ada, seperti ruang belajar, perpustakaan, laboratorium, ruang ketrampilan, lapangan olahraga dan sebagainya. Semua ruang kelas SMP Negeri/Swasta sebagai induk SMP Terbuka dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh SMP Terbuka.
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa bahan dan fasilitas belajar pada SMPT terdiri dari berbagai macam sumber baik yang bersifat paper based seperti modul maupun yang bersifat lebih modern seperti media Audiovisual yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber ataupun media dalam proses pembelajaran pada SMP Terbuka.
5) Tenaga Kependidikan
Pada SMP Terbuka mempunyai tenaga kependidikan, yaitu kepala Sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran (guru Bina), guru BK, guru Pamong, guru pamong khusus, dan tenaga tata usaha. Kepala SMP Induk otomatis menjadi Kepala Sekolah SMP Terbuka, untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari kepala sekolah SMPT dibantu oleh seorang wakil kepala sekolah yang diangkat dari salah satu guru senior pada SMP tersebut. Untuk pelaksanaan belajar mengajar melalui tatap muka, SMP Terbuka mempunyai sejumlah guru bina yang diangkat dari guru-guru mata pelajaran yang ada di SMP tersebut. Guru Bina pada SMP Terbuka minimal setiap mata pelajaran (yang ada dalam kurikulum) di bina oleh seorang Guru Bina.
6) Penilaian Hasil Belajar
Pada SMPT dikenal berbagai macam penilaian, yaitu tes akhir modul, tes akhir unit (akhir beberapa modul), akhir semester, dan ujian akhir. Tes akhir modul dilakukan apabila siswa telah menyelesaikan suatu modul. Siswa yang memperoleh nilai tes akhir modul minimal 65 atau 65% diperbolehkan untuk melanjutkan ke modul berikutnya. Untuk menentukan kelulusan siswa SMP Terbuka dilaksanakan ujian akhir yang biasa disebut EBTANAS atau UAN. Pada pelaksanaan tes akhir semester dan ujian akhir, siswa SMP Terbuka dicampur dengan siswa SMP Induknya. Bagi siswa SMP Terbuka yang lulus ujian akhir diberikan Surat Kelulusan yang sama dan diperlakukan sama dengan Surat Kelulusan siswa SMP reguler.
C. Evaluasi 
a. Pengertian Evaluasi
Dalam sebuah buku yang berjudul teknik evaluasi pendidikan karya M.chabib thoha, beliau mengatakan bahwa Evaluasi berasal dari kata evaluation yang berarti suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu, apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak. Menurut istilah evaluasi berarti kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur tertentu guna memperoleh kesimpulan. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai proses pembelajaran secara sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan terhadap peserta didik dan sejauh apakah perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik. (dikutip dari Bloom et.all 1971). Menurut Djemari Mardapi (2004: 19) evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok.
Dari pendapat di atas, ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dari evaluasi yaitu: (1) sebagai kegiatan yang sistematis, pelaksanaan evaluasi haruslah dilakukan secara berkesinambungan. Sebuah program pembelajaran seharusnya dievaluasi disetiap akhir program tersebut, (2) dalam pelaksanaan evaluasi dibutuhkan data dan informasi yang akurat untuk menunjang keputusan yang akan diambil. Asumsi-asumsi ataupun prasangka. bukan merupakan landasan untuk mengambil keputusan dalam evaluasi.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Evaluasi pendidikan merupakan proses yang sistematis dalam dan Mengukur tingkat kemajuan yang dicapai siswa, baik ditinjau dari norma tujuan maupun dari norma kelompok dan Menentukan apakah siswa mengalami kemajuan yang memuaskan kearah pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan. evaluasi pendidikan sebagaimana dikatakan Gronlund (1990: 5) merupakan proses yang sistematis tentang mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan informasi untuk menentukan sejauhmana tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa. Kegiatan evaluasi dalam pendidikan tidak pernah terlepas dari tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi pendidikan mencakup dua sasaran pokok, yaitu : evaluasi makro (program) dan evaluasi mikro (kelas).
