tag:blogger.com,1999:blog-35372151339345574272024-02-07T17:13:50.887-08:00Kumpualn TugasKumpulan Tugashttp://www.blogger.com/profile/13837565921289459680noreply@blogger.comBlogger18125tag:blogger.com,1999:blog-3537215133934557427.post-25812943028915952009-12-29T01:29:00.000-08:002009-12-29T01:30:48.986-08:00TUGAS SEMESTER 4<div align="center">HUBUNGAN KEBIJAKAN BANTUAN BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH TERHADAP BERLANGSUNGNYA KEGIATAN EKSTRA KURIKULER<br /><br />Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Survey Pendidikan<br /><br />Dosen Pengampu :<br />1. Siti Irene Dwi Astuti, M.Si<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Oleh :<br />Bakhtiardi Putra S 07110241001<br /><br /><br /><br /><br />PROGRAM STUDI ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN<br />JURUSAN FILSAFAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN<br />FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN<br />UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA<br />2009<br /><br /><br /></div><div align="justify">BAB I <br />PENDAHULUAN<br />A. LATAR BELAKANG <br /> Pendidikan merupakan sarana dalam rangka memajukan kualitas seorang manusia, melalaui pendidikan juga, pribadi seorang manusia dapat terbentuk. Begitu vitalnya peran pendidikan dalam kehidupan manusia, sehingga pendidikan seharusnya mempunyai kualitas yang sangat bermutu sehingga produk yang dihasilkan oleh pendidikan diharapkan dapat membantu manusia untuk menjadi lebih baik dan tetap survive dalam melakoni kehidupan yang semakin hari semakin kejam.<br /> Tak dapat di pungkiri bahwa pendidikan nasional merupakan tonggak yang kuat dalam memajukan pendidikan yang ada di Indonesia oleh karena itu pendidikan nasional hendaknya mempunyai kualitas yang baik sehingga nantinya dapat memenuhi tujuan pendidikan Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, serta dapat memberikan suplemen yang hebat untuk peserta didik sehingga nantinya peserta didik dapat menjalani kehidupan ini dengan baik.<br /> Selain mempunyai kualitas yang bagus, hendaknya pendidikan nasional kita juga dapat dijangkau oleh semua warga Indonesia, baik itu dari kalangan atas, menengah ataupun kalangan bawah. Atau dengan kata lain pendidikan kita harus terjangkau. <br />Namun setiap terjadi pergantian tahun ajaran baru berbondong-bondong sekolah sekolah menaikan uang masuk sekolah. Yang bertujuan agar dapat membangun sekolahnya menjadi lebih bagus. Akibat kebijakan sekolah untuk menaikan uang masuk sekolah maka dapat berakibat banyaknya anak usia sekolah tidak dapat melanjutkan sekolah yang dikarenakan terbenturnya biaya sekolah. Karena sebagian besar masyarakat Indonesia adalah menengah kebawah. Dan angka putus sekolah akan meningkat secara tajam dan mereka (siswa yang putus sekolah) lebih memilih untuk bekerja mencari uang daripada bersekolah. Dan ini juga akan berdampak bagi bangsa Indonesia, karena ditangan para siswa inilah kelak bangsa Indonesia ini akan dibawa kemana.<br />Apabila hanya karena masalah biaya pendidikan yang mahal sehingga Indonesia ini tidak maju-maju hendaknya pemerintah harus malu. Dalam hal ini pemerintah bertanggungjawab penuh dalam hal pembiayaan pendidikan. Dengan menjamurnya sekolah-sekolah yang mahal pemerintah harus melakukan tindakan cepat untuk menyusun suatu kebijakan agar pendidikan nasional kita tidak mahal.<br /> Dengan sangat sigap pemerintah melakukan respon dengan adanya masalah ini. Pemerintah membuat kebijakan yaitu pemerintah memberi Bantuan Operasional Sekolah bagi setiap sekolah dasar yang ada di Indonesia. Dengan begitu dapat dipastikan bahwa biaya sekolah gratis atau siswa tidak dipungut biaya sama sekali. Sehingga dapat diharapkan siswa yang putus sekolah dikarenakan kekurangan biaya dapat berkurang. <br /> Dengan adanya kebijakan Bantuan Operasional Sekolah tersebut diharapkan kualitas mutu pendidikan di Indonesia juga meningkat. Karena biaya pendidikan sudah gratis sehingga peserta didik tidak harus memikirkan bagaimana mencari uang untuk dapat bersekolah. Sekaligus motivasi peserta didik untuk belajar juga harus semakin meningkat.<br /> Orang tua sebagai orang terdekat dari peserta didik diharapkan juga dapat memotivasi semangat belajar peserta didik. Karena orang tua juga tidak lagi bingung memikirkan biaya pendidikan anaknya. Dan akhirnya kualitas mutu pendidikan di Indonesia dapat tercapai.<br />B. IDENTIFIKASI MASALAH<br />Orientasi Kebijakan pemerintah periode 2004 – 2009 pada pembangunan di sektor pendidikan. Lebih ditekankan pada peningkatan kualitas pendidikan kita agar menjadi lebih baik. Dengan Implementasi program wajib belajar 9tahun dan biaya pendidikan yang relative murah, sehingga sebagian besar warga Indonesia yang statusnya menengah kebawah mendapat pendidikan yang layak. Kenaikan harga BBM yang begitu tinggi berdampak pada daya beli masyarakat miskin menurun drastic, ini ditakutkan dapat menghambat program wajib belajar 9tahun. Karena penduduk miskin semain sulit memenuhi kebutuhan pendidikan. Oleh karena itu program PKPS-BBM (Progrma Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak) pada bidang pendidikan harus dilanjutkan. Hal ini mendasari mengenai program pemerintah tentang Bantuan Operasional Sekolah. Untuk pengelolaan Biaya Operasional Sekolah dilakuakan oleh Dinas Pendidikan sedangkan untuk Bantuan Operasional Madrasah dikelola oleh Departemen Agama.<br />Dengan tujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa miskin yang mengenyam pendidikan sekolah dasar dan meringankan siswa yang berada disekolah swasta. Namun dengan dana seperti itu sekolah dituntut untuk mengatasi berbagai masalah yang pasti tidak cukup untuk diselesaikan jika hanya mendapatkan dana sebesar itu.<br />Undang Undang No 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2009 mewajibkan pemerintah daerah untuk menambahi kekurangan dana bantuan operasional sekolah. Sehingga gubernur/walikota/bupati harus menambahi kekurangan biaya pendidikan yang sudah mendapat bantuan dari pemerintah pusat agar pendidikan dapat gratis.<br />Motivasi belajar siswa yang selama ini cenderung kurang yang dikarenakan tidak mempunyai waktu karena harus bekerja untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Diharapkan dengan adanya kebijakan Bantuan Operasional Sekolah ini motivasi belajar siswa meningkat karena sudah tidak lagi <br />C. PEMBATASAN MASALAH<br />Jika dilihat Dana Bantuan Operasional Sekolah sangatlah minim. Dana itu hanya dapat memenuhi berbagai sektor operasional dalam sekolah. Kemudian program-program sekolah yang lain yang juga membutuhkan dana bagaiamana? Apakah akan vakum atau bagaimana? Ini yang menjadi masalah diberbagai sekolah yang menerima dana Bantuan Operasional Sekolah. Sperti pada kegiatan ekstra kurikuler sekolah, kegiatan ini merupakan sarana untuk mengembangkan kreatifitas siswa di luar aspek akademik. Kegiatan ekstra kurikuler merupakan wadah untuk mengembangkan bakat yang dimiliki siswa. Dengan adanya kegiata ekstra kurikkuler ini dapat menambah motivasi siswa untuk belajar disekolah. Apabila kegiatan ekstra kurikuler disekolah ini vakum/mati maka akan hilang wadah bagi pengembangan kreatifitas dan bakat siswa. Dengan kata lain dapat membunuh kreatifitas siswa.<br />Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang tidak hanya mencerdasakan peserta didik dari aspek akademis saja harus mempunyai seuatu kebijakan khusus mengenai kegiatan ekstra kurikuler ini. Sekolah dituntut untuk kreatif agar pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler ini dapat berjalan dengan lancar.<br /><br /><br /><br /><br /><br />D. PERUMUSAN MASALAH<br />Dari berbagai uraian diatas baik dalam latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembataan masalah maka untuk memperjelas ruang lingkup masalah maka perlu dirumuskan suatu rumusan masalah yaitu : <br />a. Adakah hubungan kebijakan Bantuan Operasional Sekolah terhadap berlangsungnya kegiatan ekstra kurikuler sekolah ?<br />E. TUJUAN PENELITIAN<br />Berdasarkan Perumusan Masalah diatas maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah : <br />a. Untuk mengetahui hubungan mengenai kebijakan Bantuan Operasional Sekolah terhadap berlangsungnya kegiatan ekstra kurikuler sekolah.<br />F. KEGUNAAN PENELITIAN<br />a. Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan seberapa berpengaruh kebijakan dana Bantuan Operasional Sekolah terhadap berlangsungnya kegiatan ekstra kurikuler sekolah sehingga dapat meningkatkan kualitas mutu pendidikan.<br />b. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi sekolah untuk mengambil suatu kebijakan mengenai kegiatan ekstra kurikuler yang berlangsung di sekolah.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />KERANGKA TEORI<br />I. KAJIAN TEORI<br />BIAYA PENDIDIKAN <br /> Sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Biaya pendidikan dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu Biaya Satuan Pendidikan, Biaya Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan, serta Biaya Pribadi Peserta Didik. <br />1. Biaya Satuan Pendidikan adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan meliputi :<br />a. Biaya investasi adalah biaya pengadaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap.<br />b. Biaya Opersional terdiri dari biaya personalia dan non personalia. Biaya personalia terdiri dari gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan-tunjangan yang melekat pada gai. Biaya nono personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dll.<br />c. Bantuan Biaya Pendidikan, yaitu dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya.<br />d. Beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang berprestasi.<br />2. Biaya Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan adalah biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan penyelenggara/satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.<br />3. Biaya Pribadi Peserta Didik adalah biaya operasional yang meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. <br />Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan dasar 9 tahun, tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah terkait biaya satuan pendidikan telah diatur dalam PP No.48/2008 yang intinya adalah sebagai berikut :<br />1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap pendanaan biaya investasi dan biaya operasional satuan pendidikan bagi sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah/pemerintah daerah sampai terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan.<br />2. Sekolah yang diselenggarakan pemerintah/pemerintah daerah menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal, selain dari pemerintah dan pemerintah daerah, pendanaan tambahan dapat juga bersumber dari masyarakat, bantuan asing yang tidak mengikat, dan/atau sumber lain yang sah.<br />3. Pemerintah dan pemerintah daerah dapat membantu pendanaan biaya nonpersonalia sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat..<br />Dengan begitu maka lahirlah suatu kebijakan Bantuan Opersional Sekolah. Kebijakan ini merupakan jawaban dari isu-isu mahalnya biaya pendidikan. Dengan adanya program bantuan operasional sekolah ini diharapkan dapat meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajibbelajar 9 tahun yang bermutu. Sasaran program BOS adalah semua sekolah SD dan SMP, termasuk SMP Terbuka dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di Indonesia. Program Kejar Paket A dan Paket B tidak termasuk sasaran dari program BOS ini. Besarnya Biaya BOS adalah :<br />a. SD/SDLB di Kota Rp. 400.000,00 per siswa per tahun<br />b. SD/SDLB di Kabupaten Rp. 397.000,00 per siswa per tahun<br />c. SMP/SMPLB/SMPT di Kota Rp. 575.000,00 per siswa per tahun<br />d. SMP/SMPLB/SMPT di Kabupaten Rp. 570.000,00 per siswa per tahun.<br />Sekolah yang menyatakan menerima BOS dibagi menjadi 2 ( dua ) kelompok, dengan hak dan kewajiban sebagai berikut : <br />a. Apabila di sekolah tersebut terdapat siswa miskin, maka sekolah diwajibkan membebaskan segala jenis pungutan / sumbangan / iuran seluruh siswa miskin. Sisa dana BOS ( bila masih ada ) digunakan untuk mensubsidi siswa lainnya. Dengan demikian sekolah tersebut menyelenggarakan pendidikan gratis terbatas. Bila seluruh siswa tergolong miskin dan atau bila dana BOS cukup untuk membiayai seluruh kebutuhan sekolah, maka otomatis sekolah tersebut menyelenggarakan pendidikan gratis.<br />b. Bagi sekolah yang tidak mempunyai siswa miskin, maka dana BOS digunakan untuk mensubsidi seluruh siswa, sehingga dapat mengurangi pungutan/sumbangan/iuran yang dibebankan kepada orangtua siswa, minimum senilai dana BOS yang diterima sekolah.<br />EKSTRA KURIKULER<br /> Ekstra Kurikuler merupakan kegiatan diluar kegiatan pembelajaran akademik yang didalamnya terdapat perkembangan kratifitas siswa, menjalin hubungan dengan pihak luar, dan tempat penyaluran bakat siswa dibidang non akademis. Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan yang sah dan diperbolehkan berlangsung didalam sekolah. Berlangsungnnya kegiatan ekstrakuriuler tentunya diluar jam belajar mengajar. Setelah pulang sekolah ataupun pada hari libur. <br /> Kegiatan ini bertujuan untuk mengasah kreatifitas siswa dalam bidang non akademis dan sebagai tempat pengembangan bakat siswa. Siswa dapat memilih apapun kegiatan ekstra kurikuler yang mereka suka, asalkan tidak mengganggu kegiatan belajar siswa itu sendiri. Setiap bidang kegiatan ekstra kurikuler terdapat guru Pembina yang bertugas untuk membina kegiatan ekstra kurikuler tersebut.<br /> Dalam pelaksanaannya, kegiatan ekstrakurikuler tersebut menggunakan dana yang dikeluarkan oleh pihak sekolah. Dengan begitu kegiatan ekstra kurikuler dapat berlangsung dengan lancar. <br />II. Kerangka Berfikir<br /> Kebijakan pemerintah tentang dana Bantuan Operasional Sekolah memiliki berbagai dampak baik itu dampak yang positif maupun dampak yang negative. Dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan ekstra kurikuler sangat bergantung sekali dengan dana yang dikucurkan oleh sekolah untuk mengembangan setiap kegiatan ekstra kurikuler disekolah. Dahulu sekolah masih mampu membiayai kegiatan ekstra kurikuler di karenakan sekolah masih mendapat sumbangan dana dari murid yang bersekolah. Tetapi untuk sekarang dengan adanya Bantuan Operasional Sekolah otomatis sekolah tidak mendapat dana sumbangan dari siswa dan dana yang berasal dari Biaya Operasional tersebut sangatlah terbatas, sehingga dengan sangat terpaksasekolah mengambil suatu kebijakan untuk meniadakan kegiatan ekstra kurikuler dengan alasan tidak ada dana untuk melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler tersebut.<br />III. Hipotesis<br />Dari perumusan masalah diatas dapat dirumuskan hipotesis yaitu :<br />a. Tedapat hubungan adanya kebijakan sekolah gratis yang dicanagkan oleh pemerintah dengan berlangsungnya kegiatan ekstra kurikuler. Dar penjabaran diatas menurut pendapat penulis dana merupakan factor yang penting dalam berlansungnya kegiatan ekstra kurikuler, jika sekolah gratis maka kegiatan ekstra kurikuler terancam tidak dapat berlangsung. Karena dana operasional sekolah yang diberikan oleh pemerintah sudah di alokasikan ke yang lain.<br />.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Bab iii<br />Metodologi penelitian<br />I. TEKNIK SAMPLING<br />Populasi penelitian ini meliputi 7 SMP yang memperoleh Bantuan Biaya Operasional Sekolah di Kabupaten Wonogiri. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik bertahap. Sampel penelitian ini sebanyak 3 SMP. <br />II. SKALA PENGUKURAN<br />I. SKALA LIKERTS<br />NO. PERTANYAAN JAWABAN<br /> SS ST RG TS STS<br />1. Saya setuju dengan adanya seklah gratis <br />2. Dengan biaya sekolah gratis, kualitas mutu pendidikan akan naik <br />3. Saya tidak setuju dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler <br />4. Kegiatan ekstrakurikuler mengganggu proses belajar mengajar <br />5. Kegiatan ekstrakurikuler dapat berjalan tanpa bantuan biaya dari sekolah <br /><br /> KET :<br /> SS = Sangat Setuju <br /> ST = Setuju<br /> RG = Ragu-Ragu <br /><br />II. SKALA GUTTMAN<br />1. Dana BOS diberikan kepada kepada seluruh sekolah yang ada di Indonesia. <br />a. Setuju b. Tidak Setuju<br />2. Dengan adanya dana BOS beban orang tua murid semakin ringan.<br />a. Ya b. Tidak <br />3. Bagaimana pendapat anda jika kegiatan ekstrakurikuler ditiadakan ?<br />a. Setuju b. Tidak Setuju<br />4. Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler, bakat peserta didik dapat dikembangkan.<br />a. Ya b. Tidak<br />5. Kegiatan ekstrakurikuler mempengaruhi prestasi akademik peserta didik.<br />a. Ya b. Tidak<br />III. SKALA SEMANTIC DEFFERENSIAL<br />Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.<br />1. Berikan penilaian tentang kebijakan dana BOS untuk sekolah<br />Pembangunan Lancar 5 4 3 2 1 Pembangunan terhenti<br />Meringankan biaya sekolah 5 4 3 2 1 Membebani Sekolah<br />Meningkatkan Mutu Sekolah 5 4 3 2 1 Menurunkan Mutu Sekolah<br />Etos Kerja Guru Tinggi 5 4 3 2 1 Etos Kerja Guru Rendah<br />Keg, Ekstra Berjalan Lancar 5 4 3 2 1 Keg, Ekstra Tidak Berjalan<br />2. Berikan Penilaian mengenai kegiatan ekstrakurikuler<br />Mengembangkan Bakat Siswa 5 4 3 2 1 Mengubur Bakat Siswa<br />Motivasi Berprestasi tinggi 5 4 3 2 1 Motivasi Berprestasi Rendah<br />Mempererat Persatuan Siswa 5 4 3 2 1 Memecah belah Siswa<br />IV. SKALA RATING SCALE<br />Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.<br />4 = Sangat Baik / Sangat Setuju 2 = Kurang Baik / Kurang Setuju<br />3 = Cukup Baik / Sangat Setuju 1 = Sangat Tidak Baik / Sangat Tidak<br /> Setuju<br />NO. PERTANYAAN INTERVAL JAWABAN<br />1. Ketepatan alokasi dana BOS bagi sekolah 4 3 2 1<br />2. Alokasi dana BOS untuk pembangunan 4 3 2 1<br />3. Transparansi Pengelolaan dana BOS 4 3 2 1<br />4. Pengadaan Buku dengan dana BOS 4 3 2 1<br />5. Kegiatan Ekstrakurikuler menggunakan dana BOS 4 3 2 1<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />http://www.aman.web.id<br />http://indo.dikbudcairo.org/index.php?option<br />http://www.geocities.com/HotSprings <br />http://chabib.wordpress.com/2007/06/14/ <br /><br /><br /><br /><br /></div>Kumpulan Tugashttp://www.blogger.com/profile/13837565921289459680noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3537215133934557427.post-84982106366903973862009-12-29T01:28:00.000-08:002009-12-29T01:29:27.331-08:00TUGAS SEMESTER 4<div align="center">Pola Kebijakan Sekolah dalam Kegiatan Ekstra kurikuler dalam Rangka Menghadapi Bantuan Biaya Operasional Sekolah (BOS)<br /><br />Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Penelitian Pendidikan<br /><br />Dosen Pengampu :<br />1. Prof. Suyata, Ph.D.<br />2. Joko Sri Sukardi, M.Si<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Oleh :<br />Bakhtiardi P.S 07110241001<br /><br /><br /><br />PROGRAM STUDI ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN<br />JURUSAN FILSAFAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN<br />FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN<br />UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA<br />2009</div><div align="center"></div><div align="justify">BAB I <br />PENDAHULUAN<br />A. LATAR BELAKANG <br /> Pendidikan merupakan sarana dalam rangka memajukan kualitas seorang manusia, melalaui pendidikan juga, pribadi seorang manusia dapat terbentuk. Begitu vitalnya peran pendidikan dalam kehidupan manusia, sehingga pendidikan seharusnya mempunyai kualitas yang sangat bermutu sehingga produk yang dihasilkan oleh pendidikan diharapkan dapat membantu manusia untuk menjadi lebih baik dan tetap survive dalam melakoni kehidupan yang semakin hari semakin kejam.<br /> Tak dapat di pungkiri bahwa pendidikan nasional merupakan tonggak yang kuat dalam memajukan pendidikan yang ada di Indonesia oleh karena itu pendidikan nasional hendaknya mempunyai kualitas yang baik sehingga nantinya dapat memenuhi tujuan pendidikan Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, serta dapat memberikan suplemen yang hebat untuk peserta didik sehingga nantinya peserta didik dapat menjalani kehidupan ini dengan baik.<br /> Selain mempunyai kualitas yang bagus, hendaknya pendidikan nasional kita juga dapat dijangkau oleh semua warga Indonesia, baik itu dari kalangan atas, menengah ataupun kalangan bawah. Atau dengan kata lain pendidikan kita harus terjangkau. <br />Namun setiap terjadi pergantian tahun ajaran baru berbondong-bondong sekolah sekolah menaikan uang masuk sekolah. Yang bertujuan agar dapat membangun sekolahnya menjadi lebih bagus. Akibat kebijakan sekolah untuk menaikan uang masuk sekolah maka dapat berakibat banyaknya anak usia sekolah tidak dapat melanjutkan sekolah yang dikarenakan terbenturnya biaya sekolah. Karena sebagian besar masyarakat Indonesia adalah menengah kebawah. Dan angka putus sekolah akan meningkat secara tajam dan mereka (siswa yang putus sekolah) lebih memilih untuk bekerja mencari uang daripada bersekolah. Dan ini juga akan berdampak bagi bangsa Indonesia, karena ditangan para siswa inilah kelak bangsa Indonesia ini akan dibawa kemana.<br />Apabila hanya karena masalah biaya pendidikan yang mahal sehingga Indonesia ini tidak maju-maju hendaknya pemerintah harus malu. Dalam hal ini pemerintah bertanggungjawab penuh dalam hal pembiayaan pendidikan. Dengan menjamurnya sekolah-sekolah yang mahal pemerintah harus melakukan tindakan cepat untuk menyusun suatu kebijakan agar pendidikan nasional kita tidak mahal.<br /> Dengan sangat sigap pemerintah melakukan respon dengan adanya masalah ini. Pemerintah membuat kebijakan yaitu pemerintah memberi Bantuan Operasional Sekolah bagi setiap sekolah dasar yang ada di Indonesia. Dengan begitu dapat dipastikan bahwa biaya sekolah gratis atau siswa tidak dipungut biaya sama sekali. Sehingga dapat diharapkan siswa yang putus sekolah dikarenakan kekurangan biaya dapat berkurang. Sehingga diharapkan tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa akan tercapai.<br />B. IDENTIFIKASI MASALAH<br />Orientasi Kebijakan pemerintah periode 2004 – 2009 pada pembanguna di sektor pendidikan. Lebih ditekankan pada peningkatan kualitas pendidikan kita agar menjadi lebih baik. Dengan Implementasi program wajib belajar 9tahun dan biaya pendidikan yang relative murah, sehingga sebagian besar warga Indonesia yang statusnya menengah kebawah mendapat pendidikan yang layak. Kenaikan harga BBM yang begitu tinggi berdampak pada daya beli masyarakat miskin menurun drastic, ini ditakutkan dapat menghambat program wajib belajar 9tahun. Karena penduduk miskin semain sulit memenuhi kebutuhan pendidikan. Oleh karena itu program PKPS-BBM (Progrma Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak) pada bidang pendidikan harus dilanjutkan. Hal ini mendasari mengenai program pemerintah tentang Bantuan Operasional Sekolah. Untuk pengelolaan Biaya Operasional Sekolah dilakuakan oleh Dinas Pendidikan sedangkan untuk Bantuan Operasional Madrasah dikelola oleh Departemen Agama.<br />Dengan tujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa miskin yang mengenyam pendidikan sekolah dasar dan meringankan siswa yang berada disekolah swastar. Namun dengan dana seperti itu sekolah dituntut untuk mengatasi berbagai masalah yang pasti tidak cukup untuk diselesaikan jika hanya mendapatkan dana sebesar itu.<br />Undang Undang No 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2009 mewajibkan pemerintah daerah untuk menambahi kekurangan dana bantuan operasional sekolah. Sehingga gubernur/walikota/bupati harus menambahi kekurangan biaya pendidikan yang sudah mendapat bantuan dari pemerintah pusat agar pendidikan dapat gratis.<br />C. PEMBATASAN MASALAH<br />Jika dilihat Dana Bantuan Operasional Sekolah sangatlah minim. Dana itu hanya dapat memenuhi berbagai sektor operasional dalam sekolah. Kemudian program-program sekolah yang lain yang juga membutuhkan dana bagaiamana? Apakah akan vakum atau bagaimana? Ini yang menjadi masalah diberbagai sekolah yang menerima dana Bantuan Operasional Sekolah. Sperti pada kegiatan ekstra kurikuler sekolah, kegiatan ini merupakan sarana untuk mengembangkan kreatifitas siswa di luar aspek akademik. Kegiatan ekstra kurikuler merupakan wadah untuk mengembangkan bakat yang dimiliki siswa. Dengan adanya kegiata ekstra kurikkuler ini dapat menambah motivasi siswa untuk belajar disekolah. Apabila kegiatan ekstra kurikuler disekolah ini vakum/mati maka akan hilang wadah bagi pengembangan kreatifitas dan bakat siswa. Dengan kata lain dapat membunuh kreatifitas siswa.<br />Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang tidak hanya mencerdasakan peserta didik dari aspek akademis saja harus mempunyai seuatu kebijakan khusus mengenai kegiatan ekstra kurikuler ini. Sekolah dituntut untuk kreatif agar pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler ini dapat berjalan dengan lancar.<br />D. PERUMUSAN MASALAH<br />Dari berbagai uraian diatas baik dalam latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembataan masalah maka untuk memperjelas ruang lingkup masalah maka perlu dirumuskan suatu rumusan masalah yaitu : <br />a. Apakah ada dampak kebijakan Bantuan Operasional Sekolah terhadap kegiatan ekstra kurikuler sekolah ?<br />b. Kebijakan apa saja yang diambil oleh pihak sekolah dengan adanya kebijakan Bantuan Operasional Sekolah terhadap eksistensi kegiatan ekstra kurikuler sekolah ?<br />E. TUJUAN PENELITIAN<br />Berdasarkan Perumusan Masalah diatas maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah : <br />a. Untuk mengetahui apakah ada dampak mengenai kebijakan sekolah gratis terhadap kegiatan ekstra kurikuler sekolah.<br />b. Untuk mengetahui kebijakan apa saja yang diambil pihak sekolah mengenai adanya kebijakan sekolah gratis terhadap eksistensi kegiatan ekstra kurikuler sekolah.<br /><br />F. KEGUNAAN PENELITIAN<br />a. Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan seberapa berpengaruh kebijakan dana Bantuan Operasional Sekolah terhadap berlangsungnya kegiatan ekstra kurikuler sekolah sehingga dapat meningkatkan kualitas mutu pendidikan.<br />b. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi sekolah untuk mengambil suatu kebijakan mengenai kegiatan ekstra kurikuler yang berlangsung di sekolah.<br />G. KERANGKA TEORI<br />I. KAJIAN TEORI<br />BIAYA PENDIDIKAN <br /> Sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Biaya pendidikan dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu Biaya Satuan Pendidikan, Biaya Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan, serta Biaya Pribadi Peserta Didik. <br />1. Biaya Satuan Pendidikan adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan meliputi :<br />a. Biaya investasi adalah biaya pengadaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap.<br />b. Biaya Opersional terdiri dari biaya personalia dan non personalia. Biaya personalia terdiri dari gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan-tunjangan yang melekat pada gai. Biaya nono personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dll.<br />c. Bantuan Biaya Pendidikan, yaitu dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya.<br />d. Beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang berprestasi.<br />2. Biaya Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan adalah biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan penyelenggara/satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.<br />3. Biaya Pribadi Peserta Didik adalah biaya operasional yang meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. <br />Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan dasar 9 tahun, tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah terkait biaya satuan pendidikan telah diatur dalam PP No.48/2008 yang intinya adalah sebagai berikut :<br />1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap pendanaan biaya investasi dan biaya operasional satuan pendidikan bagi sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah/pemerintah daerah sampai terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan.<br />2. Sekolah yang diselenggarakan pemerintah/pemerintah daerah menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal, selain dari pemerintah dan pemerintah daerah, pendanaan tambahan dapat juga bersumber dari masyarakat, bantuan asing yang tidak mengikat, dan/atau sumber lain yang sah.<br /><br />3. Pemerintah dan pemerintah daerah dapat membantu pendanaan biaya nonpersonalia sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat..<br /><br />Dengan begitu maka lahirlah suatu kebijakan Bantuan Opersional Sekolah. Kebijakan ini merupakan jawaban dari isu-isu mahalnya biaya pendidikan. Dengan adanya program bantuan operasional sekolah ini diharapkan dapat meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajibbelajar 9 tahun yang bermutu. Sasaran program BOS adalah semua sekolah SD dan SMP, termasuk SMP Terbuka dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di Indonesia. Program Kejar Paket A dan Paket B tidak termasuk sasaran dari program BOS ini. Besarnya Biaya BOS adalah :<br />a. SD/SDLB di Kota Rp. 400.000,00 per siswa per tahun<br />b. SD/SDLB di Kabupaten Rp. 397.000,00 per siswa per tahun<br />c. SMP/SMPLB/SMPT di Kota Rp. 575.000,00 per siswa per tahun<br />d. SMP/SMPLB/SMPT di Kabupaten Rp. 570.000,00 per siswa per tahun.<br />Sekolah yang menyatakan menerima BOS dibagi menjadi 2 ( dua ) kelompok, dengan hak dan kewajiban sebagai berikut : <br />a. Apabila di sekolah tersebut terdapat siswa miskin, maka sekolah diwajibkan membebaskan segala jenis pungutan / sumbangan / iuran seluruh siswa miskin. Sisa dana BOS ( bila masih ada ) digunakan untuk mensubsidi siswa lainnya. Dengan demikian sekolah tersebut menyelenggarakan pendidikan gratis terbatas. Bila seluruh siswa tergolong miskin dan atau bila dana BOS cukup untuk membiayai seluruh kebutuhan sekolah, maka otomatis sekolah tersebut menyelenggarakan pendidikan gratis.<br />b. Bagi sekolah yang tidak mempunyai siswa miskin, maka dana BOS digunakan untuk mensubsidi seluruh siswa, sehingga dapat mengurangi pungutan/sumbangan/iuran yang dibebankan kepada orangtua siswa, minimum senilai dana BOS yang diterima sekolah.<br />EKSTRA KURIKULER<br /> Ekstra Kurikuler merupakan kegiatan diluar kegiatan pembelajaran akademik yang didalamnya terdapat perkembangan kratifitas siswa, menjalin hubungan dengan pihak luar, dan tempat penyaluran bakat siswa dibidang non akademis. Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan yang sah dan diperbolehkan berlangsung didalam sekolah. Berlangsungnnya kegiatan ekstrakuriuler tentunya diluar jam belajar mengajar. Setelah pulang sekolah ataupun pada hari libur. <br /> Kegiatan ini bertujuan untuk mengasah kreatifitas siswa dalam bidang non akademis dan sebagai tempat pengembangan bakat siswa. Siswa dapat memilih apapun kegiatan ekstra kurikuler yang mereka suka, asalkan tidak mengganggu kegiatan belajar siswa itu sendiri. Setiap bidang kegiatan ekstra kurikuler terdapat guru Pembina yang bertugas untuk membina kegiatan ekstra kurikuler tersebut.<br /> Dalam pelaksanaannya, kegiatan ekstrakurikuler tersebut menggunakan dana yang dikeluarkan oleh pihak sekolah. Dengan begitu kegiatan ekstra kurikuler dapat berlangsung dengan lancar. <br />II. Kerangka Berfikir<br /> Kebijakan pemerintah tentang dana Bantuan Operasional Sekolah memiliki berbagai dampak baik itu dampak yang positif maupun dampak yang negative. Dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan ekstra kurikuler sangat bergantung sekali dengan dana yang dikucurkan oleh sekolah untuk mengembangan setiap kegiatan ekstra kurikuler disekolah. Dahulu sekolah masih mampu membiayai kegiatan ekstra kurikuler di karenakan sekolah masih mendapat sumbangan dana dari murid yang bersekolah. Tetapi untuk sekarang dengan adanya Bantuan Operasional Sekolah otomatis sekolah tidak mendapat dana sumbangan dari siswa dan dana yang berasal dari Biaya Operasional tersebut sangatlah terbatas, sehingga dengan sangat terpaksasekolah mengambil suatu kebijakan untuk meniadakan kegiatan ekstra kurikuler dengan alasan tidak ada dana untuk melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler tersebut.<br />III. Hipotesis<br />Dari perumusan masalah diatas dapat dirumuskan hipotesis yaitu :<br />a. Tedapat dampak adanya kebijakan sekolah gratis dengan berlangsungnya kegiatan ekstra kurikuler.<br />b. Terdapat berbagai kebikan yang diambil sekolah dalam rangka menghadapi kebijakan sekolah gratis terhadap berlangsungnya kegiatan ekstra kurikuler.<br /><br /><br /><br /><br /></div>Kumpulan Tugashttp://www.blogger.com/profile/13837565921289459680noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3537215133934557427.post-86946466419051889542009-12-29T01:27:00.000-08:002009-12-29T01:28:10.940-08:00TUGAS SEMESTER 4<div align="center">Model – Model Pembelajaran</div><div align="center"><br />Oleh :<br />Bakhtiardi Putra S (07110241001)<br /></div><p align="center">Zaenal Irawan (07110241024)</p><p><br /></p><div align="justify"> Model pembelajaran pendidikan Indonesia harus terus dinamis sesuai dengan tuntutan zaman yang semakin modern ini. Model yang tidak cocok lagi hendaknya segera ditinggalkan agar pendidikan Indonesia tidak tertinggal lebih jauh. Model pemeblajaran yang inovatif dan menumbuhkan kreatifitas-kreatifitas peserta didiklah yang sekarang diperlukan. Kami mempunyai secuil gagasan mengenai model pembelajaran yang inovatif. Kami memberi nama “Picture Mixer”. Model pembelajaran ini, selain melatih akademis siswa, model ini juga melatih kerjasama, kepemimpinan, rasa percaya diri, serta menunbuhkan sifat tanggap dan kritis terhadap keadaan lingkungan. Untuk menggunakan model pembelajaran ini diperlukan beberapa langkah :<br />1. Guru menyajikan materi sebagai pengantar.<br />2. Siswa dibagi dalam kelompok<br />3. Tiap kelompok diberi gambar yang berbeda<br />4. Tiap kelompok mendiskusikan gambar yang telah diberi.<br />5. Setelah mendapat hasil, tiap kelompok kemudian dicampur dengan kelompok lain yang tentu saja berbeda gambar.<br />6. Kelompok baru tersebut saling bertukar informasi dan berdiskusi mengenai hasil kajian kelompok yang sebelumnya.<br />7. Kemudian diambil kesimpulan dari apa yang telah didiskusikan.<br />8. Guru menambahi apabila kesimpulan yang diambil siswa kurang sempurna.<br />Dari model ini diharapkan ketajaman siswa terhadap suatu masalah semakin meningkat, selain itu tingkat kebosanan dapat diminimalisir. Sehingga siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dana dapat menyerap ilmu yang telah diajarkan oleh guru.<br /><br /><br /></div>Kumpulan Tugashttp://www.blogger.com/profile/13837565921289459680noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3537215133934557427.post-12845412043662605042009-12-29T01:24:00.000-08:002009-12-29T01:27:03.292-08:00TUGAS SEMESTER 4<div align="center">Pendidikan Anak usia dini<br />Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah gerakan pemabahuruan pendidikan<br /><br /><br /><br /><br /> <br /><br /><br /><br /><br />Oleh :<br />cahyo edi p 0611024<br />Bakhtiardi P.S 07110241001<br />Budi ponidi 07110241020 <br />Ning tri pitajati 07110244009<br />Muhammad maghroby 0711024<br /> Idha ayu 07110244011<br /> <br /><br /><br /><br /><br />PROGRAM STUDI ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN<br />JURUSAN FILSAFAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN<br />FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN<br />UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA<br />2009<br /><br /><br /></div><div align="justify">BAB I <br />PENDAHULUAN<br />LATAR BELAKANG <br /> Pendidikan merupakan sarana dalam rangka memajukan kualitas seseorang, melalaui pendidikan juga, pribadi seorang manusia dapat terbentuk. Begitu vitalnya peran pendidikan dalam kehidupan manusia, sehingga pendidikan seharusnya mempunyai kualitas yang sangat bermutu sehingga produk yang dihasilkan oleh pendidikan diharapkan dapat membantu manusia untuk menjadi lebih baik dan tetap survive dalam melakoni kehidupan yang semakin hari semakin kejam.<br /> Pendidikan yang sering didengung-dengungkan adalah perndidikan sepanjang hayat atau long life education. Yang dimaksud disini adalah proses pendidikan hendaknya berlangsung sepanjang hayat atau selama kita masih diberi umur oleh tuhan. Baik sejak lahir sampai nyawa keluar dari tubuh kita,<br /> Sejak lahir seorang bayi sudah mendapat pendidikan dari lingkungan sekitarnya, baik dari keluarga maupun tetangga-tetangga. Walaupun nilai pendidikan itu sangat sederhana seperti dalam hal mengenali suara, bentuk dan lain-lain. Namun itu sudah merupakan satu bentuk pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan sepanjang hayat ini tidak hanya terjadi dalam manusia yang baru lahir saja tetajuga bagi mereka yang sudah berusia tua. Agar pebih mencerdaskan otaknya, para orang tua juga harus mendapat pendidikan walaupun tidak secara formal.<br /> Seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin maju ilmu pengetahuan pun juga semakin maju dan berkembang secara pesat. Dengan spesialisasi-spesialisai dalam dunia pendidikan. Salah satunya diantaranya adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-8 tahun. Anak pada usia tersebut dipandang memiliki karakterisktik yang berbeda dengan anak usia diatasnya sehingga pendidikannya perlu untuk dikhususkan. PAUD telah berkembang dengan pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama dinegara-negara maju. karena menurut ilmu tersebut pengembangan kapasitas manusia akan lebih mudah dilakukan sejak usia dini.<br /> PAUD adalah investasi yang sangat besar bagi keluarga dan bangsa. Anak-anak adalah generasi penerus keluarga dan sekaligus penerus bangsa. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Merekalah yang kelak membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju, yang tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain. Dengan kata lain, masa depan bangsa sangat ditentukan oleh pendidikan yang diberikan kepada anak-anak kita.<br /><br />BAB II<br />PEMBAHASAN<br />A. Sejarah pendidikan anak usia dini<br />1. Abad XVIII dan sebelumnya<br />Istilah kindergarten atau Taman Kanak – Kanak baru dipakai Froebel tahun 1837. Meskipun demikian,pemikiran untuk mendirikan skolan khusus bagi anak – anak telah ada jauh sebelum itu. Beberapa tokoh penting seperti Martin Luher, J.A. Comenius, Pestalozzi, Darwin dan Seguin member sumbangan pemikiran yang tak ternilai untuk PAUD. Martin Luther (1483-1546), ia menyarankan agar anak laki – laki sebaiknya diberi pendidikan formal. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa anak laki – laki pada saat itu merupakan tulang punggung keluarga yang harus mampu menghidupi keluarganya,mendidik, membimbing dan mengarahkan anak – anaknya. Untuk itu, anak – anak laki – laki sebaiknya bisa membaca, menulis, dan berhitung. <br />Sementara itu, John Amos Comenius (1592-1670), ia menginginkan agar semua anak mendapat kesempatan belajar di sekolah. Idenya yang cemerlang dan masih dipakai sampai sekarang adalah kurikulum yang terintegrasi (integrated curriculum) dan kurikulum yang member kesempatan anak untuk belajar melalui pengalaman langsung (hands on curriculum). Sedangkan Charles Darwin (1959) menulis buku The Origin of Species, dalam buku tersebut ia menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda. Agar anak bisa tetap hidup, ia harus berlatih beradaptasi dengan lingkungannya. Dan pendidik perlu menyadari bahwa perbedaan antar individu akan berdampak pada cara belajar individu yang berbeda.<br />Seorang pemerhati pendidikan anak lainnya ialah J.J. Rosseeau (1712-1778), ia menuangkan pemikirannya tentang PAUD dalam novelnya emile. Ia menentang pendapat bahwa anak adalah miniature orang dewasa dan menyarankan agar anak dididik sebagaimana kodratnya. Ia berpendapat bahwa pendidikan sebaiknya disesuaikan dengan usia anak. Sedangkan Pestalozzi (1747-1827) ia menekankan akan pentingnya kemerdekaan dan kebebasan batin anak dari segala tekanan dilingkungannya agr ia dapat belajar dan berpikir secara optimal. Ia menyarankan agar anak belajar dari benda – benda riil. Ia juga menyarankan agar rekreasi dan bermain dimasukkan sebagai bagian dari pendidikan anak.<br />2. Abad XIX<br />Salah satu tokoh pendiri taman kanak – kanak yang tenar pada abad ini ialah Friedrich Wilhelm Froebel (1782-1852). Froebel pernah belajar pada Pestalozzi meskipun ia tak seide benar dengannya. Namun, banyak persamaan pemikiran diantara keduannya mengenai TK. Ia mendirikan kindergarten (kinder = anak dan garten = taman) di jerman pada tahun 1837. Yang menarik dari sekolah Froebel ini ialah adanya gift dan occupation. Gift adalah adanyabenda – benda riil untuk sarana belajar anak. Sedangkan occupation ialah serentetan aktivitas yang urut. Selain itu tokoh PAUD pada abad ini adalah Robert Owen (1771-1850) di Amerika Serikat. Ia mendirikan sekolah anak (infant scholl) pada tahun 1824 yang terletak di New Harmony, Indiana yang kemudian menjadi terkenal. Sekolah Owen ini dalam beberapa segi memiliki kesamaan dengan sek0olah Froebel dan pemikiran Pestalozzi, yaitu menekankan agar anak belajar dari benda – benda konkret. Akan tetapi, Owen lebih menekankan pada kegiatan empiris. Menurutnya, ilmu pengetahuan diperoleh dari hasil interaksi anak dengan objek.<br />3. Abad XX<br />Pada abad ini salah satu tokoh PAUD adalah Maria Montessori, ia membuka sekolah di Roma, Italia pada tahun 1907 yang diberi nama Casa De Bambini (rumah anak). Casa De Bambini atau Children’s House di kemudian hari sangat dikenal dengan nama Montessori school. Pengalamannya mendidik anak ditulis dalam sebuah buku berjudul Scientific Paedagogy as Applied to Child Education in the Children’s House. Montessori menggambarkan kodrat anak sebagai makhluk yang memiliki daya informasi tinggi, yang dsikenal dengan teori The Absorbent of Mind Montessori, 1984). Menurut teori ini, anak memiliki daya serap yang tinggi terhadap informasi dari lingkungan sekitarnya. Menurutnya, pada tahap awal anak terus – menerus menyerap informasi dari lingkungannnya secara sadar atau tidak sadar. Disekolah Montessori, anak – anak dilatih untuk menguasai keterampilan yang akan dipakai seumur hidup (long life skills).<br />4. Perkembangan PAUD di Indonesia<br />Pola perkembangan Taman KAnak – Kanak di Indonesia dapat dikelompokkan menjadai empat tahap, yaitu zaman kerajaan, zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan Jepang dan zaman kemerdekaan. Pada zaman kerajaan, anak – anak raja pada umumnya belajar dari empu dan anak - anak dari rakyat biasa belajar di padepokan dengan system cantrik.<br />Pada zaman penjajahan Belanda, ada dua tipe sekolah TK, yaitu tipe Europese Lagere School (ELS) dan Froebel School. Namun hanya anak – anak Indonesia dari kalangan tertentu yang dapat memasuki kedua tipe sekolah ini, yaitu anak pegawai negeri golongan jaksa keatas. <br />Ketika Jepang berkuasa di Indonesia menggantikan Belanda, system pendidikan TK beralih ke system Nippon. Hal itu antara lain disebabkan Jepang selain ingin menguasai Indonesia, juga ingin mengubah budaya Indonesia menjadi budaya Jepang.<br />Setelah Indonesia merdeka, TK sedikit demi sedikit berkembang, dimulai di kota – kota besar. Ki Hadjar Dewantara merupakan tokoh penting dalam perkembangan TK di Indonesia. Jauh sebelum merdeka, beliau sudah memikirkan system pendidikan nasional, termasuk TK. Pemikiran beliau tentang PAUD dituangkan dalam buku yang berjudul Karya Ki Hadjar Dewantara bagian pertama Bab III. Beliau, melalui organisasi Taman Siswa, mendirikn Taman Indria di Kotagede, Yogyakarta pada tanggal 3 juli 1922. Taman Indria member layanan pendidikan bagi anak berusia dibawah 7 tahun. Beliau menggunakan istilah “taman” bukan “sekolah” dengan harapan bahwa TK itu bagaikan taman yang nyaman dan menyenanggkan bagi anak.<br />B. Pengertian paud<br />Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.<br />Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.<br />C. Tujuan paud<br />PAUD beujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesui falsafah suatu bangsa. Anak dapat dipandang sebagai individu yang baru mulai mengenal dunia dan ia juga sedang belajar berkomunikasi dengan orang lain dan belajar memahami orang lain. Untuk itu anak perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai hal tentang dunia dan isinya. Anak juga perlu dibimbing agar memahami berbagai fenomena alam dan dapat melakukan keterampilan – keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup di masyarakat. Interaksi anak dengan benda dan orang lain diperlukan agar anak mampumengembangkan kepribaian, watak, dan akhlak yang mulia. Usia dini merupakan saat yang sangat berharga untuk menanamkan nilai – nilai nasionalisme, agama, etika, moral dan sosialyang berguna untuk kehidupan anak selanjutnya.<br />Selain itu tujuan yang di emban oleh pendidikan anak usia dini adalah untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa dan untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.<br />D. LANDASAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI<br />1. Landasan Yuridis<br />Landasan yuridis (hukum) terkait pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini tersirat dalam amandemen UUD 1945 pasal 28 b ayat 2, yaitu “ Negara menjamin kelangsungan hidup, pengembangan dan perlindungan anak terhadap eksploitasi dan kekerasan”. Pemerintah Indonesia juga telah menandatangani konversi Hak Anak melalui Keppres No.36 tahun 1990 yang mengandung jewajiban Negara untuk pemenuhan hak anak. Ikut sertanya Indonesia dalam program pendidikan untuk semua pada waktu konferensi internasional di dakkar, Senegal tahun 2000. Secara khusus telah tertuang dalam UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003, dimana PAUD dibahas pada bagian ke tujuh pada pasal 28.<br />2. Landasan Empiris <br />Dilihat dari segi pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan di Indonesia baik melalui jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah menunjukan bahwa anak usia dini yang memperoleh pelayanan pendidikan pra sekolah sangat rendah. Rendahnya tingkat partisipasi anak mengikuti PAUD berdampak pada endahnya kualitas SDM Indonesia, diikuti juga dengan terpuruknya kualitas pendidikan disegala bidang dan tingkatan. Rendahnya kyualitas pendidikan itu antara lain dipengaruhi oleh input, terutama calon siswa sebagai input. Rendahnya kualitas calon siswa berdsarkan pada suatu kenyataan bahwa selama in perhatian terhadap PAUD masih sangat minim.<br />3. Landasan Keilmuan <br />Otak yang secara fisik merupakan organ lembut yang ada dikepala memiliki peran yang sangat penting selain sebagai pusat system saraf juga berperan dalam menentukan kualitas kecerdasan seseorang. Optimalisasi kecerdasan dimungkinkan apabila sejak anak usia dini telah mendapatkan stimulasi yang tepat untuk perkembangan otak. Perkembangan otak tidak berjalan secara linier, namun semua bagian otak dapat di stimulasi pada saat bersamaan.<br />E. PRINSIP PAUD<br /> Dalam program PAUD haruslah terjadi pemenuhan berbagai macam kebutuhan anak, mulai dari kesehatan, nutrisi danstimulasi pendidikan, juga harus dapat memberdayakan lingkungan masyarakat dimana anak itu tinggal.