Adapun pengertian evaluasi program adalah langkah awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula. Evaluasi program sangat penting dan bermanfaat terutama bagi pengambil keputusan. Alasannya adalah dengan masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan. Adapun kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi suatu program, keputusan yang diambil diantaranya: Menghentikan program, karena dipandang program tersebut tidak ada manfaatnya atau tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan segala sesuatunya sudah berjalan dengan harapan. Menyebarluaskan program, karena program tersebut sudah berhasil dengan baik maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat waktu yang lain.
b. Model-model Evaluasi
Model evaluasi ialah model desain evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar-pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap pembuatannya. Evaluasi juga dibedakan berdasarkan waktu pelaksanaannya, kapan evauasi dilakukan, untuk apa evaluasi dilakukan dan acuan serta paham yang dianut oleh evaluator dan berbagai jenis evaluasi program yakni :
a) Model Discrepancy
Discrepancy merupakan model yang dikembangkan oleh Provus. Model ini melihat lebih jauh tentang adanya kesenjangan (Discrepancy) yang ada dalam setiap komponen yakni apa yang seharusnya dan apa yang secara riil telah dicapai. Evaluasi kesenjangan program, begitu orang menyebutnya. Kesenjangan program adalah sebagai suatu keadaan antara yang diharapkan dalam rencana dengan yang dihasilkan dalam pelaksanaan program. Evaluasi kesenjangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara standard yang sudah ditentukan dalam program dengan penampilan aktual dari program tersebut.
Adapun tahapan dalam penyusunan evaluasi model disperancy adalah (1) Penyusunan Desain, (2) Tahap Penetapan Kelengkapan Program Yaitu melihat apakah kelengkapan yang tersedia sudah sesuai dengan yang diperlukan atau belum, (3) Tahap Proses Dalam tahap ketiga dari evaluasi kesenjangan ini adalah mengadakan evaluasi, tujuan-tujuan manakah yang sudah dicapai. Tahap ini juga disebut tahap “mengumpulkan data dari pelaksanaan program”, (4) Tahap Pengukuran Tujuan (Product) Yakni tahap mengadakan analisis data dan menetapkan tingkat output yang diperoleh, (5) Tahap Pembandingan (Programe Comparison) Yaitu tahap membandingkan hasil yang telah dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini evaluator menuliskan semua penemuan kesenjangan untuk disajikan kepada para pengambil keputusan, agar mereka (ia) dapat memutuskan kelanjutan dari program tersebut.


b) Model Stake
Menurut Robert E. Stake dalam buku Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi oleh Dr. Farida Yusuf Tayibnapis, M. Pd. Bahwa analisis proses evaluasi yang dikemukakannya membawa dampak yang cukup besar dalam bidang ini dan meletakkan dasar yang sederhana namun merupakankonsep yang cukup kuat untuk perkembangan yang lebih jauh dalam bidang evaluasi. Model ini dikembangkan oleh Robert E.Stake. Menurut ulasan tambahan yang diberikan oleh Fernandes (1984:8), model stake menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal pokok, yaitu: 
1) Deskripsi
Berkaitan atau menyangkut dua hal yang menunjukkan posisi sesuatu (yang menjadi sasaran evaluasi), yaitu apa maksud/tujuan yang diharapkan oleh program, dan pengamatan/akibat, atau apa yang sesungguhnya terjadi atau apa yang betul-betul terjadi.
2) Pertimbangan 
Yang menunjukkan langkah pertimbangan, yang dalam langkah tersebut mengacu pada standar. Menurut stake, ketika evaluator tengah mempertimbangkan program pendidikan, mereka mau tidak mau harus melakuan dua perbandingan, yaitu (1) Membandingkan kondisi hasil evaluasi program tertentu dengan yang terjadi di program lain, dengan objek sasaran yang sama, (2) Membadingkan kondisi hasil pelaksanaan program dengan standar yang di peruntukkan bagi program yang bersangkutan, didasarkan pada tujuan yang akan dicapai. Model Stake juga membedakan antara tiga tahap dalam evaluasi program yaitu (1) anteseden-yang diartikan sebagai konteks, (2) transaksi yang diartikan sebagai proses, (3) outcomes-yang diartian sebagai hasil.
c) Model Tyler
Tyler mengembangkan model evaluasi yang diberi nama Goal Oriented Evaluation. Model ini adalah model evaluasi yang muncul paling awal. Objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terus menerus, mencek sejauh mana tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan program. Dalam mengevaluasi ia lebih menekankan pentingnya menjaga tujuan tersebut tetap bersifat umum, tapi tidak terlalu umum sehingga seseorang tidak dapat merumuskan suatu bentuk penilaian yang tepat. Ia tidak terjebak dalam mikro-spesifitas (micro-specifity) untuk mencapai reliabilitas pengujian. Prnsip yang dipegang oleh Tyler adalah mengevaluasi keefektifan dari planning atau rencana dan tindakan. 