<br />1. Prinsip pelaksanaan program PAUD harus mengacu pada prinsip umum yang terkandung dalam konverensi hak anak, yaitu :<br />a. Nondiskriminasi, dimana semua anak dapat mengecap PAUD tanpa membedakan suku bangsa, jenis kelamin, bahasa, agama, tingkat social serta kebutuhan khusus setiap anak.<br />b. Dilakuakn demi kebaikan yang terbaik untuk anak, bentuk pengajaran, kurikulum yang diberikan harus sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, emosinal, dan konteks social dimana anak tersebt tinggal.<br />c. Mengakui adanya hak hidup kelangsungan hidup dan perkembangan yang sudah melekat pada anak.<br />d. Penghargaan terhadap pendapat anak, terutama yang menyangkut kehidupannya perlu mendapatkan perhatian dan tanggapan.<br />2. Prinsip pelaksanaan Program PAUD harus sejalan dengan prinsip pelaksanaan keseluruhan proses pendidikan.<br />a. Pengembangan diri, pribadi, karakter, serta kemampuan belajar anak diselsenggatakan anak secara tepat, terarah, cepat dan berkesinambungan.<br />b. Pendidikan dalam arti pembinaan dan pengembangan anak mencakup upaya meningkatkan sifat mampu mengembangkan diri dalam anak.<br />c. Pemantapan tata niali yang dihayati oleh anak sesuai system tata nilai hidup dalam masyarakat dan dilaksanakan dari bawah dengan melibatkan lembaga swadaya masyarakat.<br />F. Kurikulum dan Rencana Pembelajaran<br />Dengan adanya otonomi sekolah, guru atau IGTK dapat mengembangkan kurikulum sendiri. Pemgembangan kurikulum hendaknya mengikuti arahan, seperti yang disarankan oleh NAEYC dalam DAP. Dalam bukunya Reaching Potentils: Appropriate Curriculum and Assessment for Young Children, Bredekamp dan Rosegrant (1992) menyarankan agar pengembangan kurikulum unruk PAUD mengikuti pola sebagai berikut.<br />1. Berdasarkan Keilmuan PAUD<br />Kurilulum PAUD didasarkan atas ilmu terkini PAUD dan hasil – hasil penelitian tentang belajar dan pembelajaran. Kajian keilmuan secara komprehensif hendaknya menjadi landasan pengembangan kurikulum. Pengetahuan, keterampilan, serta sikap merupakan satu kesatuan. Cara memperoleh pengetahuan dan keterampilan akan mempengaruhi sikap anak, begitu pula sebaliknya (Katz dan Chard, 19789).<br />2. Mengembangkan Anak Secara Menyeluruh<br />Tujuan kurikulum hendaknya ditujukan untuk mengembangakan anak secara menyeluruh, yang meliputi aspek fisik-motorik, social, moral, emosional dan kognitif.<br /><br />3. Relevan, Menarik, dan Menantang<br />Isi kurikulum hendaknya relevan, menarik dan menantang anak untuk melakukan eksplorasi, memecahkan masalah, mencoba, dan berpikir. Kurikulum yang efektif dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari konteks yang berarti dalam kehidupan anak.<br />4. Mempertimbangkan Kebutuhan Anak<br />Perencanaan kurikulum hendaknya mempertimbangkan kebutuhan anak, perkembangan anak, kebutuhan masyarakat dan ideology bangsa secra nasional. Kurikulum hendaknya realistis dan dapat dicapai anak. Apa yang dipelajari anak hendaknya sesuai dengan apa yang didinginkan anak, masyarakat dan Negara.<br />5. Mengembangkan Kecerdasan<br />Kurikulum hendaknya mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir, menalar, mengambil keputusan danmemecahkan masalah. Pembelajaran pada anak usia dini hendaknya tidak bersifat hafalan, tetapi mengembangkan kecerdasan dengan cara melatih anak berpikir, bernalar, mengambil keputusan dan memecahkan masalah.<br />6. Menyenangkan <br />Kurikulum disesuaikan dengan kondisi psikologis anak sehingga anak merasa mampu, senang, rileks dan nyaman belajar di TK. Anak usia dini suka bermain, aktif dan selalu ingin tahu. Oleh karena itu, kegiatan kurikuler dirancang agar anak dapat belajar sambil bermain, aktif secara fisik dan mental untuk memuaskan rasa ingin tahunya.<br />7. Fleksibel <br />Kurikulum hendaknya bersifat fleksibel, baik tentang isi maupun waktu agar dapat disesuaikan dengan perkembangan, minat dan kebutuhan setiap anak. Kurikulum TK diharapkan bisa mengakomodasi hal - hal baru, menyediakan alternative dan memungkinkan anak untuk memilih kegiatan. Selain itu, dalam pelaksanaannya tidak terlalu dibatasi oleh waktu.<br />8. Menyatu dan Padu<br />Kurikulum TK bersifat menyatu dan padu (unified and integrated), artinya tidak mengajarkan bidang studi sendiri – sendiri atau secara terpisah, tetapi secara terpadu dan terintegrasi melalui tematik unit.<br />Untuk mengembangkan kurikulum, sebaiknya guru memperhatikan hal – hal berikut:<br />a. Dasar filosofi dan model TK yang akan dipakai, misalnya model Froebel atau model Montessori.<br />b. Dasar yuridis, yaitu aturan – aturan dari pemerintah yang berlaku secara nasional.<br />c. Prinsip dasar keilmuan PAUD, teori perkembangan anak, teori belajar dan pembelkajaran anak usia dini, Mengakui adanya hak hidup kelangsungan hidup dan perkembangan yang sudah melekat pada anak,<br />d. Kebutuhan anak dan pengetahuan awal yang telah dimilikinya.<br />e. Kebutuhan masyarakat dan kecenderungan perubahannya.<br />f. Kemampuan guru dan tersedianya fasilitas di sekolah.<br /><br /><br />BAB III<br />PENUTUP<br />KESIMPULAN<br />Dari uraian kami diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa :<br />1. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan,sosio emosional,bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.<br />2. Tujuan PAUD adalah membentuk anak Indonesia yang berkualitas<br />3. Landasan PAUD ada tiga yaitu landasan yuridis, empiris dan keilmuan<br />4. Prinsip PAUD harus Nondiskriminasi, Dilakuakn demi kebaikan yang terbaik untuk anak, Penghargaan terhadap pendapat anak<br />5. Kurikulum PAUD hendaknya terdapat :<br />a. Berdasarkan Keilmuan PAUD<br />b. Mengembangkan Anak Secara Menyeluruh<br />c. Relevan, Menarik, dan Menantang<br />d. Mempertimbangkan Kebutuhan Anak<br />e. Mengembangkan Kecerdasan<br />f. Menyenangkan<br />g. Fleksibel<br />h. Menyatu dan Padu<br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Mansur.2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar<br />Suyanto, Slamet.2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Yogyakarta: Hikayat Publishing.<br /> http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dinis<br /> http://qeeasyifa.multiply.com/journal/item/61/MEMAHAMI_PENDIDIKAN_ANAK_USIA_DINI<br /> http://www.jugaguru.com/column/21/tahun/2008/bulan/12/tanggal/19/id/849<br /><br /><br /><br /><br /></div>Kumpulan Tugashttp://www.blogger.com/profile/13837565921289459680noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3537215133934557427.post-20396867047797135282009-12-29T01:22:00.000-08:002009-12-29T01:23:59.710-08:00TUGAS SEMESTER 4<div align="center">Pertarungan antara jiwa dan tubuh rene descartes<br />Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah <br />Filsafat manusia<br /><br /><br /><br /><br /> <br /><br /><br /><br /><br />Oleh :<br />Bakhtiardi P.S 07110241001<br />Praditya Ika Siwi 07110241002 <br />Rima cah yani 07110244003<br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br />PROGRAM STUDI ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN<br />JURUSAN FILSAFAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN<br />FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN<br />UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA<br />2009<br /><br /><br /></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify">BAB I <br />PENDAHULUAN<br />A. LATAR BELAKANG <br />Ada dua hal penting yang harus kita ketahui, sebelum kita masuk kedalam pemikiran Descartes tentang manusia. Pertama mengenai dominasi ilmu biologi Aristotelian didalam tradisi akademik pada masa Descartes. Ketika itu ilmu-ilmu biologi yang diajarkan di universitas-universitas di Perancis, didominasi oleh konsep Aristotelian tentang jiwa. Jiwa dianggap sebagai prisip yang member kehidupan kepada makhluk hidup. Semua organism, baik tumbuh-tumbuhan dianggap memiliki jiwa, yakni jiwa vegetative. Dengan jiwa vegetative semua organism mampu menyerap makanan dan mampu bereproduksi. Akan tetapi, pada hewan terdapat jiwa tambahan yakni jiwa sensitive (kadand-kadang disenut jiwa hewani). <br />Dengan jiwa sensitive , semua hewan mempunyai kemampuan yang lebih kompleks, misalnya daya penggerak, sensasi, ingatan, dan imajinasi. Satu-satunya makhluk hidup yang dipandang paling tinggi derajatnya adalah manusia, dianggap memiliki jiwa rasional. Dengan jiwa rasionalnya, manusia mampu berpikir secara sadar, membuat norma social, serta menyusun kebajikan kebajikan moral.<br />Aristoteles dan para pengikutnya melakukan beberapa observasi yang cerdik mengenai fungsi organis yang dihubungkan dengan jiwa, akan tetapi ditinjau dari titik pandang ilmu pengetahuan modern, pendekatannya memperlihatkan beberapa keterbatasan. Mereka mengira fungsi jiwa dapat dipandang sebagai factor utama, yang dapat menjelaskan seluruh fenomena kehidupan. Akan tetapi, dikemudian hari fungsi jiwa tersebut tidak dapat menjelaskan dirinya sendiri berdasarkan unit-unit ang lebih dasar.<br />Hal kedua yang perlu kita ketahui adalah pengalaman Descartes mengenai bergeraknya patung-patung akibat dorongan air. Descartes mengunjungi tempat yang sangat menarik, Yakni tempat serangkaian patung-patung mekanis yang ruwet, yang dirancang khusus didalam gua-gua ditepi sungai sheine. Jika para pengunjung menginjak piring-piring yang dibawah lantai, maka air-air akan mengalir melalui pipa-pipa dan katup-katup yang terdapat dalam paung-patung, sehingga dapat menyebabkan patung patung tersebut bergerak. Kendati hanya dimaksudkan untuk hiburan saja, patung-patung tersebut memberikan ilham bagi Descartes untuk teori-teorinya tentang badan-badan yang hidup, yang menurut anggapannya digerakan oleh kekuatan kekuatan mekanis. <br />B. Rumusan masalah<br />Berdasarkan pemaparan diatas penulis akan memfokuskan pembahasan mengenai metode, fisika dan fisiologi serta filsafat Descartes tentang jiwa dan pertaliannya dengan tubuh. Sehingga diperoleh perumusan masalah sebagai berikut :<br />1. Bagaimana metode yang diterapkan Descartes ?<br />2. Bagaimana ide dan pemikiran tentang fisika dan fisiologi Descartes?<br />3. Bagaimana filsafat descates tentang jiwa dan pertaliannya dengan tubuh ?<br /><br /><br />BAB II<br />PEMBAHASAN<br />A. Metode Descartes <br />Obsesi Descartes adalah menjawab pertanyaan tentang bagaimana ilmu-ilmu non matematik bisa memiliki kepastian yang sama dengan hasil hasil yang diraih oleh geometris analitis. Jawaban Descartes adalah menerapkan cara berpikir geometris pada seluruh bidang pengetahuan tanpa terkecuali. Dalam geometri kita mulai dengan sebuah aksioma yang pasti dan jelas, seperti misalnya “sebuah garis lurus meruoakan jarak terpendek antar dua titik”. Kemudian kita menghubungkan aksioma aksioma tersebut melalui langkah kecil tapi pasti dan logis, untuk sampai pada sebuah kesimpulan. Cara seperti ini menurut desacaters dapat diterapkan di luar pengetahuan geometri yakni dengan cara berangkat dari data-data yang jelas dan tegas dan tidak dapat diragukan lagi.<br />Pada dasarnya Descartes ingin menunjukan kepada kita jalan menuju kepastian. Jalan itu adalah melalui keragu-raguan, yakni meragukan segala hal, dan kemudian mengambil sebagai aksioma apapun yang terbukti tidak dapat diragukan.<br />Dalam sebuah karyanya yang berjudul “Rules for the directions of the mind”. Descartes berusaha menunjukan bagaimana metodenya ini dapat diterapkan pada analisa mengenai dunia fisik. Pertama tentukan terlebih dahulu sifat-sifat dasar sederhana yang terdapat pada sebuah objek, yakni unit-unit elementer dan aksiomatis dari sebuah objek. Sifat dasar yang sederhana adalah gagasan atau kesan yang jelas. Yakni makna yang diberikan secara langsung dalam pengalaman dan terpilah-pilah, yakni makna yang tidak bisa diragukan dan dianalisis lagi lebih lanjut. Sumber utama yang muncul adalah karena menerima gagasan yang jelas, tetapi tidak terpilah pilah sebgai sifat dasar yang sederhana yakni sifat yang telah diragukan, tetapi tidak secara memadai. Kesan yang menyesatkan dari sebuah tingkat yang bengkok didalam air jernih misalnya, merupakan sebuah gagasan yang jelas tetapi tidak terpilah pilah. “bengkoknya” tongkat itu jelas, tetapi bisa saja diragukan, misalnya karena ada pembiasan dalam air. Padahal sebenarnya tongkat itu lurus.<br />Setelah secara sistematis Descartes meragukan gejala fisis, ia lalu menarik kesimpulan, bahwa hanya terdapat dua sifat dasar yang jelas dan tidak terpilah-pilah, atau yang tidak bisa diragukan dan di analisis lagi yakni keluasan atau eksistensi dan gerak. Ia percaya bahwa seluruh gejala alam fisis harus bisa dijlaskan yang hubungannya dengan dua sifat dasar tersebut.<br />B. FISIKA DAN FISIOLOGI DESCARTES<br />1. Fisika <br /> “Risalah tentang Cahaya” menyajikan gagasan fisika Descartes, yang didasarkan pada analisis atas partikel partikel yang bergerak. Mengikuti aristoteles, Descartes percaya bahwa tidak ada ruang kosong, seluruh alam semesta sepenuhnya berisi partikel partikel yang bermacam-macam yang bentuk gerakannya bermacam-macam pula. Kalau sebuah partikel bergerak , ia tidak meninggalkan ruang kosong dibelakangnya, karena ruang tersebut disis oleh partikel partikel lain sama seperti jika seekor ikan berenang, maka ruang yang ditinggalkannya diisi oleh air.<br /> Descartes percaya bahwa ada tiga jenis partikel dasar dialam semesta, yakni apai, tanah, dan udara. Ia memahami “api” sebagai unsure yang paling kecil. Sedemikian kecilnya sehingga ketikan berkumpul mereka membentuk “perpaduan zat cair dan gas yang sangant sempurna, yang mampu mengisi ruang bentuk dan ukuran.<br /> Namun partikel udara agak lebih besar meskipun masih terlampau kecil untuk diamati secara langsung. Partikel-partikel yang jumlahnya sangat luar biasa ini mengisi segenap ruang diantara objek –objek dan secara serentak bergerakdalam ruang, begitu ruang itu dikosongkan oleh objek yang bergerak. <br /> Menurut Descartes , partikel partikel udara secara alamiah memformulasikan dirinya sendiri kedalam kolom-kolom diantara objek-objek, yang kemudian membentuk dasar material dari sinar cahaya. Lebih lanjut Descartes berpendapat bahwa partikel-partikel tanah yang membentuk objek itu secara terus-menerus bergerak atau bergetar, dan gerakan gerakan atau getaran-getaran tersebut kedalam kolom-kolom sinar cahaya menuju mata. Sebaliknya, getaran-getaran sinar merangsang partikel partikel material dari mata dan gerakan yang simpatetik. Dengan cara demikian, Descartes memberikan landasan fisis bagi sensasi cahaya pada individu yang mempersepsi.<br /> Dalam menjelaskan hal ini Descartes menggunakan analogi orang buta ketika melihat benda-benda mengguankan tongkat. Setelah orang buta ini meraba-raba dengan tongkatnya dan menemukan sebuah objek padat, maka tekanan pada ujung tongkat disalurkan dan dipersepsi oleh tangan. Dengan demikian tongkat analog dengan sinar cahaya kartesian, yang menyalurkan gerak suatu stimulus dari satu ujung ke ujung yang lain.<br />2. FISIOLOGI<br /> Dalam hal ini Descartes tertarik pada rongga-rongga didalam otak, atau biasa disebut ventricles, yang berisi cairan jernih berwarna kuning, yang pada saat itu dinamakan roh-roh hewani dan sekarang dinamakan cairan cerebrospinal. Ia berspekulasi bahwa cairan tersebut merupakan cairan paling kecil dan halus dalam dalam darah. Yang disaring melalui partikel-partikel yang lebih kasar dalam pembuluh darah halus menuju otak. Kemudian ia meminjam gagasan ahli fisika kuno galen bahwa roh-roh hewani mengalir melalui jaringan saraf-saraf tubuh, untuk mengaktifkan otot khusus ke seluruh tubuh. Tanpa mikroskop Descartes meyakinkan kepada dirinya dan kita bahwa urat-urat syaraf yang tipis itu berlubang. Berkat roh-roh hewani yang bersifat cair dan rongga – rongga yang berlubang, tubuh-tubuh hewani bergerak dengan mekanisme ketika ada rangsangan atau stimulant dari luar maka rongga – rongga yang semula tertutup kemudian terbuka dan roh-roh hewani mengalir menuju seluruh tubuh dan menggerakan tubuh-tubuh hewani.<br /> Dari teori tersebut yang dianggap ridak mengguanakan istilah yang jelas dan pasti namun Descartes sebenarnya telah memformulasikan gagasan umum tentang apa yang kita namakan fefleks. Sebuah rangkaian neurofisiologis dimana suatu stimulus tertentu dari dunia luar secara otomatis menimbulkan respons tertetntu pada organism. Para dokter misalnya menguji reflex dengan cara memukul dengkul kita (stimulus) untuk menghasilkan tendangan yang tidak di sengaja oleh kaki kita (respons). Mekanisme yang dibayangkan oleh Descartes tentang reflex kini terbukti keliru, urat – urat syraf kita tidak berisi rongga – rongga yang berlubang untuk menyalurkan pesan indrawi dan bukan sebagai penyalur roh-roh hewani atau cairan cerebrospinal sebagai pemrakarsa gerakan. Akan tetapi konsepsi umum Descartes mengenai reflex-refleks sangat berguna untuk psikolog dan fisiolog, dan kelak para penerusnya dapat mengembangkan teori-teori yang lebih akurat, yang mendasarai tranmisi syaraf.<br /> Berdasarkan teprinya tersebut Descartes membagi dua jenis respons reflektif yaitu reflex bawaan dan reflex yang diperlajari. Pada bagian yang pertama (reflex bawaan) jiwa-jiwa vital secara langsung menggerakan syaraf melalui penarikan urat sehingga menghasilkan respons otomatis dan langsung. Contohnya adalah respons ketika tangan terlmapu dekat dengan api, maka sinyal dari tangan menuju otak sehingga menyebabkan tangan secara reflex ditarik dari api.<br /> Jenis reflex yang kedua adalah reflex yang dapat dipelajari merupakan rekasi-reaksi yang diperoleh melalui proses hasil belajar. Dalam hal ini Descartes menjelaskan sejenis system pengungkit yang fleksibel didalam otak, yang memungkinkan hentakan yang masuk dapat membuka syaraf-syaraf yang lain dari yang dirangsang. Pembedaan umumnya dari reflex bawaan dan reflex yang dipelajari merupakan gagasan yang luar biasa dan produktif dalam psikologi barat.<br /> Sementara reflex bawaan dan reflex yang dipelajar dapat menjelaskan kerja atau gerak organism melalui stimulus dari dunia luar. Descartes pun beranggapan bahwa baik manusia maupun hewan tidak selalu meiliki respons yang sama pada setiap stimulus. Factor-faktor internal pun memainkan peranan dalam respons respons hewani. Menurut pendapatnya, respons – respons terjadi karena interaksi stimulasi eksternal pada system syaraf dengan kesiapan emosional internal dari roh-roh hewani. Setelah itu terjadi, terbentuklah respons respons yang terjadi dengan cara yang spesifik sesuai dengan kesiapan emosional internal dari roh-roh hewani.<br /> Descartes percaya bahwa analisinya berhasil menunjukan bagaimana seluruh fungsi-fungsi tradisional mengenai roh-roh vegetative dan roh-roh hewani dapat dijelaskan secara mekanis, jadi bisa menggantikan penjelasan aristoteles yang sudah kadaluarsa. Ia mengatakan hewan dapat dimengerti secara lengkap dalam istilah-istilah mekanik. Sebagaimana menjelaskan benda-benda yang bergerak secara otomatis. Akan tetapi Descartes tidak mengatakn hal yang sama tentang manusia, meskipun fakta menunjukan bahwa dalam banyak hal manusia menyerupai tubuh hewan, dan beroperasi seperti mesin. Ada perbedan yang mendasar mengenai manusia dan hean. Manusia mempunyai kemampuan untuk bersdar dan berkehendak. Adanya segi subjektif dari pengelaman manusia secara luhur tidak mengizinkan Descartes untuk menganalisis manusia secara mekanistik. Descartes menghubungkan gejala manusia dan kehadiran jiwayang dianggapnya berinteraksi dengan tubuh mesin pada manusia, pendek kata Descartes membuang roh-roh vegetative dan roh-roh rohani tetapi mempertahankan jiwa rasional.<br />C. Filsafat Descartes tentang jiwa dan pertaliannya dengan tubuh<br /> Diskurusus tentang Metode sebuah karya Descartes yang otobiografis, dan merupakan sebuah karya filsafat yang klasik, berkenaan dengan analisis tentang jiwa rasional manusia. Dalam buku tersebut ia menggambarkan awal usaha filosofisnya untuk meragukan semua hal secara sistematis. Pertama-tama descates meraguakan segala sesuatu, namun setelah terus menerus ragu akhirnya ia samapai pada suatu ide yang tidak dapat diragukan. Dari keragu-raguan tersebut maka saya berpikir dan sakarena saya berpikir maka saya ada, sehinnga semua keraguan yang dikemukakan oleh para skeptic tidak mampu menggoyahkannya. Dari peryataan tersebut dapat diambil satu buah makna mengenai tubuh dan jiwa. Bahwa jiwa sangatlah berbeda dengan tubuh. Jiwa adala satu hal dan tubuh adalah hal yang lain.<br /> Dengan begitu dapat dipilahkan bahwa jiwa adalah suatu substansi yang seluruh esensi atau hakikatnya adalah berpikir dan untuk keberadaannya tidak memerlukan ruang atau benda material atau tubuh, ini berari bahwa jiwa ini berbeda dengan tubuh dan lebih mudah mengetahui daripada tubuh, dan seandainya tubuh mengalami aus jiwa tidak pernah berhenti untuk berada.<br /> Tubuh sepertihalnya benda benda fisik lainnya terdiri dari partikel partikel yang bergerak dan memiliki keluasan, jiwa yang esensinya adalah kesadaran dan berpikir, keberadaannya tidak bergantung pada ruang dan waktu karena ia merupakan “substansi” yang immaterial atau bukan fisik.<br /> Keyakinan Descartes mengenai ide-ide bawaan merupakan tonggak awal mengenai filsafatnya. Ide bawan tentang kesempurnaan membawa pemikiran Descartes pada bahwa ada Tuhan yang sempurna dan dari jiwanya sendiri dan dari situ Descartes dapat menerima kesimpulan yang didasarkan pada pengalaman indrawi. Pengetahuan yang berasalkan dari indra dapat dijamin dan dipercaya. Karena disebabkan integritas jiwa yang mempersepsinya dan kesempurnaan Tuhan baik materi maupun jiwa adalah pasti.<br /> Jadi filsafat Descartes menempatkan rasio dan fungsi fungsi intelektual jiwa sebagai sesuatu yang lebih fundamental daripada pengalaman indra. Karena alasan ini Descartes biasanya dinamakan seorang rasionalis. Descartespun juga dinamakan seorang dualis karena pembedaannya yang tajam antara tubuh dengan jiwa. Descartes menambahkan bahwa tidak hanya berdasarkan tubuh dan jiwa saja gejala penting itu muncul. Melainkan dari banyak bentuk interaksi yang berbeda dari kedua substansi tersebut. Itulah sebabnya system filsafatnya sering disebut dualis interaktif. <br /> Menurut Descartes tubuh tanpa jiwa hanya akan menjadi otomat belaka, yang digerakan secara mekanis oleh stimulus eksternal dan keadaan internal jadi tanpa kesadatan. Sebaliknya jiwa tanpa tubuh memang mempunyai kesadaran tapi tidak memiliki ide bawaan saja sehingga tidak bisa menggalkan kesan indrawi. Tubuh, bagaimanapun juga menambah kekayaan isi kesadaran jiwa, sedangkan jiwa menambah rasionalitas dan kehendak pada sebab perilaku.<br /><br />BAB III<br />PENUTUP<br />KESIMPULAN<br />Dari uraian kami diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa :<br />1. Cara berfikir filsafat Descartes berasal dari keragu-raguan dan dari keraguraguan tersebut kita berpikir, maka dengan berpikir maka kita ada. Atau lebih dikenal dengan aku berpikir maka aku ada.<br />2. Ajaran fisika Descartes percaya bahwa didunia ini tidak terdapat ruang kosong, karena setiap partikel yang meninggalakan tempatnya akan langsung terisi oleh partikel lain.<br />3. Fisiologis Descartes memunculkan teori akan adanya gerak reflex dimana dapat dibagi dua bagian yakni gerak reflex bawaan dan gerak ferleks yang dapat dipelajari<br />4. Tubuh dan jiwa merupakan suatu hal yang sangat berbeda, jika jiwa adalah satu hal maka tubuh adalah hal yang lain.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Abidin Zainal, 2006, Filsafat Manusia, Bandung: PT Remaja Rosdakarya<br />Gaarder Jostein, 2008, Dunia Sophie, Bandung: PT Mizan Pustaka<br /><br /><br /></div>Kumpulan Tugashttp://www.blogger.com/profile/13837565921289459680noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3537215133934557427.post-39548338089412979142009-12-29T01:20:00.001-08:002009-12-29T01:21:47.871-08:00TUGAS SEMESTER 4<div align="center">EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM SMP TERBUKA DI KABUPATEN <br />WONOGIRI<br />Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Evaluasi Kebijakan Pendidikan<br /><br />Dosen Pengampu :<br />1. Mami Hajaroh, M.Pd<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Oleh :<br />Bakhtiardi Putra S 07110241001<br /><br /><br /><br /><br />PROGRAM STUDI ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN<br />JURUSAN FILSAFAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN<br />FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN<br />UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA<br />2009</div><div align="center"></div><div align="justify">BAB I <br />PENDAHULUAN<br />A. LATAR BELAKANG <br /> Pencanangan wajib belajar Sembilan tahun oleh presiden pada tanggal 2 Mei 1994, mengandung implikasi pentingnya sekolah menengah pertama terbuka sebagai salah satu pola yang diunggulkan untuk mensukseskan keberhasilan wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun. SMP terbuka merupakan subsitem pendidikan jalur sekolah SMP yang menggunakan kurikulum sama dengan SMP regular, tetapi dengan memamnfaatkan modul sebagai media utama dan sebagai bahan ajar mandiri.<br /> Program wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun diselenggarakan melalui jalur sekolah maupun jalur luar sekolah. Target yang diharapkan adalah sejumlah anak usia 7-15 tahun dapat menyelesaikan pendidikan sampai SMP. Namun kenyataannya tidak seluruh siswa yang telah menyelesaikan pendidikannya pada tingkat sekolah dasar melanjutkan kejenjang berikutnya yaitu SMP. Ini dapat disebabkan oleh berbagai factor. Salah sat solusi untuk anak-anak yang tidak dapat melanjutkan ke SMP dapat menempuh pendidikan alternative, yakni melalui system SMP terbuka.<br /> System pendidikan SMP terbuka dikatakan terbuka karena 2 hal yaitu : (1) system SMP terbuka member kesempatan yang kebih luas bagi anak – anak yang ingin belajar tetapi tidak daoat memasuki sekolah regular yang disebabkan oleh fajtor waktu, geografi, social, ekonomi dsb. (2) SMO terbuka tidak selalu terikat dengan ketentuan-ketentuan yang belaku pada pendidikan regular, jadwal dan temoat kegiatan belajar mengajar dapat diatur oleh siswa sendiri atau bersama guru pamong / guru bina. <br /> Selama ini persepsi siswa tentang SMP terbuka masih belum positif, sebagaian dari mereka memandang bahwa SMP terbuka adalah seolah yang kurang bermutu, karena siswa- siswa yang masul di SMP terbuka adalah dari keluarga yang tidak mampu , mereka tidak menggunakan seragam, kurang memiliki disiplin yang baik. bagi siswa yang berasala dari keluarga yang tidak mampu masuk SMP terbuka dalah pilihan terakhir setelan mereka tidak diterima si SMP negeri,<br /> Begitu juga yang terjadi didaerah Wonogiri, kebanyakan masyarakat menilai bahwa kualitas SMP Terbuka jauh dibawah SMP Reguler. Ini dikarenakan siswa yang belajar di SMP Terbuka adalah siswa buangan yang tidak diterima di SMP Reguler atau Negri. Begitu negatifnya pandangan masyarakat Wonogiri terhadap SMP terbuka maka perlu hendaknya masyarakat Wonogiri mengetahui lebih jelas mengenai SMP Terbuka.<br /> Siswa dari SMP terbuka masih dapat melakasanakan kegiatan sehari-harinya seperti memabntu orang tua di sawah, berkebun, pergi keladang, dan memabntu kepasar. Semua dapat belajar disela-sela kegiatannya dengan baha belajar mandiri berupa modul.salah satu cara menyampaikan bahan ajar dalam system belajar mandiri di SMP terbuka adalah modul. Modul yang berfungsi membimbing siswa SMP terbuka perlu mempunyai motivasi belajar yang tinggi agar sekolahnya berhasil. <br /> Kemandirian belajar merupakan ciri utama dalam kegiatan pembelajaran di SMP terbuka. Orang tua dan guru pamong hanya sebagai fasilitator dan motivator. Namun dalam kenyataanya siswa belum dapat menjalankan belajar mandiri dalam arti yang sebenarnya. Sehingga guru pamong mempunhyai andil besar bagi siswa agar dapat memahami modul dengan baik. dan kegiatan diskusi maupaun mengerjakan tugaspun dirasa juga masih rendah.<br /> Siswa sebagai komponenutama dalam program SMP terbuka masih kurang memahami relevansi manfaat SMP terbuka. Hal ini berakibat rendahnya partisipasi siswa dalam mengikuti program pembelajaran si SMP terbuka. Selain itu peran guru bina dan guru pamong baik dalam pengelolaan maupun dalam proses pembelajaran masih kurang. <br /> Berdasar permasalahan dan pertimbangan hal-hal diatas maka evaluasi terhadap pelaksanaan program SMP terbuka perlu dilaksanakan. Hasilnya diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan pertimbangan sebagai alternative solusi atau pemecahan masalah.<br />B. IDENTIFIKASI MASALAH<br />Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas maka dapat diambil suati identifikasi masalah sebagai berikut : <br />1. Rendahnya tingkat keberhasilan siswa dalam untuk menyelesaikan pendidikan sambil bekerja,<br />2. Rendahnya pemahaman siswa terhadap relevansi program SMP terbuka<br />3. Rendahnya partisipasi siswa dalam mengikuti program pembelakajaran SMP terbuka<br />4. Kurangnya peran gurubina dan guru pamong dalam berlangsungnya kegiatan pembelajaran<br />5. Kurangnya pengelolaan, ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.<br />6. Kurangnya pemahaman siswa terhadap manfaat program SMP terbuka <br />C. PEMBATASAN MASALAH<br />Dari keterangan latat belakang masalah dan identigikasi masalah dapat diambil suatu pembatasan masalah agar isi darp proposal dapat terfokus pada suatu masalah. Adapun pembatasan masalah adalah sebagai berikut :<br />1. Relevansi program SMP terbuka dengan kebutuhan siswa<br />2. Pengelolaan dan ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan program SMP terbuka.<br />3. Proses pembelajaran SMP terbuka<br />4. Manfaat SMP terbuka bagi siswa<br />Relevansi program SMP terbuka dengan kebutuhan siswa merupakan suatu Context yang meliputi tujuan diadakannya program SMP terbuka, kelayakan program SMP terbuka, dan bentuk kegiatan di SMP terbbuka itu apa saja. Sehingga dapat diketahui relevansi prigram SMP terbuka dengan kebutuhan yang siswa perlukan.<br /> Iput (1) kesiapan sekolah sebelum pelaksanaan dan perencanaan program. (2) kesiapan pengelola (pendidik dan tenaga kependidikan) dan siswa dalam pelaksanaan program SP terbuka sehingga dapat diketahui bahwa pengelolaan dan persiapan sarana dan prasarana pelaksanaan program SMP terbuka sudah siap<br /> Proses yang meliputi aktivitas guru dan siswa di SMP terbuka, seperti apa kerjasama yang terjadi antara guru dan siswa, motivasi apa saja yang telah diberikan guru kepada siswa, kemudian strategi seperti apa sehingga siswa dapat menerima materi pembelajaran dengan baik sehingga dapat diketahui bagaimana proses berlangsungnnya kegiatan belajar mengajar yang terjadi di SMP terbuka.<br />Product ditujukan pada evaluasi terhadap hasil pembelajaran di SMP terbuka sehingga dapat diketahui apakah apa yang telah siswa dapatkan di SMP terbuka dapat berpengaruh pada kehidupan peserta didik.<br />D. PERUMUSAN MASALAH<br />Dari berbagai uraian diatas baik dalam latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembataan masalah maka untuk memperjelas ruang lingkup masalah maka perlu dirumuskan suatu rumusan masalah yaitu : <br />1. Seberapa baik relevansi program SMP terbuka dengan kebutuhan siswa ?<br />2. Seberapa baik pengelolaan dan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan program SMP terbuka ?<br />3. Seberapa baik proses pembelajaran yang berlangsung di SMP terbuka?<br />4. Seberapa baik program SMP terbuka bagi siswa?<br />E. TUJUAN PENELITIAN<br />Berdasarkan Perumusan Masalah diatas maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah : <br />1. Untuk mengetahui seperti apa relevansi program SMP terbuka bagi kebutuhan siswa.<br />2. Untuk mengetahui seperti apa pengelolaan dan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan program SMP terbuka<br />3. Untuk mengetahui bagaimana proses belajar mengajar yang terjadi di SMP terbuka<br />4. Untuk menemukan seberapa besar manfaat program SMP terbuka bagi siswa<br />F. KEGUNAAN PENELITIAN<br />a. Dinas pendidikan<br />Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan dan member kebijakan pengembangan program SMP terbuka ini agar lebih baik.<br /><br /><br />b. Pelaksana<br />Dengan adanya penelitian ini maka pihak pelaksana dapat mengetahui apa saja yang kurang dalam pelaksanaan program SMP terbuka ini sehingga nantinya dapat dibenahi hal-hal yang kurang dalam SMP terbuka ini dan akhirnya SMP terbuka dapat menjadi lebih baik.<br />c. Masyarakat<br />Masyarakat dapat lebih mengetahui bagimana program SMP terbuka ini berlangsung sehingga pandangan-pandangan miring mengenai SMP terbuka tidak lagi keluar dan dapat lebih mempercayakan anaknya untuk bersekolah di SMP terbuka,<br /><br /><br />BAB II<br />Kajian teori<br />A. belajar<br />a. Pengertian Belajar<br />Belajar merupakan istilah kunci yang paling vital dalam kehidupan manusia khususnya dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar tak pernah ada pendidikan. Proses belajar berlangsung di sepanjang kehidupan manusia, dapat terjadi kapan saja dan di mana saja.<br />Apakah belajar itu ?<br />1. Upaya untuk dapat melakukan kegiatan fisik.<br />2. Upaya untuk dapat melakukan kegiatan mental.<br />a) Kegiatan mental yang lebih banyak menuntuk logika<br />b) Kegiatan mental yang terkait dengan tatanilai baik agama maupun budaya<br />3. Upaya dapat melaksanakan kegiatan fisik dan mental secara bersamaan<br />Proses belajar terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Menurut Cronbach, belajar merupakan perubahan yang relatif permanen dalam hal perilaku, pemahaman atau emosi (seperti minat, sikap) sebagai akibat dari adanya pengalaman. Semetara itu, Gagne mendefinisiikan belajar sebagai perubahan disposisi atau kapabilitas seseorang yang terjadi pada kurun waktu tertentu yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan.<br /> Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan belajar adalah kegiatan yang dilakukan untuk lebih mengetahui suatu hal baik dalam bentuk kegiatan fisik maupun kegiatan yang memerlukan mental sehingga dapat diketahui bahwa seseorang dapat berubah berdasarkan belajar dari apa yang telah ia pelajari.<br /> Istilah belajar sangat erat kaitannya dengan istilah pembelajaran sedangkan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan dimana guru (pengajar) dan murid (pembelajar) berinteraksi, membicarakan suatu bahan atau melakukan suatu aktivitas, guna mencapai tujuan yang dikehendaki. Atau dapat juga dikatakan pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur, yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.<br />b. Teori Belajar<br /> Teori-teori belajar sangatlah banyak dan kebanyakan berasal dari aliran-aliran psikologi. Adapun teori-teori belajar adalah sebagai berikut :<br />1. Teori behaviorisme<br />Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.<br />2. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget<br />Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi.<br />Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan<br />3. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne<br />Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.<br />Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.<br />4. Teori Belajar Gestalt<br />Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:<br />1) Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku “Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar” adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”. Perilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku “Molecular”.<br />2) Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).<br />3) Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu.<br />4) Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.<br />5. Teori Belajar Mandiri<br />Istilah belajar mandiri sering dikaitkan dengan sistem pendidikan terbuka, karena pada umumnya sistem pendidikan terbuka menerapkan konsep belajar mandiri. Istilah ini digunakan untuk membedakannya dengan konsep belajar pada umumnya yang tergantung pada kendali dan arahan guru. Dalam sistem pendidikan terbuka, sebagian besar kegiatan belajar siswa dilakukan siswa secara mandiri, dengan bimbingan terbatas dari guru. Hal ini memunculkan konsekwensi adanya tuntutan kemandirian siswa dalam belajar.<br />Adapun belajar mandiri menurut Knowles yaitu mendefinisikan belajar mandiri sebagai suatu proses belajar dimana setiap individu dapat mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam hal: mendiagnosa kebutuhan belajar, merumuskan tujuan belajar, mengidentifikasi sumber-sumber belajar (baik berupa orang maupun bahan), memilih dan menerapkan strategi belajar yang sesuai bagi dirinya, serta mengevaluasi hasil belajarnya. Pendapat senada dikemukakan oleh Kozma, Belle dan Williams. Menurut mereka, belajar mandiri merupakan suatu bentuk belajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan: tujuan belajar, sumber-sumber belajar dan kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhannya sendiri. Secara singkat dikatakan pula bahwa dalam belajar mandiri, siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam menentukan apa yang akan dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya.<br />Sementara itu, Cyril Kesten mendefinisikan belajar mandiri sebagai suatu bentuk belajar dimana pebelajar (dalam hubungannnya dengan orang lain) dapat membuat keputusan-keputusan penting yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya sendiri. Dengan maksud yang hampir sama, Miarso menjelaskan bahwa konsep dasar sistem belajar mandiri adalah pengaturan program belajar yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga tiap peserta didik dapat memilih dan atau menentukan bahan dan kemajuan belajar sendiri. Tonny Dodds mengartikan belajar mandiri sebagai suatu sistem belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar sendiri dari bahan cetak, program siaran dan bahan rekaman yang telah disiapkan sebelumnya. Menurut Dodds, konsep belajar mandiri menggambarkan adanya kendali belajar serta penentuan waktu dan tempat belajar yang berada pada diri siswa yang belajar.<br />Dalam sistem belajar mandiri, siswa tidak harus selalu belajar sendiri-sendiri atau sendirian. Siswa yang belajar mandiri tidak berarti harus terlepas sama sekali dengan pihak lain. Dalam belajar mandiri, siswa selain belajar secara individual bisa juga secara berkelompok dengan siswa lain. Bahkah dalam hal-hal tertentu dimungkinkan pula untuk meminta bantuan guru, tutor atau pihak lain yang dianggap bisa membantu. Pannen dkk. menegaskan bahwa ciri utama dalam belajar mandiri bukanlah ketiadaan guru atau teman sesama siswa, atau tidak adanya pertemuan tatap muka di kelas. Menurutnya, yang menjadi ciri utama dalam belajar mandiri adalah adanya pengembangan kemampuan siswa untuk melakukan proses belajar yang tidak tergantung pada faktor guru, teman, kelas dan lain-lain. <br />Berdasarkan penjelasan di atas, tampak bahwa kata kunci dalam belajar mandiri yaitu adanya inisiatif, tanggungjawab dan otonomi dari siswa untuk proaktif dalam mengelola proses kegiatan belajarnya. Dalam belajar, siswa tidak terus menerus menggantungkan bantuan, pengawasan dan pengarahan orang lain. Kondisi tersebut berbeda dengan kegiatan belajar konvensional dengan bimbingan guru, dimana siswa cenderung lebih bersifat reaktif dalam proses belajar yang dikendalikan oleh guru. Meskipun secara konseptual sistem belajar mandiri menuntut kemandirian belajar kepada siswa, namun dalam prakteknya hampir tidak ada program pendidikan yang memberikan otonomi penuh kepada peserta didiknya pada seluruh aspek belajar.<br />Dalam pelaksanaannya, konsep belajar mandiri dikembangkan dengan rambu-rambu seperti :<br />1) Adanya pilihan materi belajar sesuai kebutuhan peserta didik dan tersaji dalam beraneka bentuk<br />2) Pengaturan waktu belajar yang luwes sesuai dengan kondisi masing-masing peserta didik<br />3) Kemajuan belajar dipantau oleh berbagai fihak dan dapat dilakukan kapan saja peserta didik merasa siap<br />4) Lokasi belajar dipilih sendiri oleh peserta didik<br />5) Dilakukannya diagnonis kemampuan awal dan kebutuhan belajar peserta didik, serta remidiasi bila kemampuan kurang atau pengecualian jika kemampuan sudah dikuasai<br />6) Evaluasi belajar dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk, sesuai kondisi peserta didik<br />7) Pilihan berbagai bentuk kegiatan belajar dan pembelajaran sesuai dengan kondisi peserta didik.<br />B. Program SMP Terbuka<br />SMP Terbuka yang dirintis sejak tahun pelajaran 1978/1979 merupakan sekolah lanjutan tingkat pertama yang dirancang khusus untuk melayani para anak tamatan SD/MI/sederajat siswa usia 1315 tahun yang tidak dapat mengikuti pelajaran secara biasa pada SMP Reguler setempat, karena berbagai alasan yang antara lain : keadaan sosial ekonomi orang tua siswa, kendala transportasi dari dan ke SMP, kondisi geografis yang sulit, atau kurangnya waktu bagi anak untuk dapat belajar seperti anak-anak pada umumnya di SMP Reguler. Berbagai ragam kendala tersebut merupakan fenomena dan gambaran secara nyata dari kebanyakan siswa SMP Terbuka yang sebenarnya tetap berkeinginan untuk belajar hingga meraih jenjang pendidikan yang lebih tinggi. <br />Adapun Komponen SMPT sama dengan SMP Reguler. Perbedaannya hanya terletak pada strategi pembelajarannya. Komponen sistem SMPT meliputi siswa, kurikulum, dan proses pembelajaran, fasilitas belajar, tenaga kependidikan da penilaian hasil belajar.<br />1) Siswa<br />Calon siswa SMP Terbuka diutamakan anak-anak yang memenuhi ketentuan sebagai berikut :<br /> Lulusan SD atau MI atau setara<br /> Berusia maksimal 18 tahun<br /> Anak putus SLTP/MTs di kelas I yang masih ingin melanjutkan ke SMP.<br />2) Kurikulum<br />SMP Terbuka menggunakan kurikulum SMP yang berlaku. Dari garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) kurikulum SMP, dikembangkan lagi menjadi Garis Besar Isi Program Media (GBIPM) sebagai acuan untuk mengembangkan berbagai macam media belajar pada SMP Terbuka. GBIPM ini sering kali disebut sebagai kurikulum SMP Terbuka.<br />3) Proses Pembelajaran<br />Proses pembelajaran pada SMPT dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu; belajar mandiri dan atau berkelompok di Tempat Kegiatan Belajar (TKB) dan tutorial tatap muka di SMP Induk atau di tempat lain yang telah disepakati. Kegiatan belajar di TKB dilaksanakan 4-5 hari dalam seminggu, minimal 180 menit perharinya. Kegiatan belajar di TKB, siswa dibimbing dan diarahkan oleh seorang guru yang di sebut guru Pamong. Tugas guru pamong bukan mengajar, tetapi bertugas untuk mengelola, mengarahkan, membimbing, dan memotivasi siswa agar belajar. Kegiatan belajar tutorial lebih diutamakan untuk (1) memecahkan kesulitan-kesulitan siswa pada waktu belajar mandiri dan atau berkelompok di TKB, dan (2) melaksanakan kegiatan belajar yang memerlukan peralatan yang tidak mungkin dilakukan di TKB seperti Pratikum IPA.<br />4) Bahan dan Fasilitas Belajar<br />Bahan belajar utama SMPT adalah modul cetak. Modul ini disusun secara sederhana supaya dapat dipelajari secara mandiri atau sendiri oleh siswa. Dengan menggunakan modul siswa dapat memantau kemajuan belajarnya sendiri. Modul cetak ini ditunjang pula dengan media Audiovisual yang berupa program radio, kaset audio, program TV, kaset video, program VCD dan lain-lain.<br />SMP Terbuka pada dasarnya menggunakan fasilitas belajar yang ada pada SMP Induk atau yang sudah ada, seperti ruang belajar, perpustakaan, laboratorium, ruang ketrampilan, lapangan olahraga dan sebagainya. Semua ruang kelas SMP Negeri/Swasta sebagai induk SMP Terbuka dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh SMP Terbuka.<br />Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa bahan dan fasilitas belajar pada SMPT terdiri dari berbagai macam sumber baik yang bersifat paper based seperti modul maupun yang bersifat lebih modern seperti media Audiovisual yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber ataupun media dalam proses pembelajaran pada SMP Terbuka.<br />5) Tenaga Kependidikan<br />Pada SMP Terbuka mempunyai tenaga kependidikan, yaitu kepala Sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran (guru Bina), guru BK, guru Pamong, guru pamong khusus, dan tenaga tata usaha. Kepala SMP Induk otomatis menjadi Kepala Sekolah SMP Terbuka, untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari kepala sekolah SMPT dibantu oleh seorang wakil kepala sekolah yang diangkat dari salah satu guru senior pada SMP tersebut. Untuk pelaksanaan belajar mengajar melalui tatap muka, SMP Terbuka mempunyai sejumlah guru bina yang diangkat dari guru-guru mata pelajaran yang ada di SMP tersebut. Guru Bina pada SMP Terbuka minimal setiap mata pelajaran (yang ada dalam kurikulum) di bina oleh seorang Guru Bina.<br />6) Penilaian Hasil Belajar<br />Pada SMPT dikenal berbagai macam penilaian, yaitu tes akhir modul, tes akhir unit (akhir beberapa modul), akhir semester, dan ujian akhir. Tes akhir modul dilakukan apabila siswa telah menyelesaikan suatu modul. Siswa yang memperoleh nilai tes akhir modul minimal 65 atau 65% diperbolehkan untuk melanjutkan ke modul berikutnya. Untuk menentukan kelulusan siswa SMP Terbuka dilaksanakan ujian akhir yang biasa disebut EBTANAS atau UAN. Pada pelaksanaan tes akhir semester dan ujian akhir, siswa SMP Terbuka dicampur dengan siswa SMP Induknya. Bagi siswa SMP Terbuka yang lulus ujian akhir diberikan Surat Kelulusan yang sama dan diperlakukan sama dengan Surat Kelulusan siswa SMP reguler.<br />C. Evaluasi <br />a. Pengertian Evaluasi<br />Dalam sebuah buku yang berjudul teknik evaluasi pendidikan karya M.chabib thoha, beliau mengatakan bahwa Evaluasi berasal dari kata evaluation yang berarti suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu, apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak. Menurut istilah evaluasi berarti kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur tertentu guna memperoleh kesimpulan. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai proses pembelajaran secara sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan terhadap peserta didik dan sejauh apakah perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik. (dikutip dari Bloom et.all 1971). Menurut Djemari Mardapi (2004: 19) evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok.<br />Dari pendapat di atas, ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dari evaluasi yaitu: (1) sebagai kegiatan yang sistematis, pelaksanaan evaluasi haruslah dilakukan secara berkesinambungan. Sebuah program pembelajaran seharusnya dievaluasi disetiap akhir program tersebut, (2) dalam pelaksanaan evaluasi dibutuhkan data dan informasi yang akurat untuk menunjang keputusan yang akan diambil. Asumsi-asumsi ataupun prasangka. bukan merupakan landasan untuk mengambil keputusan dalam evaluasi.<br />Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.<br />Evaluasi pendidikan merupakan proses yang sistematis dalam dan Mengukur tingkat kemajuan yang dicapai siswa, baik ditinjau dari norma tujuan maupun dari norma kelompok dan Menentukan apakah siswa mengalami kemajuan yang memuaskan kearah pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan. evaluasi pendidikan sebagaimana dikatakan Gronlund (1990: 5) merupakan proses yang sistematis tentang mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan informasi untuk menentukan sejauhmana tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa. Kegiatan evaluasi dalam pendidikan tidak pernah terlepas dari tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi pendidikan mencakup dua sasaran pokok, yaitu : evaluasi makro (program) dan evaluasi mikro (kelas).