Program pembelajaran yang mewakili jenis program pemrosesan ini merupakan sebuah proses pengalihan ilmu dan pembimbingan sebelum para guru mulai melakukan kegiatan mengajar, harus membuat persiapan mengajar yang diarahkan pada pencapaian tujuan. Para evaluator dapat mengecek apakah rencana yang dibuat oleh guru betul betul sudah benar mengarahkan kegiatan pada tujuan. Selanjutnya rencana tersebut diimplementasikan dalam pelaksanaan pembelajaran melalui langkah-langkah yang berkesinambungan. Model evaluasi yang dikembangkan oleh Tyler banyak diterapkan untuk mengevaluasi kurikulum.
d) Model CIPP
Model CIPP ini dikembangkan oleh Stuffbleam dan kawan-kawan (1967) di Ohio State University. CIPP merupakan kepanjangan dari Context Input Process Product. Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. Model CIPP merupakan model untuk menyediakan informasi yang berorientasi kepada pemegang keputusan. Model ini membagi evaluasi dalam empat macam komponen, yaitu: konteks (context), masukan (input), proses (process) dan produk (product).
1. Context 
Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program dan merumuskan tujuan program, Evaluasi konteks juga mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya tersedia sehingga tidak menimbulkan kerugian jangka panjang (Isaac and Michael: 1981), Meliputi penggambaran latar belakang program yang dievaluasi, memberikan perkiraan kebutuhan dan tujuan program, menentukan sasaran program, dan menentukan sejauh mana tawaran ini cukup responsif terhadap kebutuhan yang sudah diidentifikasi (Sarah McCann). 

2. Input
Meliputi kegiatan pendeskripsian masukan dan sumberdaya program, membandingkan program yang akan dilakukan dengan program lain, perkiraan untung/rugi, dan melihat alternatif prosedur dan strategi apa yang perlu disarankan dan dipertimbangkan (Guba & Stufflebeam, 1970), Singkatnya, input merupakan model yang digunakan untuk menentukan bagaimana cara agar penggunaan sumberdaya yang ada bisa mencapai tujuan serta secara esensial memberikan informasi tentang apakah perlu mencari bantuan dari pihak lain atau tidak. Aspek input juga membantu menentukan prosedur dan desain untuk mengimplementasikan program.
3. Process
Evaluasi proses melayani keputusan implementasi, yaitu membantu keputusan sampai sejauh mana program telah dilaksanakan, Melihat pada kegagalan-kegagalan selama implementasi, bertindak untuk memperbaiki kualitas proses dari program yang berjalan, serta memberikan informasi sebagai alat untuk menilai apakah sebuah proyek relatif sukses/gagal.
4. Product
Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dan “judgement outcomes” dalam hubungannya dengan konteks, input, dan proses, kemudian di interprestasikan harga dan jasa yang diberikan (Stuflebeam and Shinkfield: 1986), Meliputi penentuan dan penilaian dampak umum dan khusus suatu program, mengukur dampak yang terantisipasi, mengidentifikasi dampak yang tak terantisipasi, memperkirakan kebaikan program, serta mengukur efektivitas program. Singkatnya, evaluasi produk didesain untuk mengukur dan menginterpretasikan pencapaian.

Bab iii
Metodologi penelitian
A. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di kabupaten Wonogiri. Mengapa memilih daerah wonogiri karena banyak pandangan masyarakat wonogiri terhadap sekolah terbuka khusunya SMP Terbuka masih miring. Sedangkan watu yang digunakan adalah pada bulan agustus dan oktober karena pada bulan ini merupakan bulan penerimaan siswa baru.
B. Jenis penelitian dan Metode Evaluasi
1. Jenis Penelitian
Ditinjau dari tujuan, penelitian ini mengevaluasi pelaksanaan program SMP terbuka sehingga penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian evaluative. Penelitian evaluative ini tidak diarahkan untuk pengkajian hipotesis dan tidak menguji hubungan antara variable, tetapi ditekankan pada pengumpulan data untuk mendsekriptifkan keadaan yang sesungguhnya yang terjadi dilapangan.
2. Pendekatan evaluasi
Berdasarkan permasalahan penelitian yang diajukan, penelitian ini termasuk dalam penelitian evaluasi karena berusaha mengevaluasi pelaksanaan suatu program yaitu SMP Terbuka. Sedangkan jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini termasuk penelitian survey karena data penelitian ini bersifat nyata dan dapat diamati secara langsung.