<br />Adapun pengertian evaluasi program adalah langkah awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula. Evaluasi program sangat penting dan bermanfaat terutama bagi pengambil keputusan. Alasannya adalah dengan masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan. Adapun kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi suatu program, keputusan yang diambil diantaranya: Menghentikan program, karena dipandang program tersebut tidak ada manfaatnya atau tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan segala sesuatunya sudah berjalan dengan harapan. Menyebarluaskan program, karena program tersebut sudah berhasil dengan baik maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat waktu yang lain.<br />b. Model-model Evaluasi<br />Model evaluasi ialah model desain evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar-pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap pembuatannya. Evaluasi juga dibedakan berdasarkan waktu pelaksanaannya, kapan evauasi dilakukan, untuk apa evaluasi dilakukan dan acuan serta paham yang dianut oleh evaluator dan berbagai jenis evaluasi program yakni :<br />a) Model Discrepancy<br />Discrepancy merupakan model yang dikembangkan oleh Provus. Model ini melihat lebih jauh tentang adanya kesenjangan (Discrepancy) yang ada dalam setiap komponen yakni apa yang seharusnya dan apa yang secara riil telah dicapai. Evaluasi kesenjangan program, begitu orang menyebutnya. Kesenjangan program adalah sebagai suatu keadaan antara yang diharapkan dalam rencana dengan yang dihasilkan dalam pelaksanaan program. Evaluasi kesenjangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara standard yang sudah ditentukan dalam program dengan penampilan aktual dari program tersebut.<br />Adapun tahapan dalam penyusunan evaluasi model disperancy adalah (1) Penyusunan Desain, (2) Tahap Penetapan Kelengkapan Program Yaitu melihat apakah kelengkapan yang tersedia sudah sesuai dengan yang diperlukan atau belum, (3) Tahap Proses Dalam tahap ketiga dari evaluasi kesenjangan ini adalah mengadakan evaluasi, tujuan-tujuan manakah yang sudah dicapai. Tahap ini juga disebut tahap “mengumpulkan data dari pelaksanaan program”, (4) Tahap Pengukuran Tujuan (Product) Yakni tahap mengadakan analisis data dan menetapkan tingkat output yang diperoleh, (5) Tahap Pembandingan (Programe Comparison) Yaitu tahap membandingkan hasil yang telah dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini evaluator menuliskan semua penemuan kesenjangan untuk disajikan kepada para pengambil keputusan, agar mereka (ia) dapat memutuskan kelanjutan dari program tersebut.<br /><br /><br />b) Model Stake<br />Menurut Robert E. Stake dalam buku Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi oleh Dr. Farida Yusuf Tayibnapis, M. Pd. Bahwa analisis proses evaluasi yang dikemukakannya membawa dampak yang cukup besar dalam bidang ini dan meletakkan dasar yang sederhana namun merupakankonsep yang cukup kuat untuk perkembangan yang lebih jauh dalam bidang evaluasi. Model ini dikembangkan oleh Robert E.Stake. Menurut ulasan tambahan yang diberikan oleh Fernandes (1984:8), model stake menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal pokok, yaitu: <br />1) Deskripsi<br />Berkaitan atau menyangkut dua hal yang menunjukkan posisi sesuatu (yang menjadi sasaran evaluasi), yaitu apa maksud/tujuan yang diharapkan oleh program, dan pengamatan/akibat, atau apa yang sesungguhnya terjadi atau apa yang betul-betul terjadi.<br />2) Pertimbangan <br />Yang menunjukkan langkah pertimbangan, yang dalam langkah tersebut mengacu pada standar. Menurut stake, ketika evaluator tengah mempertimbangkan program pendidikan, mereka mau tidak mau harus melakuan dua perbandingan, yaitu (1) Membandingkan kondisi hasil evaluasi program tertentu dengan yang terjadi di program lain, dengan objek sasaran yang sama, (2) Membadingkan kondisi hasil pelaksanaan program dengan standar yang di peruntukkan bagi program yang bersangkutan, didasarkan pada tujuan yang akan dicapai. Model Stake juga membedakan antara tiga tahap dalam evaluasi program yaitu (1) anteseden-yang diartikan sebagai konteks, (2) transaksi yang diartikan sebagai proses, (3) outcomes-yang diartian sebagai hasil.<br />c) Model Tyler<br />Tyler mengembangkan model evaluasi yang diberi nama Goal Oriented Evaluation. Model ini adalah model evaluasi yang muncul paling awal. Objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terus menerus, mencek sejauh mana tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan program. Dalam mengevaluasi ia lebih menekankan pentingnya menjaga tujuan tersebut tetap bersifat umum, tapi tidak terlalu umum sehingga seseorang tidak dapat merumuskan suatu bentuk penilaian yang tepat. Ia tidak terjebak dalam mikro-spesifitas (micro-specifity) untuk mencapai reliabilitas pengujian. Prnsip yang dipegang oleh Tyler adalah mengevaluasi keefektifan dari planning atau rencana dan tindakan. <br />Program pembelajaran yang mewakili jenis program pemrosesan ini merupakan sebuah proses pengalihan ilmu dan pembimbingan sebelum para guru mulai melakukan kegiatan mengajar, harus membuat persiapan mengajar yang diarahkan pada pencapaian tujuan. Para evaluator dapat mengecek apakah rencana yang dibuat oleh guru betul betul sudah benar mengarahkan kegiatan pada tujuan. Selanjutnya rencana tersebut diimplementasikan dalam pelaksanaan pembelajaran melalui langkah-langkah yang berkesinambungan. Model evaluasi yang dikembangkan oleh Tyler banyak diterapkan untuk mengevaluasi kurikulum.<br />d) Model CIPP<br />Model CIPP ini dikembangkan oleh Stuffbleam dan kawan-kawan (1967) di Ohio State University. CIPP merupakan kepanjangan dari Context Input Process Product. Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. Model CIPP merupakan model untuk menyediakan informasi yang berorientasi kepada pemegang keputusan. Model ini membagi evaluasi dalam empat macam komponen, yaitu: konteks (context), masukan (input), proses (process) dan produk (product).<br />1. Context <br />Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program dan merumuskan tujuan program, Evaluasi konteks juga mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya tersedia sehingga tidak menimbulkan kerugian jangka panjang (Isaac and Michael: 1981), Meliputi penggambaran latar belakang program yang dievaluasi, memberikan perkiraan kebutuhan dan tujuan program, menentukan sasaran program, dan menentukan sejauh mana tawaran ini cukup responsif terhadap kebutuhan yang sudah diidentifikasi (Sarah McCann). <br /><br />2. Input<br />Meliputi kegiatan pendeskripsian masukan dan sumberdaya program, membandingkan program yang akan dilakukan dengan program lain, perkiraan untung/rugi, dan melihat alternatif prosedur dan strategi apa yang perlu disarankan dan dipertimbangkan (Guba & Stufflebeam, 1970), Singkatnya, input merupakan model yang digunakan untuk menentukan bagaimana cara agar penggunaan sumberdaya yang ada bisa mencapai tujuan serta secara esensial memberikan informasi tentang apakah perlu mencari bantuan dari pihak lain atau tidak. Aspek input juga membantu menentukan prosedur dan desain untuk mengimplementasikan program.<br />3. Process<br />Evaluasi proses melayani keputusan implementasi, yaitu membantu keputusan sampai sejauh mana program telah dilaksanakan, Melihat pada kegagalan-kegagalan selama implementasi, bertindak untuk memperbaiki kualitas proses dari program yang berjalan, serta memberikan informasi sebagai alat untuk menilai apakah sebuah proyek relatif sukses/gagal.<br />4. Product<br />Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dan “judgement outcomes” dalam hubungannya dengan konteks, input, dan proses, kemudian di interprestasikan harga dan jasa yang diberikan (Stuflebeam and Shinkfield: 1986), Meliputi penentuan dan penilaian dampak umum dan khusus suatu program, mengukur dampak yang terantisipasi, mengidentifikasi dampak yang tak terantisipasi, memperkirakan kebaikan program, serta mengukur efektivitas program. Singkatnya, evaluasi produk didesain untuk mengukur dan menginterpretasikan pencapaian.<br /><br />Bab iii<br />Metodologi penelitian<br />A. Tempat dan waktu penelitian<br />Penelitian ini dilakukan di kabupaten Wonogiri. Mengapa memilih daerah wonogiri karena banyak pandangan masyarakat wonogiri terhadap sekolah terbuka khusunya SMP Terbuka masih miring. Sedangkan watu yang digunakan adalah pada bulan agustus dan oktober karena pada bulan ini merupakan bulan penerimaan siswa baru.<br />B. Jenis penelitian dan Metode Evaluasi<br />1. Jenis Penelitian<br />Ditinjau dari tujuan, penelitian ini mengevaluasi pelaksanaan program SMP terbuka sehingga penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian evaluative. Penelitian evaluative ini tidak diarahkan untuk pengkajian hipotesis dan tidak menguji hubungan antara variable, tetapi ditekankan pada pengumpulan data untuk mendsekriptifkan keadaan yang sesungguhnya yang terjadi dilapangan.<br />2. Pendekatan evaluasi<br />Berdasarkan permasalahan penelitian yang diajukan, penelitian ini termasuk dalam penelitian evaluasi karena berusaha mengevaluasi pelaksanaan suatu program yaitu SMP Terbuka. Sedangkan jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini termasuk penelitian survey karena data penelitian ini bersifat nyata dan dapat diamati secara langsung.<br />3. Kriteria Evaluasi<br />Pada kegiatan evaluasi ini adalah untuk mengetahui keefektifitas pelaksanaan program SMP Terbuka yang dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri dengan mendasarkan pada komponen Context, Input, Process, Product.<br />a) Context<br /> Pada evaluasi context ditujukan untuk menilai persiapan dan pelaksanaan sosialisasi SMP Terbuka pada masyarakat serta dapat mengetahui apa yang dibutuhkan oleh siswa. Criteria ini dikatakan efektife apa bila masyarakat dapat mengetahui bahwa SMP terbuka bukanlah SMP yang bermutu rendah dan dapat mengetahui apa saja yang diperlukan siswa dalam proses belajat mengajar.<br />b) Input<br /> Pada evaluasi input ini ditujukan untuk menilai kesiapan guru bina, siswa, guru pembimbing, serta sarana dan prasarana yang mendukung berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Criteria ini dikatakan efektiv apabila guru bina dan guru pembimbing dapat mengetahui dan memahami konsep pendidikan terbuka, kemudian adanya keinginan siswa untuk mengikuti program SMP Terbuka, ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran, serta adanya dukungan dana untuk melaksanakan program tersebut.<br />c) Process<br /> Pada evaluasi prosses ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan proses kegiatan belajar mengajar di SMP Terbuka. Sasaran ini meliputi : kemampuan guru bina, kesiapan materi, pengelolaan dan kelayakan sarana prasarana dan bahan ajar, keakifan siswa dan guru serta factor pendukung dan penghambat. Criteria ini dikatakan efektif apabila guru bina bertindak sebagai fasilitator dan motivator serta dapat menguasai strategi pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa. Materi yang diajarkan sesuai dengan kebutuhan siswa. Tercipta suasana pembelajaran yang mentenangkan, adanya partisipasi yang tinggi dari siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, kerjasama yang baik antara guru bina dan siswa serta dukungan dari orang tua siswa.<br />d) Product<br /> Penilaian produk dilakukan terhadap hasil yang diperoleh siswa yang diperoleh dalam pembelajaran dan setelah siswa mengikuti pembelajaran di program SMP Terbuka. Criteria ini dikatakan efektif bila siswa menguasai pengetahuan dan ketrampilan yang sudah di ajarkan di SMP Terbuka.<br />4. Metode Evaluasi<br />Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model evaluasi CIPP. Evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh stufflebeam. Model ini terdiri dari 4 komponen evaluasi sesuai dengan nama model itu sendiri yang merupakan singkatan dari Context, Input, Process dan Product.<br />Evaluasi konteks (context evaluation) merupakan dasar dari evaluasi yang bertujuan menyediakan alasan-alasan (rationale) dalam penentuan tujuan. Evaluasi input (input evaluation) merupakan evaluasi yang bertujuan menyediakan informasi untuk menentukan bagaimana menggunakan sumberdaya yang tersedia dalam mencapai tujuan program. Evaluasi proses (process evaluation) diarahkan pada sejauh mana kegiatan yang direncanakan tersebut sudah dilaksanakan. Ketika sebuah program telah disetujui dan dimulai, maka dibutuhkanlah evaluasi proses dalam menyediakan umpan balik (feedback) bagi orang yang bertanggungjawab dalam melaksanakan program tersebut. Evaluasi product bertujuan mengukur dan menginterpretasikan capaian-capaian program. Evaluasi produk menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi pada input.<br />C. Populasi dan Sampel<br /> Populasi penelitian ini meliputi seluruh SMP Terbuka yang berada di Wonogiri, adapun jumlahnya adalah 13 SMP Terbuka yang tersebebar di berbagai kecamatan. Sedangkan sampel untuk penelitian ini adalah 7 SMP Terbuka.<br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br />Susilo, Joko, M. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.<br />Arikunto, Suharsimi. (2008). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.<br />Yusuf, Farida. 2008. Evaluasi Pogram dan Instrumen Evaluasi. Jakarta: Rineka Cipta.<br />Worthen, B.R., & Sanders, J.R. Educational Evaluation: Theory and Practice.<br />Washington, Ohio: Charles A. Jones Publishing Company.<br />http://id.wikipedia.org/wiki/SMP_Terbuka<br />http://www.prakarsa-rakyat.org/artikel/opini/artikel.php?aid=13761<br />http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/02/teori-teori-belajar/<br />http://64.203.71.11/kompas-cetak/0606/28/jogja/25849.htm<br />http://koranpendidikan.com/artikel/1283/Gagal,-Kelulusan-Tidak-Mencapai-50.html<br />http://aristorahadi.wordpress.com/2008/03/19/smp-terbuka-menjangkau-anak-yang-tak-terjangkau-pendidikan-biasa/<br />http://aristorahadi.wordpress.com/2008/03/31/sikap-terhadap-sistem-pendidikan-terbuka/<br />http://aristorahadi.wordpress.com/2008/03/31/kemandirian-belajar-siswa-smp-terbuka/<br />http://www.koranpendidikan.com/artikel-1347.html<br />http://www.tiranus.net/?p=21<br />http://p124s.blogspot.com/2009/01/makalah-ilmu-pendidikan-tentang-model.html<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /></div>Kumpulan Tugashttp://www.blogger.com/profile/13837565921289459680noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3537215133934557427.post-61118329450822359472009-12-29T01:18:00.000-08:002009-12-29T01:19:44.457-08:00TUGAS SEMESTER 4<div align="center">Pendidikan di india<br />Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah <br />Model-model kelembagaan pendidikan<br /><br /><br /><br /><br /> <br /><br /><br /><br /><br />Oleh :<br />Bakhtiardi P.S 07110241001<br /><br /><br /><br /><br /><br />PROGRAM STUDI ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN<br />JURUSAN FILSAFAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN<br />FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN<br />UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA<br />2009</div><div align="center"></div><div align="justify">BAB I <br />PENDAHULUAN<br />A. LATAR BELAKANG <br />Kini semakin disadari bahwa pendidikan memainkan peranan yang penting didalam drama kehidupan dan dan kemajuan umat manusia. Pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu, yang mempengaruhi perkembangan fisiknya, daya jiwanya (akal, rasa dan kehendak), sosialnya dan moralitasnya. Atau dengan perkataan lain, pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam mempengaruhi kemampuan, kepribadian, dan kehidupan individu dalam pertemuan dan pergaulannya dengan sesama serta hubungannya dengan tuhan.<br /> Begitu juga dalam pengaruhnya di Negara berkembang. Pendidikan juga mempunyai peranan krusial untuk memajukan Negaranya. Pendidikan menjadi alat utama untuk memajukan kualitas suatu bangsa agar menjadi lebih baik, bisa dikatakan bila kualitas pendidikan baik maka Negara pun akan menjadi baik. begitu pentingnya pendidikan maka pendidikan harusnya mendapat perhatian yang lebih oleh pemerintah. Baik dalam anggaran dana, maupun pemerataan pendidikan dan juga proses yang berlangsung dalam pendidikan.<br />Akhir-akhir ini pendidikan di Indonesia di gencarkan dengan adanya kebijakan sekolah gratis bagi siswa SD dan SMP yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Kebijakan sekolah gratis ini diharapkan dapat mengurangi angka putus sekolah yang tinggi di Indonesia ini. Tetapi apakah dengan adanya sekolah gratis mutu kualitas pendidikan Negara ini dapat lebih baik. kemudian adanya kebijakan sekolah bertaraf internasional (SBI) sekolah ini lebih mahal dari pada sekolah sekolah regular. Dan tentu fasilitas yang dijanjikan oleh SBI ini lebih lengkap dibanding sekolah regular. Dan bahasa pengantar yang digunakan pun bahasa inggris. Dari keterangan tersebut dapat di anallisis bahwa terjadi pengkotakan antara siswa yang kaya dan siswa yang miskin karena bagi siswa yang kaya pasti akan masuk ke SBI dan siswa yang miskin akan masuk ke sekolah regular sehingga akan terlihat sekali kesenjangan social yang terjadi. Kemudian penggunaan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar sama saja mengurangi rasa cinta terhadap bahasa Indonesia. Dan ditakutkan sudah hilang bahasa daerah yang seharusnya masih kita lestarikan sebagai budaya bangsa ini.<br />Kebijakan kebijakan yang diambil pemerintah diatas tentunya sudah melalui kajian kajian terlebih dahulu. tentu kebijakam tersbut bertujuan untuk memajukan kualitas pendidikan Indonesia. Salah satu cara untuk memajukan pendidikan Indonesia adalah dengan cata membandingkan pendidikan di Indonesia dengan Negara lain yang lebih maju. selama ini pendidikan Indonesia selalu berkiblat dengan Negara-negara barat seperti Amerika. Pendidikan Indonesia kurang membandingkan dengan Negara-negara timur seperti Arab, Mesir dll.<br />Negara India adalah salah satu Negara timur yang sukses dalam mengemas pendidikannya sehingga pendidikan di Negara India bisa dikatakan lebih baik dari Negara Indonesia. Perkembangan baik dari sector pendidikan maupun ekonomi sangatlah pesat. Bahkan sangat jauh meninggalkan Indonesia<br />B. Rumusan masalah<br />Berdasarkan pemaparan diatas penulis akan memfokuskan pembahasan mengenai pendidikan dimesir itu seperti apa. Sehingga diperoleh perumusan masalah sebagai berikut :<br />1. Bagaimana pendidikan di India itu ?<br /><br /><br /><br />BAB II<br />PEMBAHASAN<br />A. Pendidikan di india<br /> INDIA adalah negara dengan segudang masalah. Kemiskinan, kurang gizi, dan pendidikan yang rendah merupakan persoalan besar di negara berpenduduk lebih dari satu miliar itu. Sekitar 40 persen penduduk India buta huruf. Angka ini melambung tinggi bila masuk lebih khusus kepada kelompok masyarakat miskin, kasta rendah, dan perempuan. Indeks Pembangunan Manusia di situ berada di peringkat 127, jauh di bawah posisi Indonesia: peringkat 111. Namun, India memiliki visi dan arah pendidikan yang jelas.<br /> Prestasi India dalam teknologi dan pendidikan sangat mencengangkan. Bila Indonesia masih dibayang-bayangi pengusiran dan pemerkosaan tenaga kerja tak terdidik yang dikirim ke luar negeri, banyak orang India mendapat posisi bergengsi di pasar kerja internasional. Bahkan, di Amerika Serikat (AS), kaum profesional asal India memberi warna tersendiri bagi negara adikuasa itu. Sekitar 30 persen dokter di AS merupakan warga keturunan India. Tidak kurang dari 250 warga India mengisi 10 sekolah bisnis paling top di AS. Sekitar 40 persen pekerja Microsoft berasal dari India.<br /> Pakar pendidikan dari Jamia Millia Islamia, Prof Mohammad Miyan, mengemukakan semua itu terkait langsung dengan keberhasilan India mengelola pendidikan tingginya. Orang- orang pintar India yang bekerja di luar negeri, menurut Milyan, bukan suatu kerugian, sebab mereka menyumbang devisa negara. Apalagi sekarang banyak orang pintar dari India yang selama ini bekerja di luar negeri ikut membangun India.<br /> PENDIDIKAN tinggi di India memang tidak seperti di Indonesia yang lebih mementingkan penampilan daripada isi. Di India, penampilan para profesornya sangat sederhana. Baju yang dikenakan tidak bermerek, kendaraannya hanya skuter produk dalam negeri. Tak sedikit yang naik sepeda. Kebanyakan gedung-gedung perguruan tinggi yang berkelas internasional justru tua dan kusam. Namun, koleksi buku diutamakan di sini. Akses internet cukup berlimpah. Gelar doktor merupakan kelaziman bagi pengajar perguruan tinggi. Bahkan, di institut-institut terkemuka 100 persen pengajarnya berkualifikasi doktor. Doktor- doktor itu mencurahkan seluruh waktunya untuk universitas, tidak dipaksa mencari tambahan penghasilan atau jabatan di luar kampus.<br /> Pemerintah India dapat memberikan subsidi yang sangat besar di bidang pendidikan. Sebagai perbandingan saja, untuk seorang mahasiswa Indonesia yang kuliah S-2 di India, biaya total dari awal hingga mendapatkan gelar master hanya USD600 atau sekitar Rp6 juta. Itu sudah termasuk admission feedan tuition fee. Uang Rp6 juta itu pun karena dia dianggap sebagai mahasiswa asing yang harus bayar lebih mahal. Untuk warga negara India sendiri, mereka hanya membayar Rp40.000 untuk kuliah S-2 setahun. Dibandingkan dengan di Indonesia, untuk program S-2 yang sama, satu semester saja bisa menghabiskan Rp50juta. Tentu perbandingan biaya ini sudah sangat besar. Selain itu, Pemerintah India juga memberikan subsidi kertas sehingga harga buku-buku bisa sangat murah. Pemerintah India melakukan kerja sama dengan penerbit-penerbit luar negeri seperti Penguin Books sehingga mereka dapat mencetak buku di India. Tentu saja, sistem itu membuat harga buku-buku asing itu menjadi lebih murah. Buku-buku di India paling mahal hanya Rp10.000. Bandingkan saja dengan para pencinta buku di Indonesia yang harus mengeluarkan uang jutaan rupiah hanya untuk memberi beberapa buku impor saja.<br /> Selain itu, akses buku-buku asing juga sangat terbatas sehingga keterbatasan akses informasi dan buku turut memengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia. Harga majalah juga sangat murah di India sehingga untuk berlangganan sekitar tiga majalah, mereka hanya membayar 110 rupee atau sekitar Rp22.000. Adapun untuk pelajar, mereka mendapatkan kartu abonemen yang harganya 50 rupee atau sekitar Rp10.000 yang dapat digunakan untuk naik bus pemerintah secara gratis, selama empat bulan, ke mana saja. Kartu abonemen itu berlaku untuk pegawai negeri, tentara, manula, dan orang cacat.<br />B. Sistem pendidikan di india<br /> Sistem pendidikan India saat ini menggunakan pola dan substansi yang diadopsi dari negara barat, di mana pertama kali diperkenalkan oleh negara Inggris pada abad ke-19 yang merupakan rekomendasi dari Macaulay. Struktur tradisional tidaklah dikenal oleh pemerintahan Inggris dan struktur demikian telah dihapuskan pada saat itu juga. Mahatma Gandhi menjelaskan bahwa sistem pendidikan tradisional merupakan suatu pohon ilmu yang sangat indah, namun telah dihancurkan selama berkuasanya Inggris di negara tersebut. Sejarah mencatat bahwa universitas kedokteran pertama di negara bagian Kerala dimulai di Calicut pada tahun 1942-1943 pada masa perang dunia kedua. Dikarenakan kurangnya dokter untuk dapat diabdikan pada tugas militer, Pemerintah Inggris memutuskan untuk membuka cabang Universitas Kedokteran Madras di Malabar yang kemudian berada di bawah Kepresidenan Madras. Setelah berakhirnya perang, universitas kedokteran di Calicut ditutup dan para pelajar tersebut melanjutkan studinya di Universitas Kedokteran Madras.<br /> Dalam kurun waktu 1979-80, Pemerintah India melalui Departemen Pendidikan meluncurkan suatu program bernama Non-Formal Education (NFE) untuk anak-anak berumur kelompok 6 hingga 14 tahun yang tidak dapat bergabung dalam sekolah reguler. Anak-anak ini termasuk mereka yang putus sekolah, anak yang sedang bekerja, anak-anak dari area yang tidak terdapat akses untuk sekolah, dan sebagainya. Fokus utama dari pola ini ditujukan untuk sepuluh negara bagian yang memilik pendidikan terbelakang.. Selanjutnya, program ini diteruskan untuk daerah pedalaman termasuk daerah perbukitan, pedesaan, dan gurun di negara-negara bagian lainnya. Hingga kini program tersebut masih berlangsung di 25 negara bagian. 100% perbantuan diberikan kepada organisasi sosial secara sukarela untuk menjalankan pusat NFE tersebut.<br />C. Kebijakan pendidikan di india<br /> Kebijakan Nasional Pendidikan 1986 merupakan satu dari beberapa langkah maju yang dilakukan melalui penyediaan pendidikan dasar dan rekomendasi atas pendidikan gratis dan wajib dalam rangka pemenuhan kualitas bagi seluruh anak hingga berumur 14 tahun sebelum abad ke-21. Tujuan dari universalisasi pendidikan dasar bersumber pada tiga aspek: Petama, akses dan pendaftaran secara universal; Kedua, daya ingat yang universal dari anak hingga umur empat belas tahun; dan Ketiga, membawa peningkatan substansial kualitas pendidikan yang memungkinkan seluruh anak untuk mencapai tingkatan yang esensial dalam belajar. Kebijakan pemerintah yaitu untuk memotivasi anak agar menghadiri kelas secara reguler dan untuk meningkatkan fasilitas dalam sistem persekolahan, menyediakan pelatihan untuk guru, dan meningkatkan kemahiran belajar dari anak; serta melaksankan pendidikan wajib dengan langkah-langkah yang mempunyai sanksi.<br /> Upaya lainnya terhadap pemenuhan pendidikan gratis yaitu melalui Pemerintah Negara Bagian, yang telah secara aktif menghapuskan biaya sekolah pada Sekolah Negeri hingga sekolah dasar tingkat atas. Usaha-usaha juga telah dilaksanakan oleh badan-badan lokal dan institusi donor swasta untuk menjadikan pendidikan benar-benar gratis dalam segala hal. Perkembangan setiap negara maju, dan kini diikuti oleh negara berkembang, mereka telah mendeklarasikan bahwa seluruh anak yang berumur enam hingga duabelas atau empatbelas tahun harus mengenyam pendidikan sekolah dasar. Terlepas dari seberapa besar kebutuhannya, tidak ada satu orang tua pun yang diizinkan untuk memutus pendidikan anak dari sekolah. Bahkan, sekolah yang dihadirinya akan dipantau oleh badan otoritas lokal dan pemerintahnya akan diwajibkan untuk menyediakan sekolah dasar dalam jarak yang wajar untuk seluruh anak dalam usia sekolah. Oleh karenanya, undang-undang yang dibuat memuat kewajiban secara spesifik bagi anak, orang tua, badan-badan lokal, dan pemerintah. Pegawai lokal, para pengajar, dewan pengurus sekolah dapat mengunjungi rumah orang tua sang murid yang telah memindahkan anaknya dari sekolah guna memberitahukan bahwa menghadiri kelas adalah wajib. Dalam waktu beberapa tahun implementasi norma tersebut telah menyadarkan seluruh negeri India bahwa seluruh anak harus datang ke sekolah. Suatu norma seperti ini dapat lebih dilaksanakan oleh berbagai tekanan masyarakat dibandingkan tekanan oleh badan yang berwenang. Salah satu pandangan yang menguatkan ketentuan tersebut bahwa kebijakan ini merupakan ekspresi dari “political will” dan hal tersebut mengirimkan pesan kuat kepada masyarakat internasional bahwa India sangat serius dalam menghapuskan buruh anak.<br /> Terdapat juga satu pemikiran lain yang meyakini bahwa ketentuan hukum dengan menyediakan pendidikan wajib mungkin bukan suatu solusi yang efektif untuk situasi dan keadaan di negara India. Pengalaman dari negara Afrika menunjukan bahwa legislasi seperti wajib sekolah seharusnya tidak diperkenalkan, hal mana terdapat tempat-tempat di mana anak ingin terdaftar di dalamnya tetapi mereka tidak dapat diterima karena minimnya infrastruktur dan ketersediaan ruangan. Negara-negara bagian di India yang hampir mendekati target universalisasi pendidikan dasar seperti di Kerala dan Tamil Nadu, legislasi akan dapat membantu mereka yang keluar dari sekolah. Pemikiran seperti ini memberikan argumen bahwa sangatlah penting untuk tidak hanya meningkatkan anggaran umum pada dunia pendidikan tetapi juga memperkenalkan cara-cara untuk mengurangi pembiayaan sekolah. Walaupun hal tersebut merupakan solusi yang parsial, menurut mereka, hal itu lebih penting untuk kepentingan orang tua yang mungkin merasakan bahwa kesempatan dan biaya sekolah masihlah sangat tinggi. Hal ini secara esensial dapat dilihat sebagai permasalahan sikap, yaitu sikap dari orang tua terhadap pendidikan anak-anak mereka, sikap negara terhadap buruh anak dan terhadap peningkatan kualitas sistem pendidikan. Suatu legislasi tidak dapat dengan sendirinya ditegakkan.Langkah-langkah kuat dalam hal penegakkan juga harus didirikan.<br /><br />BAB III<br />PENUTUP<br />KESIMPULAN<br />Dari uraian kami diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa :<br />1. Sistem pendidikan India saat ini menggunakan pola dan substansi yang diadopsi dari negara barat, di mana pertama kali diperkenalkan oleh negara Inggris<br />2. Kebijakan Nasional Pendidikan adalah penyediaan pendidikan dasar dan rekomendasi atas pendidikan gratis dan wajib dalam rangka pemenuhan kualitas bagi seluruh anak hingga berumur 14 tahun sebelum abad ke-21.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />http://jurnalhukum.blogspot.com/2007/08/hukum-dan-pendidikan-di-india.html<br />http://www.mail-archive.com/dosen-peneliti@yahoogroups.com/msg00432.html<br />http://news.okezone.com/read/2009/05/19/58/221133/58/berkacalah-pada-sistem-pendidikan-india-dan-jepang<br />http://www.freelists.org/post/ppi/ppiindia-Kompas-Pendidikan-di-India-5<br />http://f4ni.wordpress.com/2008/08/20/pendidikan-di-india-pusat-keunggulan-menuju-negara-maju/<br />http://blog-indonesia.com/blog-archive-541-45.html<br /><br /><br /><br /><br /><br /></div>Kumpulan Tugashttp://www.blogger.com/profile/13837565921289459680noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3537215133934557427.post-79578301207338706542009-12-29T01:16:00.000-08:002009-12-29T01:17:48.906-08:00TUGAS SEMESTER 3<div align="center">PERAN STANDARISASI PENDIDIKAN DALAM RANGKA MEMAJUKAN KUALITAS PENDIDIKAN NASIONAL<br /><br /><br /><br /><br /> <br /><br /><br />Oleh :<br />Bakhtiardi P.S 07110241001<br /><br /><br /><br />PROGRAM STUDI ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN<br />JURUSAN FILSAFAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN<br />FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN<br />UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA<br />2008</div><div align="center"></div><div align="center"></div><div align="justify">BAB I <br />PENDAHULUAN<br />LATAR BELAKANG <br /> Pendidikan merupakan sarana dalam rangka memajukan kualitas seseorang, melalaui pendidikan juga, pribadi seorang manusia dapat terbentuk. Begitu vitalnya peran pendidikan dalam kehidupan manusia, sehingga pendidikan seharusnya mempunyai kualitas yang sangat bermutu sehingga produk yang dihasilkan oleh pendidikan diharapkan dapat membantu manusia untuk menjadi lebih baik dan tetap survive dalam melakoni kehidupan yang semakin hari semakin kejam.<br /> Tak dapat di pungkiri bahwa pendidikan nasional merupakan tonggak yang kuat dalam memajukan pendidikan yang ada di Indonesia oleh karena itu pendidikan nasional hendaknya mempunyai kualitas yang baik sehingga nantinya dapat memenuhi tujuan pendidikan Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, serta dapat memberikan suplemen yang hebat untuk peserta didik sehingga nantinya peserta didik dapat menjalani kehidupan ini dengan baik.<br /> Namun dewasa ini muncul banyak sekali kritik baik dari praktisi pendidikan maupun dari kalangan pengamat pendidikan mengenai pendidikan nasional yang tidak mempunyai arah tujuan yang jelas. Hilangnya arah tujuan dalam pendidikan nasional menunjukan hilangnya elan vital dalam pendidikan nasional yang menggerakan system pendidikan nasional untuk mewujudkan cita-cita pendidikan nasional.<br /> Apabila tujuan dan arah pendidikan nasional yang telah tertera dalam pembukaan Undang-Undang Dasar’45 telah hilang maka diperlukan suatu kebijakan yang diharapkan dapat mengembalikan tujuan pendidikan nasional Indonesia agar sesuai dengan yang tertera dalam Undang-Undang Dasar’45.<br /> Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan adanya pemerataan pendidikan, dengan adanya pemerataan pendidikan maka dapat dikatakan seluruh bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke telah mendapatkan pendidikan yang sama tanpa membeda-bedakan tempat tinggal. Agar pemerataan pendidikan dapat berlangsung dengan berhasil maka dibuatlah Standarisasi Pendidikan sehingga dengan adanya Standarisasi ini Pendidikan Nasional Indonesia tidak kehilangan arah dan tujuan lagi. Seiring dengan sejalannya pemerataan pendidikan dengan standarisasi pendidikan maka tentunya kualitas Pendidikan nasional pendidikan Indonesia dapat meningkat.<br /> <br /><br />BAB II<br />PEMBAHASAN<br />A. Pengertian<br /> Standar adalah suatu criteria atau patokan minimal yang sengaja ditentukan oleh suatu lembaga atau organisasi untuk mendapatkan suatu hasil yang maksimal.<br /> Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. (UU RI NOMOR 20 TAHUN 2003 tentang SISDIKNAS)<br /> Jadi Standarisasi Pendidikan Nasional adalah proses untuk mencapa suatu criteria atau patokan minimal mengenai system pendidikan nasional yang berdasarkan atas Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.<br />B. Tujuan dan Fungsi<br /> Tujuan <br />Standar Nasional Pendidikan bertujuan menajmin mutu pendidikan nasonal dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan mementuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat.<br /> Fungsi<br />Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.<br />C. Lingkup Standar Pendidikan<br />1. Standar Isi<br />2. Standar Proses<br />3. Standar Kompetensi Kelulusan<br />4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan<br />5. Standar Sarana dan Prasarana<br />6. Standar Pengelolaan<br />7. Standar Pembiayaan<br />8. Standar Penilaian Pendidikan<br />D. Peran Standarisasi Pendidikan<br />Dalam dunia pendidikan nasional dewasa ini semakin hilang saja tujuan utama pendidikan nasional, selain itu tidak meratanya pendidikan di semua lini semakin menambah daftar hitamdunia pendidikan nasional. Disinilah peran standarisasi pendidikan diperlukan. Berbagai peran standarisasi pendidikan adalah :<br />a. Pemerataan Pendidikan<br /> Kita sudah mengetahui bahwa pendidikan yang ada di Indonesia ini belum merata disemua lini. Baik dalam factor peralatan pendidikan maupun akses pendidikan. Banyak sekali sekolah-sekolah yang hanya mempunyai beberapa ruang kelas yang tidak sebanding dengan peserta didik yang akan diberikan pelajaran sehingga diadakan sekolah pada waktu siang hari agar proses belajar mengajar dapat terus berjalan. Ini hanya salah satu contoh kecil saja yang dapat menunjukan bahwa pendidikan di Indonesia ini belum merata. Sehingga diharapkan dengan adanya standar pendidikan ini pendidikan nasional di Indonesia dapat merata.<br /><br />b. Pemetaan masalah pendidikan<br /> Pada dasarnya permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia ini sangatlah complicated. Setiap sekolah mempunyai permasalahan yang berbeda dengan sekolah lain, setiap daerah juga mempunyai permasalahan yang berbeda dengan daerah lain. Untuk itu maka standarisasi pendidikan diperlukan guna untuk memetakan masalah pendidikan yang ada di Indonesia. Dengan adanya pemetaan ini maka pemerintah akan dapat mengetahui permasalahan yang terjadi disuatu sekolah atau daerah. Sehingga pemerintah dapat mengambil suatu kebijakan yang tepat guna dan akhirnya permasalahan disetiap sekolah dan daerah dapat teratasi secara maksimal.<br />c. Sarana kontrol pendidikan<br /> Dalam dunia pendidikan nasional ini diperlukan sarana untuk mengontrol pendidikan. Karena dengan adanya sarana kontrol tersebut pemerintah dapat mengetahui apakah proses pendidikan di Indonesia dapat berlangsung dengan baik atau tidak. Sehingga apabila terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan proses pendidikan akan dapat segera diketahui dan pemerintah dapat langsung bertindak agar pnyimpangan itu tidak terjadi lagi. Selain itu dengan adanya kontrol pendidikan proses pendidikan akan menajadi lebih baik, karena secara tidak langsung ini ber efek pada kinerja guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, guru akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai standar kompetensi yang telah diberikan, tentunya tidak dengan cara-cara yang curang. Seperti memberikan jawaban ujian nasional ketika ujian nasional sedang berlangsung, ini sangat mengotori dunia pendidikan di Indonesia.<br /><br />d. Memajukan kualitas pendidikan nasional<br /> Ini sangant jelas sekali, dengan adanya standarisasi pendidikan, pendidikan di Indonesia maka kualitas pendidikan di Indonesia akan meningkat. Karena pemerintah akan berjuang sekuat tenaga untuk menacapai standar yang telah ditetapkan. Jika dengan standar pendidikan di Indonesia yang sudah ada sekarang sudah dapat terpenui dengan baik disemua lini pendidikan, maka tidak mustahil standar pendidikan akan dinaikan, sehingga jelas sekali bahwa kualitas pendidikan nasional telah meningkat. Apabila kualitas pendidikan nasional telah meningkat tentunya sumber daya manusia juga akan meningkat. Sehingga masyarakat Indonesia akan dapat menghadapi kehidupan yang semakin hari semakin kejam saja. Dari ini kita dapat mengetahui bahwa jika standarisasi pendidikan dapat dilakukan secara baik dan benar tanpa adnya mementingkan golongan atau kepentingan tertentu maka tujuan pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa akan tercapai. Sehingga tidak ada lagi kritikan bahwa pendidikan nasional telah hilang arah dan tujuan.<br /><br /><br />BAB III<br />PENUTUP<br />KESIMPULAN<br /> Dari uraian kami diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa Standari sasi pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam berlangsungnya proses pendidikan di Indonesia. Peran standarisasi pendidikan tersebut adalah :<br />a. Pemerataan pendidikan<br />b. Pemetaan masalah pendidikan<br />c. Sarana kontrol pendidikan<br />d. Memajukan kualitas pendidikan nasional<br />Jadi dengan adanya standarisasi pendidikan, kualitas pendidikan nasional akan dapat meningkat sehingga tujuan utama pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa akan dapat tercapai sehingga tidak akan ada lagi kritik mengenai hilangnya arah dan tujuan pendidikan di Indonesia.<br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />H.A,R. Tilaar. “Standarisasi Pendidikan Nasional”, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006.<br />Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional<br />Catatan harian Bakhtiardi Putra S mata kuliah Standarisasi Pendidikan<br />http://www2.kompas.com/kompascetak/0403/16/humaniora/913152.htm<br /><br /><br /><br /></div>Kumpulan Tugashttp://www.blogger.com/profile/13837565921289459680noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3537215133934557427.post-10352246638212026262009-12-29T01:13:00.000-08:002009-12-29T01:15:24.138-08:00TUGAS SEMESTER 3SOAL<br />1. Pada akhir-akhir ini menunjukan adanya gejala bahwa para artis wanita Indonesia berkecenderungan lebih suka menikah dengan bangsa asing dengan alasan ingin memperbaiki kualitas keturunannya, bertolak dari kasus tersebut, maka :<br />a. Bagaimana sikap dan tanggapan saudara mengenai kasus tersebut jika sikap dan tanggapan anda dikaitkan dengan wawasan kebangsaan saudara?<br />b. Dampak apa yang muncul jika terjadi perceraian?<br />JAWAB :<br />a. Tanggapan saya mengenai kasus tersebut adalah ha; ini merupakan indikasi yang sudah tampak bahwa rasa nasionalisme yang ada dalam jiwa para artis sudah mulai luntur. Ini dapat dilihat dari kasus diatas, dengan pengertian yang tidak langsung bahwa para artis kurang begitu suka dengan bentuk fisik yang dimiliki bangsa Indonesia dimana bentuk fisik ini merupakan ciri khas yang dimiliki bangsa ini. Mereka lebih menyukai bentuk fisik orang asing yang mereka anggap lebih indah untuk dipandang mata. Mereka para artis seakan bangga apabila mempunyai suami orang asing yang jelas jelas mempunyai budaya yang berbeda dengan budaya kita. Dimana budaya Indonesia yang terkenal ramah dan sopan akan tercuni budaya orang asing yang modern, kurang memperhatikan kesusilaan. Ini merupakan ancaman yang serius apabila sudah banyak wanita Indonesia menikah dengan orang asing, bisa-bisa budaya yang kita junjung tinggi nilainya dapat luntur dan bahkan hilang tak berbekas. Sikap saya, saya kurang begitu setuju apa bila banyak wanita Indonesia menikah dengan pria asing. Karena selain rumit dalam mengurus surat pernikahan, wanita Indonesia juga akan terancam kewarganegaraannya, mereka terancam mengikuti warga Negara suaminya. Dan apabila ini terjadi jelas sekali bahwa rasa nasionalisme mereka berkadar sangat rendah sekali. Apabila para pejuang dahulu tau tentang ini beliau-beliau pasti akan sakit hati. Karena mereka dulu rela memperjuangkan mempertaruhkan nyawanya demi kemerdekaan Indonesia. Bahkan ada lagu yang liriknya ”walaupun sebilah pedang akan merenggut nyawaku kau tetap Indonesiaku” ini menunjukan bahwa betapa tingginya nasionalisme yang dimiliki rakyat Indonesia pada waktu itu. Dan ini sangat berbanding jauh dengan rakyat Indonesia jaman sekarang yang kebanyakan dari mereka sudah teracuni oleh modernisme sehingga nasionalisme mereka menjadi luntur.<br />b. Dampak yang muncul apabila terjadi perceraian adalah status kewarganegaraan anak, status kewarganegaraan anak akan ikut bapaknya yang notabene adalah orang asing sehingga hak dan kewajiban yang diperoleh dari Negara Indonesia akan hilang. Ini berdampak apabila anak tersebut sudah dewasa dan terjadi perceraian. Ketika anak tersebut menetap di Indonesia maka anak tersebut termasuk orang asing dan harus membayar visa karena status anak tersebut adalah turis yang tinggal di Indonesia walaupun anak tersebut lahir dan besar di Indonesia.<br />SOAL<br />2. Setelah adanya otonomi daerah menunkukan gejala berupa pulau-pulau terluar yang masih dalam wilayah NKRI cenderung dikuasai secara diam-diam oleh Negara tetangga, berdasarkan kasus tersebut :<br />a. Apa dan bagaimana tanggapan saudara mengenai hal tersebut ?<br />b. Factor-faktor apa saja yang menyebabkan itu terjadi ?<br />c. Langlah-langlah apa saja yang perlu dilakukan pemerintah pusat NKRI? <br />d. Langkah apa yang perlu silakukan pemerintah daerah ? tolong kemukakan aspirasi saudara pada pemerintah.<br /><br /><br />JAWAB :<br />a. Saya sangat sedih sekali apabila mendeganr berita itu, Indonesia yang wilayahnya terkenal dengan seribu pulau kini pulau-pulau terluar dicaplok oleh Negara tetangga. Sebagai warga Negara yang mencintai Negara ini saya merasa tidak rela sekali. Karena dengan nyawa para pahlawan mempertahankan wilayah NKRI agar tetap jaya dan merdeka. Namun karena semakin majunya zaman rasa nasionalisme itu kian luntur. Sehingga kurang begisa begitu menghargai wilayah NKRI secara utuh. Mereka yang mempunyai kepentingan dibalik semua ini harus bertanggung jawab kepada Negara dengan ulahnya tersebut.<br />b. Perhatian pemerintah yang kurang terhadap pulau-pulau terluar. Pemrintah pusat terkihat focus yang mereka kembangkan hanya terdapat didaerah pusat, pemerintah pusat kurang begitu memperhatikan keadaan di pulau-pualu terluar Indonesia karena menganggap sudah ada pemerintah daerah yang mengurusnya. Tetapi pemerintah pusat lupa bahwa pertahanan dan keamanan juga menjadi tanggung jawab pemerrintah pusat. Kurangnnya perhatian ini berdampak pada masyarakat dipulau tersebut, mereka merasa di anak tirikan oleh pemerintah pusat Indonesia dan kesejahteraan hidupnya pun sangat meprihatinkan ketika mereka merasa seperti itu datanglah Negara tetangga yang lebih bisa memperhatikan mereka dengan baik, sehingga kesejahteraan hidup mereka terjamin. Apabila ini terjadi secara terus menerus maka bisa diramalkan bahwa pulau tersebut akan dimiliki oleh Negara tetangga. Pemerintah daerah yang kurang bisa bersikap tegas terhadap Negara tetangga yang sudah mulai sedikit menjajah wilayahnya tersebut.<br />c. Langkah yang harus dilakukan pemerintah NKRI adalah pemerintah pusat harus lebih memperhatikan pualu-pulau terluar Indonesia, karena pualu tersebut terdapat Sumber Daya Alam yang bisa dimanfaatkan. Sehingga kesejahteraan masyarakat yang hidup di pulau tersebut akan membaik dan rasa nasionalisme yang mereka miliki juga akan tinggi sehingga tidak akan mudah dipengaruhi oleh pihak asing.jika perlu pemerintah pusat membentuk suatu tentara yang bertugas khusus untuk menjaga pulau terluar Indonesia sehingga masyarakat yang tinggal disitupun akan merasa nyaman. Pembangunan harus adil sama rata tidak hanya berpusat pada daerah pusat saja sehingga pulau terluar Indonesia pun juga mempunyai akses informasi yang tepat dan akurat.<br />d. Pemerintah daerah harus memberikan doktrin nasional yang kental kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak mudah terpengaruh dengan intervensi yang dilakukan Negara tetangga. Dengan cara memberikan pendidikan mengenai sejarah dan perjuangan bangsa Indonesia ini untuk merdeka. Pelestarian budaya daerah yang sudah ada, dengan begitu masyaraktkan akan mencintai budayanya sendiri dan Negara tetangga juga tidak bisa mengklaim bahwa budaya yang dimiliki bangsa Indonesia akan dicuri. Membuka lapangan pekrjaan bagi mereka yang menganggur sehingga kesejahteraan hidup akan meningkat.<br />SUMBER : Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan MAsyarakat Madani. Penulis Tim ICCE UIN Jakarta<br />SOAL<br />3. Akhir-akhir ini pemerintah Malaysia melakukan oerekrutan lascar watoniah terhadap pemuda-pemuda di Pontianak yang gunanya untuk menjaga batas wilayah antara NKRI dengan Malaysia diperbatasan wilayah kedua Negara tersebut :<br />a. Berdasarkan kasus tersebut apa pendapat dan bagaimana tanggapan saudara mengenai hal tersebut jika dikaitkan dengan wawasan kebangsaan saudara ?<br />b. Apa yang meyebabkan pemuda-pemuda Indonesia bersedia menjadi anggota lascar watoniah untuk mengamankan Negara /Malaysia ?<br />c. Langkah langkah apa yang perlu dilakukan pemerintah pusar NKRI? Kemukakan aspirasi anda atau usul minimal 5 usulan pada pemerintah !<br /><br />JAWAB : <br />a. Dalam hal ini jelas sekali bahwa Warga Negara Indonesia yang bersedia menjadi laskar watoniah bisa dipastikan bahwa rasa nasionalisme yang dimilikinya begitu rendah. Karena otomatis mereka yang menjadi laskar watoniah mempertahankan Negara Malaysia. Dan apabila terjadi perang antara Indonesia dan Malaysia tentu saja yang akan di ajukan adalah laskat watoniah dan nanti akan terjadi perang saudara sesama bangsa Indonesia. Ini dapat menyebabkan terpecahnya bangsa Indonesia. Selain ini, kasus tersebut juga menajdi tamparan keras bagi pemerintah, kasus ini menunkukan bahwa pemerintah kurang bisa membuat kesejahteraan bagi rakyatnya. Buktinya dengan iming-iming uang yang lebih para pemuda mau menjual nasionalismenya kepada pihak Malaysia. Agar mereka bisa menyambung hidup. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap daerah perbatasan, sehingga dengan mudah pemuda Indonesia direkrut untuk menjadi laskar watoniah yang notabene adalah tentaranya Negara Malaysia.<br />b. Yang menyebabkan pemuda-pemuda Indonesia mau menjadi laskar watoniah adalah keadaan ekonomi mereka yang sulit karena krisis multidimensional yang terjadi di Indonesia, dengan iming-iming uang lebih pemuda Indonesia mau menjadi tentara Malaysia. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap mereka yang berda didaerah perbatasan sehingga merasa di anak tirikan karena kesejahteraan hidupnya kurang. Lunturnya rasa nasionalisme pemuda-pemuda Indoneisa karena kekecewaan terhadap kinerja pemerintah pusat.<br />c. Langkah yang perlu dilakuakan pemerintah NKRi adalah :<br />1. Pendidikan nasionalisme harus diberikan terhadap pemuda-pemuda yang berada didaerah perbtasan sehingga apabila terjadi intervensi seperti ini pemuda-pemuda tersebut akan dapat menolak karena yang mereka bela bukanlah tanah airnya yang selama ini memberikan tempat tinggal bagi mereka.<br />2. Pembangunan daerah dipusatkan pada daerah-daerah terpencil tidak hanya di daerah pusat saja agar tidak terjadi ketimpangan yang begitu mencolok antara daerah yang terpencil dengan daerah pusat. Sehingga nantinya masyarakat didaerah terpencil tidak merasa di anak tirikan.<br />3. Dibukanya lapangan pekerjaan bagi pemuda-pemuda yang menganggur sehingga kesejahteraan hidupnya akan membaik. Dan ketika pemerintah Malaysia menawari untuk menjadi laskar watoniah dengan iming-iming gaji yang lebih besar para pemuda dengan tegas dapat menolaknya karena mereka sudah berpenghasilan dan kesejahteraan hidupnya sudah membaik.<br />4. Perhatian yang lebih pada daerah-daerah yang rawan akan terjadinya konvontrasi pihak asing terhadap Indonesia. Sehingga masyarakat dapat menaydari bahwa Malaysia sebenarnya iri denga kemajemukan dan kerukunan yang terjadi dalam bangsa Indonesia.<br />5. Dibentuknya tentara khusus yang menangani daerah perbatasan khusunya dengan Malaysia, dengan begitu Malaysia tidak akan berani berbuat macam-macam terhadap bangsa Indonesia.<br />6. Sikap tegas dari pemimpin Indonesia. Karena selama ini presiden kurng bisa begitu tegas terhadap kasus laskar watoniah ini.Kumpulan Tugashttp://www.blogger.com/profile/13837565921289459680noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3537215133934557427.post-44954837690822924932009-12-29T01:11:00.000-08:002009-12-29T01:13:47.902-08:00TUGAS SEMESTER 2<div align="center">KAPITA SELEKTA TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN<br />PENDIDIKAN IVAN IILICH<br /><br /><br /><br />oleh :<br />Bachtiardi P.S 07110241001<br />Nurachmayanti 07110241007<br />Novianto Wibowo 07110241018<br />Oka Deva Yunianto 07110241028<br />Desti Harintyastuti 07110241030<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />PROGRAM STUDI ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN<br />JURUSAN FILSAFAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN<br />FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN<br />UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA<br />2008<br /></div><div align="justify"><br />A. Pendahuluan<br />1. Riwayat Singkat Ivan Illich<br />Beberapa puluh tahun lalu, dunia pendidikan pernah digemparkan dengan kehadiran seorang pemikir pendidikan revolusioner yang pikiran-pikirannya dipenuhi dengan gagasan-gagasan meletup-letup lagi mencengangkan. Dialah Ivan Illich lahir sebagai anak sulung dari tiga bersaudara pada September 1926 di Wina, Austria. Ivan Illich seorang pemikir besar yang mempunyai latar belakang pendidikan teologi dan kemudian menjadi seorang rohaniawan Katolik penuh kontroversi. <br />. Ketaatan Illich pada Gereja tetap utuh selama masa mudanya yang bergolak. Saat merenungkan keberadaanya sebagagi anak yang harus mengikuti orang tuanya dan tak pernah belajar di sekolah tertentu, Illich menyebutkan bahwa ia sempat bepindah-pindah tempat tinggal selama empat tahun di Dalmatia, Wina, dan Perancis, atau di manapun orang tuanya berada. Baru di rumah kakeknya di Wina, ia bertempat tinggal selama tahun 1930-an. Saat masih anak-anak inilah, perkembangan intelektual Illich bertambah bukan hanya karena belajar dari sejumlah guru privat yang mengajarkan berbagai bahasa (dan kemudian dikuasainya) dan membaca buku-buku dari perpustakaan pribadi milik neneknya, melainkan juga dari interaksinya dengan cendekiawan-cendekiawan penting yang menjadi sahabat orang tuanya (seperti Rudolf Steiner, Raine Maria Rilke, dan Jecques Maritain, belum lagi dokter keluarganya, Sigmund Freud). Illich dianggap terlalu muda untuk bersekolah, sehingga ia tidak segera dimasukkan ke sekolah meskipun sudah menunjukkan kecerdasan.<br />Pada 1938, serdadu Hilter menduduki Austria. Sebagai putra insinyur Dalmatia yang kaya dan ibu Yahudi Sphardic, Illich menjadi korban diskriminasi Nazi terhadap etnis Yahudi. Pada tahun 1941, bersama ibu dan saudara kembarnya, mereka meninggalkan Austria dan tinggal di Italia. Walaupun ia sulit menjelaskan keputusannya, pada periode inilah Illich memasuki Biara. Pada usia 24 tahun ia dihabiskan menjadi pastur dan meraih gelar master dalalm bidang teologi dan filsafat dari Gregorian University, Roma. Tak lama kemudian ia memperolah gelar doctor filsafat sejarah dari University of Salzburg, dengan bimbingan professor Albert Auer dan Michael Muechlin, Illich mulai berminat pada metode sejarah dan interpretasi naskah lama. Auer, yang tulisannya mengenai teologi penderitaan (theology of suffering) abad ke-12 sangat relevan bagi Illich, membimbing Illich untuk menyelesaikan tesis doktoralnya tentang metode sejarah dan filsafat Albert Toynbee. Illich juga mempelajari kimia lanjut (kristalografi) di University of Florence.<br />Pikiran-pikirannya dapat ditelusuri melalui beberapa karya yang telah ditulisnya. Penelusuran terhadap karya-karyanya ini menjadi demikian penting bagi generasi-generasi sepeninggalnya untuk secara arif menyikapi serta mengkritisi setiap gagasan yang dicetuskannya. Penulis menganggap proses kreatif ini, dengan menyelami serta mengkritisi, akan menemukan signifikansinya ketika dipahami dalam kerangka historis pada waktu pemikiran Illich lahir dan kemudian dikontekstualisasikan dalam masa sekarang.<br /><br /><br />B. Konsep-konsep Ivan Illich<br />Pemikiran yang akan disoroti dalam tulisan ini, adalah pemikiran pendidikan Ivan Illich dalam buku kontroversialnya yang berjudul “Deschooling Society”. Tentu saja penulis tidak akan terlalu jauh membahas setiap detil gagasan Illich, disebabkan luasnya gagasan-gagasan yang telah ia tuangkan dalam buku tersebut. Buku yang ditulis Illich dalam rangka mengkritisi praktek kemapanan pendidikan yang selama beberapa tahun diselenggarakan oleh sekolah ini, dianggap sangat berbahaya oleh beberapa pihak. Ia dianggap telah menyadarkan masyarakat akan urgensi peninjauan ulang beberapa konsep yang selama ini dianggap mapan oleh sebagian besar masyarakat. Ivan Illich memang berbeda dengan beberapa pemikir pendidikan lainnya seperti Paulo Freire. Ivan dianggap bukan sebagai pemikir yang memiliki massa (baca: pengikut) seperti layaknya Freire. Pemikiran-pemikiran Freire diikuti oleh banyak orang dikarenakan mempunyai target yang jelas, yaitu kaum tertindas (proletar dalam bahasa Marx) yang termarjinalkan oleh praktek pendidikan yang memang tidak adil lagi sangat menindas. Namun pemikiran Illich tetap penting dan, tentu saja, tetap menarik untuk dikaji. <br />Melucuti kemapanan sekolah adalah tujuan awal dan gagasan pokok yang kemudian Illich tuangkan dalam tulisan-tulisannya. Sekolah, dalam pandangan Illich, adalah lembaga pendidikan yang membagi masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial yang sangat tidak egaliter lagi diskriminatif. Sekolah dianggap sebagai lembaga pendidikan dalam era industri yang telah menjadi sedemikian mekanistik namun memperkurus kemanusiaan (dehumanisasi – meminjam istilah Freire). Penyelenggaraan pendidikan oleh sekolah merupakan praksis yang tidak sebangun dengan pendidikan itu sendiri. Murid-murid sekolah kemudian mempunyai logika baru; belajar dianggap sebagai hasil proses pembelajaran yang diadakan oleh sekolah, semakin banyak pengajaran maka semakin banyak hasilnya, menambah materi maka akan semakin mempermudah keberhasilan. Illich menggedor kesadaran masyarakat untuk segera melakukan revolusi budaya, yakni dengan menguji mitos-mitos yang ada dalam lembaga sosial secara radikal yang selama ini telah mapan dalam pandangan masyarakat.<br />Kasus Indonesia yang mungkin bisa dianggap relevan dengan kritikan Illich adalah permasalahan yang saat ini masih digodok oleh decision maker yang berkenaan dengan sertifikasi guru. Dunia pendidikan Indonesia merupakan dunia problematis lagi kompleks. Sebagaimana pernah dilaporkan dalam salah satu TV swasta bahwa guru yang telah benar-benar memenuhi sertifikasi yang ditetapkan pemerintah hanyalah sekitar 31% (data per Desember 2006). Dan membutuhkan waktu yang lama untuk bisa men”sertifikasi’kan seluruh guru di negeri ini. <br />Memang realita yang ada di Indonesia berbeda dengan realita yang dihadapi Illich pada waktu itu. Tesis Illich telah sampai pada kesimpulan bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan telah menyebabkan langkanya ketrampilan. Sebagaimana dinyatakan oleh Illich “….Skill teachers are made scarce by the belief in the value of licenses. Certification constitutes a form of market manipulation and is plausible only to a schooled mind. Most teachers of arts and trades are less skillful, less inventive, and less communicative than the best craftsmen and tradesmen….”Ada permasalahan lain yang pada waktu itu belum sempat muncul. Penggalakan sertifikasi di Indonesia, disamping membuat diskriminasi, disinyalir juga akan memunculkan praktek jual beli gelar yang ilegal, program kuliah jarak jauh yang mempersingkat waktu untuk mendapatkan gelar, serta program kuliah yang berangkat dari logika semakin banyak uang semakin singkat waktu kuliah yang bisa ditempuh. Sungguh sangat ironis melihat kenyataan seperti itu. Pendidikan telah benar-benar direduksi dari makna mulia yang sebenarnya. Maka jangan salahkan kalau kemudian lulusan yang dihasilkanpun tidak mempunyai ruh pedagogis yang seharusnya dimiliki. Pendidikan kemudian kehilangan elanvitalnya. <br />Dunia pendidikan Indonesia bak lingkaran setan. Sementara pemerintah meminta semua guru harus bersertifikasi dengan terlebih dahulu harus mengenyam pendidikan tinggi, masyarakatpun mengeluh dengan semakin mahalnya biaya pendidikan, terutama pendidikan tinggi. Di sisi lain, lembaga-lembaga pendidikan tinggi “pemasok” guru bersertifikat (lembaga pendidikan tinggi yang mempunyai jurusan keguruan), seringkali juga dikritik karena ketidakmampuannya menyiapkan lulusan yang berkualifikasi dan kompeten di bidangnya. Lembaga pendidikan tinggi ini dituding melahirkan lulusan yang setengah-setengah, bahkan tidak pantas menjadi seorang guru. Lulusan bersertfikatpun ternyata juga belum tentu memiliki kompetensi. Dan hal inilah yang perlu untuk segera dibenahi.<br /><br /><br />Antara Deschooling Society <br />Sumber Daya Manusia merupakan sumber daya yang sangat penting bagi negara. Sumber daya ini, ketika ditingkatkan dan mempunyai kualitas yang tinggi, akan sangat menentukan kemajuan suatu bangsa. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia tersebut adalah dengan melaksanakan pendidikan di berbagai tingkatan.<br />Berbagai macam teori-teori berkaitan dengan pendidikan kemudian lahir dari pemikiran-pemikiran para ahli. Pemikiran-pemikiran mengenai pendidikan ini hanya akan menjadi utopia belaka tatkala tidak diejawantahkan dalam praksis pendidikan. Salah satu upaya penerjemahan teori-teori tersebut adalah dengan mendirikan sekolah.<br />Sekolah ketika awal berdirinya merupakan perpanjangan tangan dari pendidikan yang telah terlebih dahulu dilaksanakan oleh para orang tua. Tugas untuk melaksanakan pendidikan inipun kemudian beralih dari para orang tua kepada sekolah. Sekolah kemudian dipercaya orang tua untuk melaksanakan pendidikan bagi anak-anak mereka. Sekolah, bagi sebagian orang tua, bahkan dipercaya sebagai proses yang harus dijalani anak-anak mereka. Sekolah bagi sebagian orang tua, meminjam istilah Illich, merupakan inisiasi ritual yang akan sangat menentukan masa depan anak-anak.<br />Ternyata, bagi Ivan Illich, sekolah merupakan pelaksana pendidikan yang sangat diskriminatif dan tidak egaliter. Gagasan-gagasan Illich mengenai sekolah yang menurutnya justru membelenggu tersebut telah dituangkannya dalam sebuah buku fenomenal berjudul Deschooling Society. Dalam buku tersebut, Illich berusaha mendobrak kesadaran masyarakat yang selama ini terperangkap dalam mitos-mitos sosial yang ada dalam lembaga-lembaga era industri, seperti sekolah salah satunya, yang telah menjadi semakin mekanistik, anonim, massal, dan yang lebih parah lagi, memperkurus kemanusiaan, atau dehumanisasi, dalam istilah Freire.<br />Illich mengajukan suatu revolusi sosial yang dianggapnya perlu segera dilakukan. Sekolah dianggapnya hanya sebagai lembaga yang mereproduksi ideologi-ideologi kapitalis-konsumeristik. Tesis Illich ini bisa dibenarkan ketika dikaitkan dengan fenomena adanya kekuatan politik yang menunggangi pendidikan. Di Indonesia sendiri para ekonom yang termarjinalkan gara-gara memiliki perbedaan pandangan dengan ideologi mainstream yang dikembangkan negara, menyatakan bahwa pendidikan ekonomi Indonesia telah banyak disusupi unsur-unsur ekonomi liberal yang sangat kapitalis. Ideologi ekonomi inilah yang kemudian menyebabkan kebijakan ekonomi Indonesia sangat mudah diintervensi lembaga-lembaga ekonomi dunia seperti IMF dan world bank demi kepentingan mereka.<br />Gagasan-gagasan Illich hanya berusaha menggugah kesadaran kita mengenai sekolah. Jika sekolah sampai tidak dipercayai lagi sebagai pelaksana pendidikan, lalu siapa yang kemudian harus menggantikannya? Inilah yang kemudian menjadi tanggung jawab kita bersama untuk selalu memperbaharui konsep-konsep pendidikan yang sudah usang dan tidak lagi sesuai. Pemerintah sebagai penanggung jawab pendidikan juga harus bertanggung jawab terhadap sekolah. Pun juga pihak sekolah sebagai penyelenggara pendidikan yang telah diberikan amanat harus bisa menempatkan diri serta menerapkan teori-teori serta berbagai konsep yang telah diramu sebagai formula terbaik bagi pendidikan.<br />1. Otokritik Pendidikan<br />Dalam literatur mengenai pendidikan kita menemukan dua tokoh yang sangat gencar mengkritik konsep pendidikan, yaitu Ivan Illich dan Paulo Freire. Pertama kita tengok pemikiran Ivan Illich. Dalam Deschooling Society (1974), ia mengkritik dua hal mengenai dunia pendidikan.<br />Pertama, kecenderungan pendidikan formal yang mengasumsikan bahwa nilai-nilai dapat dipraktikkan dan melalui pemaketan nilai itulah individu akan dicetak menjadi sesuatu. Sehingga, peserta didik hanya diminta untuk mengejar formalitas nilai tanpa mengharapkan lebih pada kualitas proses pembelajaran.<br />Yang penting dapat nilai bagus, yang penting lulus, dan yang penting bisa dapat ijazah, itulah yang menjadi ukuran dan kepentingan pendidikan, bukan proses bagaimana mencetak siswa yang berwawasan luas dan berkepribadian baik.<br />Kedua, Illich mengkritik pendidikan hanya sebagai ”barang dagangan”. Tidak ada sekolah yang terbuka untuk menampung semua anak usia sekolah di masyarakat. Biasanya, kelas tertindas tidak mendapat akses pendidikan karena problem administratif atau birokasi sekolah. Dan yang jelas, ini dikarenakan tiada biaya untuk sekolah. Oleh karena itu, dalam pemikiran Illich, misi lembaga pendidikan modern sebenarnya mengabdi pada kepentingan modal, bukan sarana pembebasan bagi kaum tertindas. Maka dia sering disebut sebagai pengusung ide “emoh sekolah!”.<br />Konsep ”pembelajaran secara berproses” (sebutlah ”learning by process”) tidak mengenal kata akhir dalam pendidikan. Artinya, yang lebih kita perlukan adalah bagaimana proses untuk menciptakan manusia yang berkualitas dengan menjadikan pendidikan sebagai basis sosial pemenuhan kebutuhan bagi wawasan dan pengetahuan masyarakat. Kita sering berpikir bahwa manusia dalam hidupnya sering dikendalikan oleh dua faktor, yaitu genetik dan lingkungan. Tapi, kita sering lupa bahwa faktor manusia juga sangat menentukan. Untuk itulah, pendidikan yang membebaskan adalah bagaimana melepaskan manusia dari ”terali besi” (iron cage) kebodohan yang ada dalam dirinya. Kualitas pendidikan lebih melihat kondisi (internal) manusia, daripada hanya terbelenggu oleh ukuran-ukuran kuantitatif dan formalistik.<br />2. Pendidikan Berbasis Kerakyatan<br />Dengan melihat realitas pendidikan saat ini maka sudah saatnya kita memikirkan kembali gagasan untuk menciptakan model pendidikan gratis bagi rakyat kecil. Yaitu model pendidikan yang berbasis kerakyatan, terutama rakyat kecil yang tidak mampu. Upaya ini perlu digelar agar bisa menampung beberapa anak usia sekolah yang memang tidak mampu untuk bisa mengenyam dunia pendidikan dengan baik. Hanya dengan kepedulian sosial yang tinggi langkah demikian akan menjadi kenyataan yang tentu akan terealisasi.<br />Di tengah sulitnya mendapatkan pendidikan bagi rakyat kecil gagasan mengenai pendidikan gratis menjadi agenda penting yang perlu digulirkan. Hal ini kiranya bisa dikerjakan oleh beberapa organisasi masyarakat (ormas), yayasan, atau LSM yang bergerak di bidang sosial-kemasyarakatan untuk membuka kelas atau sekolah yang memberikan pendidikan gratis bagi masyarakat yang tak mampu.<br />Tidak perlu dibuat dalam bentuk struktur birokratik atau menjadi terkesan formal. Kalau memang terbentur soal dana operasionalisasi pendidikan, seperti pengadaan buku pelajaran, maka strategi yang tepat adalah berani untuk memfotokopi buku atau modul sebagai acuan dalam proses pembelajaran.<br />Lantas bagaimana dengan nilai dan ijazah? Mengenai nilai dan ijazah, dalam proses pendidikan ala kaum tertindas ini, keduanya tidak menjadi acuan utama. Seperti dikatakan Illich, nilai atau formalitas pendidikan hanya akan menghasilkan anak didik yang tak bermutu karena dipenuhi otak proyek pengumpulan nilai bagus dan demi ijazah saja, tanpa memperhatikan proses pengembangan diri secara dinamis.<br />Dengan begitu, maka setidaknya kaum tertindas tidak lagi terjebak pada permainan komersial yang gencar dilakukan beberapa oknum kapitalis pendidikan (termasuk negara). Kita merasa sedih melihat banyak kaum miskin yang tidak sanggup membayar biaya sekolah. Siapa yang akan perduli dengan mereka?<br />Piere Bourdieu, seorang sosiolog pendidikan, menyebut bahwa manusia saat ini tidak hanya melakukan kegiatan saham dalam bentuk material, tapi juga dalam bentuk symbolic capital, yaitu kapital yang bersifat simbolik tapi sarat makna dengan ragam kepentingannya. Kehidupan yang sangat aristokratis dalam relasi sosial akan sangat mudah membawa sistem pendidikan ke dalam model symbolic capital. Dengan gagasan pendidikan gratis untuk rakyat kecil, maka umumnya kaum tertindas akan bisa keluar dari kubangan dan jebakan aristokrasi pendidikan ini.<br />Usulan untuk membebasan biaya pendidikan dasar dan menengah terkesan masih utopis bila melihat keadaan saat ini. Apalagi itu masih masuk dalam struktur negara atau pemerintah karena aturan prosedural tidak menghendaki demikian. Langkah yang lebih memungkinkan adalah bagaimana meningkatkan subsidi pemerintah yang lebih menjanjikan bagi pendanaan pendidikan. Pendidikan gratis untuk rakyat kecil ini adalah sebuah langkah nonformal yang penting untuk digelar oleh beberapa komunitas sosial yang sangat konsern dengan dunia pendidikan saat ini.<br /><br /><br /><br />D. Dafrtar Pustaka<br />Joy A. Palmer. 2003. 50 Pemikir Pendidikan dari Piaget sampai Massa Sekarang. Jendela Offset. Yogyakarta.<br />http://fuadinotkamal.wordpress.com/2007/12/31/melucuti-kemapanan-sekolah-menimbang-tesis-ivan-illich/<br />http://fooadysmile.blogjurnalistikonlain.com/wordpress/?p=3<br /><br /><br /><br /></div>Kumpulan Tugashttp://www.blogger.com/profile/13837565921289459680noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3537215133934557427.post-33342909256700409612009-12-29T00:57:00.000-08:002009-12-29T01:03:20.729-08:00TUGAS SEMESTER 2<div align="center">Pendidikan di singapura<br />Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah kebijakan pendidikan dasar dan menengah di asia tenggara<br /> <br /><br /><br />Oleh :<br />Bakhtiardi P.S 07110241001<br />Redi susanto 07110241016 <br />Sony Fery A 07110241019<br />Atin Sulastri 07110241031<br /><br /><br /><br />PROGRAM STUDI ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN<br />JURUSAN FILSAFAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN<br />FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN<br />UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA<br />2008<br /><br /><br /></div><div align="justify">BAB I <br />PENDAHULUAN<br />LATAR BELAKANG </div><div align="justify"><br /> Pendidikan merupakan sarana dalam rangka memajukan kualitas seseorang, melalaui pendidikan juga, pribadi seorang manusia dapat terbentuk. Begitu vitalnya peran pendidikan dalam kehidupan manusia, sehingga pendidikan seharusnya mempunyai kualitas yang sangat bermutu sehingga produk yang dihasilkan oleh pendidikan diharapkan dapat membantu manusia untuk menjadi lebih baik dan tetap survive dalam melakoni kehidupan yang semakin hari semakin kejam.<br /> Tak dapat di pungkiri bahwa pendidikan nasional merupakan tonggak yang kuat dalam memajukan pendidikan yang ada di Indonesia oleh karena itu pendidikan nasional hendaknya mempunyai kualitas yang baik sehingga nantinya dapat memenuhi tujuan pendidikan Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, serta dapat memberikan suplemen yang hebat untuk peserta didik sehingga nantinya peserta didik dapat menjalani kehidupan ini dengan baik.<br /> Untuk mendapatkan kualitas pendidikan yang baik tentu kebijakan yang di ambil oleh pemerintah harus berkualitas juga. Kebijakan pendidikan yang tentunya diperoleh dengan cara memperoleh data dari berbagai riset, sehingga nantinya kebijakan yang diambil tidak hanya mementingkan pribadi dan golongannya sendiri. <br /> Selain adanya riset, pengambilan kebijakan juga harus memperhatikan kebijakan pendidikan-pendidikan di Negara lain yang lebih maju, sehingga pemerintah mempunyai banyak referensi kebijakan yang di anut oleh Negara lain. Dari data tersebut nantinya dapat diambil kebijakan yang pas dan cocok untuk Negara Indonesia.<br /> Salah satu negara yang pendidikannya maju pesat adalah Singapura, Negara kecil yang mempunyai pendapatan perkapita 34.000 dollar AS per tahun ini begitu concern dalam hal pendidikan sehingga sampai saat ini singapura termasuk dalam Negara yang maju dalam bidang pendidikan. <br /> <br />BAB II<br />PEMBAHASAN<br />A. Pengertian<br />Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.<br />Pendidikan adalah proses sepanjang hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap arti dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia sebagai individu, makhluk social dan sebagai makhluk tuhan.