3. Kriteria Evaluasi
Pada kegiatan evaluasi ini adalah untuk mengetahui keefektifitas pelaksanaan program SMP Terbuka yang dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri dengan mendasarkan pada komponen Context, Input, Process, Product.
a) Context
 Pada evaluasi context ditujukan untuk menilai persiapan dan pelaksanaan sosialisasi SMP Terbuka pada masyarakat serta dapat mengetahui apa yang dibutuhkan oleh siswa. Criteria ini dikatakan efektife apa bila masyarakat dapat mengetahui bahwa SMP terbuka bukanlah SMP yang bermutu rendah dan dapat mengetahui apa saja yang diperlukan siswa dalam proses belajat mengajar.
b) Input
 Pada evaluasi input ini ditujukan untuk menilai kesiapan guru bina, siswa, guru pembimbing, serta sarana dan prasarana yang mendukung berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Criteria ini dikatakan efektiv apabila guru bina dan guru pembimbing dapat mengetahui dan memahami konsep pendidikan terbuka, kemudian adanya keinginan siswa untuk mengikuti program SMP Terbuka, ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran, serta adanya dukungan dana untuk melaksanakan program tersebut.
c) Process
 Pada evaluasi prosses ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan proses kegiatan belajar mengajar di SMP Terbuka. Sasaran ini meliputi : kemampuan guru bina, kesiapan materi, pengelolaan dan kelayakan sarana prasarana dan bahan ajar, keakifan siswa dan guru serta factor pendukung dan penghambat. Criteria ini dikatakan efektif apabila guru bina bertindak sebagai fasilitator dan motivator serta dapat menguasai strategi pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa. Materi yang diajarkan sesuai dengan kebutuhan siswa. Tercipta suasana pembelajaran yang mentenangkan, adanya partisipasi yang tinggi dari siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, kerjasama yang baik antara guru bina dan siswa serta dukungan dari orang tua siswa.
d) Product
 Penilaian produk dilakukan terhadap hasil yang diperoleh siswa yang diperoleh dalam pembelajaran dan setelah siswa mengikuti pembelajaran di program SMP Terbuka. Criteria ini dikatakan efektif bila siswa menguasai pengetahuan dan ketrampilan yang sudah di ajarkan di SMP Terbuka.
4. Metode Evaluasi
Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model evaluasi CIPP. Evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh stufflebeam. Model ini terdiri dari 4 komponen evaluasi sesuai dengan nama model itu sendiri yang merupakan singkatan dari Context, Input, Process dan Product.
Evaluasi konteks (context evaluation) merupakan dasar dari evaluasi yang bertujuan menyediakan alasan-alasan (rationale) dalam penentuan tujuan. Evaluasi input (input evaluation) merupakan evaluasi yang bertujuan menyediakan informasi untuk menentukan bagaimana menggunakan sumberdaya yang tersedia dalam mencapai tujuan program. Evaluasi proses (process evaluation) diarahkan pada sejauh mana kegiatan yang direncanakan tersebut sudah dilaksanakan. Ketika sebuah program telah disetujui dan dimulai, maka dibutuhkanlah evaluasi proses dalam menyediakan umpan balik (feedback) bagi orang yang bertanggungjawab dalam melaksanakan program tersebut. Evaluasi product bertujuan mengukur dan menginterpretasikan capaian-capaian program. Evaluasi produk menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi pada input.
C. Populasi dan Sampel
 Populasi penelitian ini meliputi seluruh SMP Terbuka yang berada di Wonogiri, adapun jumlahnya adalah 13 SMP Terbuka yang tersebebar di berbagai kecamatan. Sedangkan sampel untuk penelitian ini adalah 7 SMP Terbuka.


DAFTAR PUSTAKA
Susilo, Joko, M. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. (2008). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Yusuf, Farida. 2008. Evaluasi Pogram dan Instrumen Evaluasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Worthen, B.R., & Sanders, J.R. Educational Evaluation: Theory and Practice.
Washington, Ohio: Charles A. Jones Publishing Company.
http://id.wikipedia.org/wiki/SMP_Terbuka
http://www.prakarsa-rakyat.org/artikel/opini/artikel.php?aid=13761
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/02/teori-teori-belajar/
http://64.203.71.11/kompas-cetak/0606/28/jogja/25849.htm
http://koranpendidikan.com/artikel/1283/Gagal,-Kelulusan-Tidak-Mencapai-50.html
http://aristorahadi.wordpress.com/2008/03/19/smp-terbuka-menjangkau-anak-yang-tak-terjangkau-pendidikan-biasa/
http://aristorahadi.wordpress.com/2008/03/31/sikap-terhadap-sistem-pendidikan-terbuka/
http://aristorahadi.wordpress.com/2008/03/31/kemandirian-belajar-siswa-smp-terbuka/
http://www.koranpendidikan.com/artikel-1347.html
http://www.tiranus.net/?p=21
http://p124s.blogspot.com/2009/01/makalah-ilmu-pendidikan-tentang-model.html