<br />B. Pendidikan di singapura<br />Sejak Negara Singapura merdeka pada tahun 1965 mereka sudah bertekad dalam-dalam bahwa mereka akan membangun Negara tersebut yang menekankan pada dunia pendidikan. Komitmen Negara yang berpenduduk 4,2 juta jiwa ini pada dunia pendidikan tidak diragukan lagi, ini terbukti dengan Negara Singapura menjadi salah satu tempat tujuan mahasiswa untuk menimba ilmu. Para mahasiswa yang belajar di negeri itu, kebanyakan datang dari Vietnam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Brunai, India, dan lain-lain. Dapat dikatakan, pendidikan di Singapura merupakan salah satu yang dapat dibanggakan di dunia,<br /><br />C. Visi pendidikan singapura<br />Adapun visi pendidikan di Negara Singapura adalah ”First World Economy, World Class Home” dengan menekankan pentingnya sisitem pendidikan yang berkualitas tinggi. Visi di bidang pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana pengembangan sumber daya manusia namun juga menjadi sumber keuangan negara. Untuk mencapai visi tersebut pemerintah Singapura membentuk suatu lembaga yaitu Singapore Education. Singapore Education adalah suatu inisiatif multi-lembaga yang didirikan oleh Pemerintah Singapura pada tahun 2003 untuk mengembangkan dan mempromosikan Singapura sebagai pusat pendidikan berkualitas dan membantu siswa internasional mengambil keputusan dalam hal belajar di Singapura. Dalam kinerjanya lembaga ini dibantu oleh beberapa lemabaga lain yang mempunyai tugas berbeda sesuai keahliannya masing-masing. Adapun lembaga tersebut antaralain :<br /> Singapore Tourism Board (STB) - Education Services Division<br />Lembaga ini mempunyai peran untuk mempromosikan Singapore Education di luar negri, sehingga nantinya Negara lain akan mengetahui pendidikan di Singapura itu seperti apa. Jika dirasa memang bagus, maka mungkin saja Negara-negara yang lain akan tertarik dan melakukan kerjasama dengan Singapura. Dalam lemabaga ini terdapat 3 departemen yang masing-masing mempunyai focus pelayanan pendidikan yang berbeda yaiu :<br />1. Pengembangan pasar dan Industri Pendidikan<br /> Penyelenggaraan seminar dan pameran pendidikan<br /> Pelatihan bagi para konsultan pendidikan<br /> Pengembangan media internasional<br /><br />2. Strategi pemasaran industry pendidikan<br /> Iklsn fsn publikasi tentang Singapore Education<br /> Riset dan analysa persaingan<br /> Pengembangan kemampuan industry<br />3. Pelayanan siswa<br /> Layanan konsultasi pendidikan<br /> Program orientasi untuk siswa-siswa internasional<br /> Sarana guna menampung masukan dari siswa<br /> Singapore Economic Development Board (EDB)<br />Lembagai ini mempunyai tugas untuk menarik berbagai institusi pendidikan terkenal dari luar negeri untuk membuka kampusnya di Singapura. Sehingga masyarakat Singapura tidak usah pergi jauh-jauh menimba ilmu di perguruan tinggi terkenal di luar negri karena di negerinya sendiri sudah ada perguruan tinggi tersebut,<br /> International Enterprise Singapore (IE)<br /> Lembaga ini bertugas untuk membantu sekolah-sekolah berkualitas di Singapura untuk mengembangkan bisnisnya dan membuka kampus di luar negeri. <br /> SPRING Singapore<br />Mengontrol kualitas dari organisasi pendidikan swasta di Singapura. Sehingga apabila terdapat organisasi pendidikan yang kualitasnya menurun dapat diketahui secara langsung dan nantinya dapat diperbaiki.<br /> Ministry of Education Singapore (MOE)<br />Lembaga ini bertugas untuk mengontrol sistem sekolah publik di Singapura.<br />D. Sistem dan kurikulum pendidikan<br />Kurikulum pendidikan yang berjalan di Singapura tidak jauh berbeda dengan kurikulum yang berjalan di Indonesia. Kurikulum yang diterapkan mencakup matematika, bahasa Inggris, berbagai pengetahuan ekonomi, teknologi informasi dan sosial budaya, kemanusiaan serta pendidikan moral. Pendidikan moral menjadi fokus penting dalam rangka membentuk masyarakat Singapura yang berbudaya tinggi dalam hal etika, disipilin dan perilaku sosial sehari-hari. Pendidikan dimaksudkan pula untuk mengembangkan kreativitas anak didik khususnya di bidang teknologi informasi.<br />System pendidikan di Singapura terdapat berbagai tingkatan yaitu : <br />1. Primary School<br />Dalam primary school ini terdapat dua bagian yaitu TK dan SD. Untuk anak anak-anak usia mulai tiga tahun diharuskan mengikuti taman kanak-kanak, kelompok belajar sambil bermain melatih otak dan refleksibilitas anak. Dan anak usia enam sampai sebelas tahun harus sudah terdaftar di SD.<br />2. Secondary School<br />Pada jenjang ini siswa harus menempuh kurang lebih selama lima tahun, pada jenjang ini sudah dimulai dalam pembagian kelas sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Dalam jenajng ini ada tiga pembagian kelas yaitu : <br />a. Express<br />Kelas ini merupakan kelas yang diperuntukan bagi siswa-siswa yang mempunyai kecerdasan lebih atau pinter. Jadi anak-anak kelas ini dapat menyelesaikan secondary school selama empat tahun, itu juga apabila siswa tersebut lulus O level tes.<br />b. Normal Academic<br />Kelas ini merupakan kelas bagi siswa yang tidak terlalu cerdas, kelas ini apabila ketika kelas 4 diadakan ujian nasional N level tes untuk menentukan naik ke kelas 5.<br />c. Normal Technical<br />bisa disamain sama SMK. Jadi, setelah mereka lulus secondary school, mereka bisa melanjutkan ke Institute of Technical Education selama dua tahun, atau sekolah lanjutan untuk mereka yang mau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, Polytechnic (jika ingin mendapatkan gelar diploma), bisa juga langsung kerja.<br />3. Centralised Institute atau Junior Colleges<br />Yaitu pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan siswa masuk dalam universitas. Jenjang ini berlangsung selama tiga tahun. Tetapi bagi mereka yangmempunyai nilai bagus dapat langsung masuk ke Junior Colleges yang lamanya hanya dua tahun. Tapi bagi mereka yang tidak mempunyai nailai bagus masuk ke centralised Institute yang lamanya tiga tahun. Setelah itu mereka harus melewati ujian nasional yang namanya A Level Test atau Advanced Level Test. Tes yang diberikan tentu aja lebih susah. Setelah melalui berbagai tes tersebut maka barulah mereka dapat melanjutkan ke jenjang universitas.<br />4. University <br />Seperti umumnya pada universitas lainnya. Ketika ingin masuk ke suatu universitas tertentu harus melewati tes terlebih dahulu.<br />Dengan banyaknya tes yang dilewatin, tentulah universitas di Singapura bisa mendapatkan calon mahasiswa yang oke punya! Karena penyaringan mahasiswa secara tidak langsung dilakukan lewat sejumlah tes-tes itu. soal-soal yang ada dalam setiap tes dibuat oleh Universitas Cambridge. Jadi, ijazah yang mereka dapetin pun bertaraf internasional.<br />E. Un versi singapura<br />O Level test, ini nama UN untuk secondary school. O Level Test adalah kependekan dari Ordinary Level Test. Bedanya dengan UN kita, UN mereka tidak menentukan kelulusan seseorang karena, menurut Pemerintah Singapura, setiap orang mempunyai kesempatan sama untuk melanjutkan pendidikan. <br />Jadi, bagi pelajar yang sudah duduk di kelas 4 Express ataupun yang di kelas 5 Normal Academic sudah harus mengikuti O Level Test untuk lulus dari secondary school. Dalam O Level Test ada tujuh pelajaran yang harus diikuti: lima mata pelajaran pokok dan dua mata pelajaran pilihan. Kelima pelajaran pokok itu adalah English, Mother Tongue, Matematika, IPA (Biologi, Kimia, Fisika), IPS (Sejarah, Sosiologi, Geografi), serta dua mata pelajaran, pilihan dari Food and Nutrition, IT, dan Design and Technology. Semua pelajaran tersebut mempunyai nilai minimum.<br />Bagi mereka yang tidak bisa mendapatkan nilai minimum, tetap lulus. Tapi, di ijazah mereka akan ada nilai merah. Jika mereka tidak mau di ijazahnya ada nilai merah, mereka boleh mengulang satu tahun di kelas yang sama.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB III<br />PENUTUP<br />KESIMPULAN<br />Dari uraian kami diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa :<br />1. Visi pendidikan Singapura adalah ”First World Economy, World Class Home”<br />2. Untuk mencapai tujuan tersebut Singapura membentuk Lembaga yang bernama Singapore Education.<br />3. Kurikulum yang diterapkan mencakup matematika, bahasa Inggris, berbagai pengetahuan ekonomi, teknologi informasi dan sosial budaya, kemanusiaan serta pendidikan moral.<br />4. Sistem pendidikan ada 4 tingkatan yaitu<br />a. Primary School<br />b. Secondary School<br />c. Centralised Institute atau Junior Colleges <br />d. University<br />5. UN Singapura tidak tidak menentukan kelulusan seseorang<br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />http://pendidikan.infogue.com/pendidikan_versi_singapura<br />http://f4ni.wordpress.com/2008/08/20/pendidikan-di-singapura-ditata-seperti-sebuah-orkestra/<br />http://www.suaramerdeka.com/harian/0605/17/nas15.htm<br />http://www.kbrisingapura.com/about_sosbud_general_info.php?lang=eng<br />http://internet-stg.singaporeedu.gov.sg/id/htm/abo/abo0201.htm<br />http://internet-stg.singaporeedu.gov.sg/id/htm/abo/abo01.htm<br /><br /><br /></div>Kumpulan Tugashttp://www.blogger.com/profile/13837565921289459680noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3537215133934557427.post-16861037638381575582009-12-29T00:55:00.000-08:002009-12-29T00:56:51.722-08:00TUGAS SEMESTER 2<p align="center">PENDIDIKAN PADA MASA PRENATAL DAN BAYI</p><p align="center">Oleh<br /></p><p align="center">Bakhtiardi P S</p><p align="center">07110241001</p><div align="justify"> Manusia adalah makluk yang paling sempurna diantara makhluk yang lainnya. Mengapa demikian karena manusia diberikan kelebihan oleh tuhan, yaitu sebuah otak. Kita dapat melakukan kegiatan berfikir menggunakan otak, dengan otak pula kita dapat mengetahui apakah hal itu baik atau buruk untuk kita kerjakan. Selain itu kita juga dapat menjadi pintar juga apabila otak kita terisi oleh berbagai wawasan sehingga dapat meranfsang otak kita untuk lebih berkembang. Jadi manusia pada dasarnya perlu mendapat pendidikan agar manusia dapat menjadi orang yang berguna. Dan pendidikan tersebut hendaknya sudah dimulai dari ketika manusia itu masih dalam bentuk janin atau dalam kandungan.<br /> Periode prenatal berlangsung selama 280 hari (40 minggu) dihitung mulai hari pertama menstruasi terakhir. Dan urutan perkembangannya adalah dari kepala kemudian mata lalu tubuh selanjutnya tangan kemudian kaki dan yang paling terakhir adalah alat kelamin. Ada 3 tahapan dalam periode prenatal. Yaitu :<br />1. Periode Germinal<br /> Berlangsung dua minggu setelah fertilisasi<br /> Proses : penciptaan zigot kemudian pemecahan sel lalu melekatnya zigot ke dinding kandungan.<br /> Seminggu setelah konsepsi zigot terdiri dari 100 sampai 150 sel<br /> Pemisahan terjadi setelah lapisan dalam dan lapisan luar terbentuk sel-sel ini menyediakan gizi dan dukungan bagi embrio.<br /> Melekatnya zigot ke dindng kanfungan berlangsung selama 10 hari setelah konsepsi.<br />2. Periode embryonic<br /> Berlangsung selama 2 sampai 8 minggu setelah konsepsi.<br /> Embrio terbentuk dari<br /> Endoderme : lapisan bagian dalam sel yang akan berkembang system pencernaan dan system pernafasan.<br /> Mesoderme : lapisan tengah yang akan berkembang menjadi system peredaean, tulang, otot, system pembuangan kotoran badan, reproduksi.<br /> Ectoderme : lapisan paling luar sel yang akan berkembang menjadi system syaraf, penerimaan sensor, dan bagian kulit.<br /> Setelah ketiga lapisan terbentuk, maka system dukungan terhadap embrio menjadi matang dan berkembang dengan cepat.<br />3. Periode Fetal<br /> Berlangsung dari dari 2-7 bulan setelah pembuahan<br />Dalam perkembangan ini Ibu juga harus melakukan semacam perawatan atau pendidikan sejal dini dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan kemudian menjauhkan didi dari bahaya-bahaya selama kehamilan agar bayi dapat dilahirkan dengan sehat dan normal.<br />Perkembangan pada masa bayi terjadi dalam dua tahap yang pertama adalah neonatal yaitu perkembangan bai yang terjadi pada usia baru lahir hingga dua minggu, yang kedua adalah bayi yang terjadi pada usia dua minggu hingga dua tahun.<br />Pada masa perkembangan neonatal bayi masih menyesuaikan diri pada perubahan suhu yang terjadi dalam dirinya, kemudian pernapasan yang berbeda ketika ada dalam kandungan dan setelah lahir, kemudian juga dalam hal menghisap dan menelan air ASI. <br />Perkembangan pada masa bayi ini terjadi tiga buah perkembangan yaiut :<br />1. Perkembangan Fisik<br /> Enam bulan pertama terjadi pertumbuhan sangat pesat<br /> Tahun pertama peningkatan berat badan lebih besar disbanding tinggi badan<br /> Berat otak bayi adalah 1/8 berat total bayi<br /> Pada usia 2 tahun pertambahan berat otak paling pesat,<br />2. Perkembangan Intelegensi<br /> Perkembangan intelegensi yang sepat dan intensif terjadi pada tahun-tahun pertama<br /> Persepsi awal pada masa bayi diperoleh melalui penjelasan sensorik<br /> Kemampuan kignitif memungkinkan pemebentukan pengertian<br />3. Perkembangan Emosi<br /> Pola emosi pada bayi meliputi<br /> Kemarahan <br /> Ketakutan<br /> Rasa ingin tahu<br /> Kegembiraan<br /> Afeksi<br /> Factor yang mempengaruhi adalah :<br /> Kematangan<br /> Belajar<br />Pendidikan pada masa bayi ini juga sangat diperlukan antara lain adalah pemberian kasih saying orang tua terhadap anak sehingga anak nantinya anak juga akan saying terhadap orang tua serta rangsangan dari lingkungan yang kontinyu agar dapat memebantu perkembangan motorik kasar dan halus si anak.<br /><br /><br /></div>Kumpulan Tugashttp://www.blogger.com/profile/13837565921289459680noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3537215133934557427.post-35273613291460911202009-12-29T00:52:00.000-08:002009-12-29T00:55:07.036-08:00TUGAS SEMESTER 2<div align="center"><strong>HENTIKAN EKSPLOITASI ANAK <br />OLEH :<br />Bakhtiardi Putras S*<br />07110241001</strong></div><div align="justify"><br /> Pendidikan dalam arti luas adalah disamakan dengan belajar, tanpa memperhatikan dimana, atau pada usia berapa belajar terjadi. Pendidikan sebagai proses sepanjang hayat (long life process), dan seseorang dilahirkan hngga akhir hidupnya. (Philip H. Coombs 1985:20). Dari uaraian diatas kita dapat mengetahui bahwa pendidikan itu di tujukan untuk semua umat manusia yang masih hidup, walaupun baik yang suda tua, anak mudan dan juga anak-anak. Dalam pendidikan terkandung pembinaan(pembinaan kepribadian), pengembangan (pengembangan kemampuan-kemampuan atau potensi-potensi yang perlu dikembangkan), peningkatan (mislanya dari tidak tahu menjadi tahu,dll), serta tujuan (kea rah mana peserta didik akan diharapkan dapat ,engaktualisasikan dirinya seoptimal mungkin).<br /> Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting, apalagi bagi anak usia dini. Karena pada usia seperti inilah perkembangan jaringan otak manusia dapat berkembang secara cepat apabila mendapat stimulant (rangsangan) yang baik. Karena otak adalah sumber potensi. Apabila potensi itu dimatikan maka akan jadi apa anak tersebut ???? <br />Saya teriris sekali dengan banyaknya anak-anak Indonesia yang seharusnya mendapatkan pendidikan tetapi mereka malah bekerja guna untuk membantu orang tuanya. Bahkan yang menyuruh mereka bekerja dalah orang tuanya sendiri. Ini sangat bertentangan sekali dengan fitrah anak. Ini juga menyebabkan banyaknya kebodohan yang terjadi pada masyarakat Indonesia. Kemudian apa jadinya jika anak-anak bangsa ini menjadi gelandangan? Mereka akan kehilangan masa kecilnya, terbunuh jaringan otaknya dan yang pasti mereka akan dianggap sampah oleh masyarakat lain.<br />Dalam UUD’45 pasal 31 ayat 2 yang telah diamandemen menyebutkan bahwa “setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya” dan pasal 34 ayat 1 “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara leh negara”. Berdasar pasal tersebut seharusnya pemerintah dapat menyejahterakan anak-anak yang tak sanggup bersekolah. Saya tahu pemerintah sudah menggalakan berbagai kegiatan yang tujuannya untuk kersejahteraan anak usia dini. Tetapi kita lihat kenyataannya, masih banyak anak-anak yang menjadi gelandangan. Mengapa ??? apakah birokrat yang kurang beres dalam melaksankan kegiatan tersebut? Atau ada masalah lain ???</div><div align="justify"><br />Jika saya sebagai pengambil kebijakan maka saya akan membuat peraturan yang isinya :<br />1. Setiap pengusaha sukses yang berada diatas bumi Indonesia, setidak-tidaknya mengasuh 5 orang anak terlantar dan wajib memberinya pendidikan hingga waib belajar dapat dilaluinya.<br />2. Orang yang kaya wajib membantu dalam bentuk apapun (tidak hanya do’a saja) kepada setiap LSM atau Panti anak sehingga kesejahteraan anak menjadi baik.<br />3. Semakin ditingkatkan kembali upaya pemerintah dalam menggalakan pendidikan gratis bagi anak-anak yang kurang mampu.<br />Selain itu, kesadaran masyarakat dalam mengembangkan potensi yang ada dalam dir anak harus terus digali. Agar kretifitas mereka tidak akn mati. Karena sebenarnya anak-anak Indoesia itu mempunyai potensi yang begitu besar. Hanya saja mereka kurang diperhatikan serta sarana yang mereka miliki kurang begitu mendukung untuk mengembangakan potensi yang ada dalam dirinya. <br /><br /><br /></div>Kumpulan Tugashttp://www.blogger.com/profile/13837565921289459680noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3537215133934557427.post-18051068192697108272009-12-29T00:48:00.000-08:002009-12-29T00:52:24.834-08:00TUGAS SEMESTER 2<p align="center">Nama : Bakhtiardi Putra S </p><p align="center">Mata Kuliah : Epistemologi<br /></p><p align="center">NIM : 07110241001 </p><p align="center">Pengampu : Pak Hendro<br /></p><p align="center"><strong>Essay AL-BIRUNI</strong></p><p><br /></p><div align="justify">1. BioGrafi Al-Biruni<br />Namanya tak diragukan lagi di pentas sains dan ilmu pengetahuan abad pertengahan. Dunia sains mengenalnya sebagai salah seorang putra Islam terbaik dalam bidang filsafat, astronomi, kedokteran, dan fisika. Wawasan pengetahuannya yang demikian luas, menempatkannya sebagai pakar dan ilmuwan Muslim terbesar awal abad pertengahan. Ilmuwan itu tak lain adalah Al-Biruni. Bernama lengkap Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad Al-Biruni, ilmuwan besar ini dilahirkan pada bulan 15 September 973 M, di daerah Khawarizm, Turkmenistan. Ia lebih dikenal dengan nama Al-Biruni. Nama "Al-Biruni" sendiri berarti 'asing', yang dinisbahkan kepada wilayah tempat tanah kelahirannya, yakni Turkmenistan. Kala itu, wilayah ini memang dikhususkan menjadi pemukiman bagi orang-orang asing. Tokoh dan ilmuwan besar ini akhirnya menghadap Sang Ilahi Rabbi pada 1048 M, dalam usia 75 tahun.<br />2. Pemikiran Al-Biruni<br />Sebagai sosok yang gemar membaca dan menulis, kepakaran Al-Biruni tak hanya di bidang ilmu eksakta. Ia juga mahir dalam disiplin filsafat. Karena itu, ia dikenal sebagai salah seorang filsuf Muslim yang amat berpengaruh. Pemikiran filsafat Al-Biruni banyak dipengaruhi oleh pemikiran filsafat Al-Farabi, Al-Kindi, dan Al-Mas'udi (w. 956 M). Hidup sezaman dengan filsuf besar dan pakar kedokteran Muslim, Ibnu Sina, Al-Biruni banyak berdiskusi dengan Ibnu Sina, baik secara langsung maupun melalui surat menyurat. Keduanya tak jarang terlibat debat sekitar pemikiran filsafat. Ia misalnya menentang aliran paripatetik yang dianut oleh Ibnu Sina dalam banyak aspek. Al-Biruni memperlihatkan ketidaktergantungan yang agak besar terhadap filsafat Aristoteles dan kritis terhadap beberapa hal dalam fisika paripatetik, seperti dalam masalah gerak dan tempat.<br />Semua yang dilakukannya itu selalu ia landaskan pada prinsip-prinsip Islam, serta meletakkan sains sebagai sarana untuk menyingkap rahasia alam. Hasil eksperimen dan penelitiannya selalu bermuara pada pengakuan keberadaan Sang Pencipta (Allah). Ketika seorang ilmuwan, katanya, akan memutuskan untuk membedakan kebenaran dan kepalsuan, dia harus menyelidiki dan mempelajari alam. Kalau pun ia tidak membutuhkan hal ini, maka ia perlu berpikir tentang hukum alam yang mengatur cara-cara kerja alam semesta. Ini akan dapat mengarahkannya untuk mengetahui kebenaran dan membuka jalan baginya untuk mengetahui Wujud yang mengaturnya. Dalam bukunya Al-Jamahir, Al-Biruni juga menegaskan, <br />”penglihatan menghubungkan apa yang kita lihat dengan tanda-tanda kebijaksanaan Allah dalam ciptaan-Nya”.<br />Pandangan Al-Biruni ini berbeda sekali dengan pandangan saintis Barat modern yang melepaskan sains dari agama. Pandangan mereka tentang alam berusaha menafikan keberadaan Allah sebagai pencipta.<br /><br />3. Al-Biruni dan karya<br />Layaknya para ilmuwan Muslim generasi sebelum dan sesudahnya, Al-Biruni juga dikenal sebagai penulis dan pemikir yang produktif. Menariknya lagi, sebagian karya-karyanya tersebut dihasilkan ketika berpetualang ke beberapa negeri. Menurut sumber-sumber otentik, karya Al-Biruni lebih dari 200 buah, namun hanya sekitar 180 saja yang diketahui dan terlacak. Beberapa di antara bukunya terbilang sebagai karya monumental. Seperti buku Al-Atsarul Baqiyah 'anil Qurunil Khaliyah (Peninggalan Bangsa-bangsa Kuno) yang ditulisnya pada 998 M ketika ia merantau ke Jurjan, daerah tenggara Laut Kaspia. Dalam karyanya tersebut, Al-Biruni antara lain mengupas sekitar upacara-upacara ritual, pesta, dan festival bangsa-bangsa kuno. Beberapa karya lainnya adalah :<br /> Ketika berusia 17 tahun, dia meneliti garis lintang bagi Kath, Khwarazm, dengan menggunakan altitude maksima matahari.<br /> Ketika berusia 22, dia menulis beberapa hasil kerja ringkas, termasuk kajian proyeksi peta, "Kartografi", yang termasuk metodologi untuk membuat proyeksi belahan bumi pada bidang datar.<br /> Ketika berusia 27, dia telah menulis buku berjudul "Kronologi" yang merujuk kepada hasil kerja lain yang dihasilkan oleh beliau (sekarang tiada lagi) termasuk sebuah buku tentang astrolab, sebuah buku tentang sistem desimal, 4 buku tentang pengkajian bintang, dan 2 buku tentang sejarah.<br /> Beliau membuat penelitian radius Bumi kepada 6.339,6 kilometer (hasil ini diulang di Barat pada abad ke 16).<br /><br />Referensi<br /> http://alhakelantan.tripod.com/tokoh/id6.htm<br /> http://www.epondok.com.my/index.php?p=mpengasuh/siri19.php<br /><br /><br /></div>Kumpulan Tugashttp://www.blogger.com/profile/13837565921289459680noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3537215133934557427.post-25816521566987761392009-12-29T00:45:00.000-08:002009-12-29T00:47:20.258-08:00TUGAS SEMESTER 1PENGUBAHAN PERILAKU MENYIMPANG MURID SEKOLAH<br />Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perubahan Sosial Pendidikan<br />Dosen Pengampu : Ibu Ariefa<br /><br /> <br /><br />Oleh :<br /><br /><br />Bakhtiardi Putra S (07110241001)<br /> <br /><br /><br />PROGRAM STUDI ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN<br />FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN<br />UNIVERSITAS NEGERI <br />YOGYAKARTA<br />2007<br /><br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br />LATAR BELAKANG MASALAH<br /> Perilaku bermasalah adalah suatu permasalahan yang harus menjadi kepedulian guru, bukan semata-mata perlaku tersebut destruktif atau menganggu proses pembelajaran, melainkan suatu bentuk perilaku agresif atau pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerja sama dengan teman, yang merupakan perilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar murid, dan hal itu termasuperilaku bermasalah.<br /> Perilaku bermasalah yang nampak di permukaan,l baru merupakan indikasi bahwa murid memiliki masalah. Guru hendaknya menyikapi jauh dibalik perilaku yang nampak, agar memiliki pemahaman tentang karakteristik perilaku murid yang sebenarnya.<br /> Sekarang ini banyak sekali murid yang berperilaku bermasalah atau menyimpang. Ini disebabkan karena berbagai factor, yang membuat murid ini berperilaku bermasalah atau menyimpang. Oleh karena itu guru sangat berperan dalam menyikapi perilaku muridnya, jika ini tidakb isa diatasi maka kemungkinan besar Bangs Indonesia ini akan bergerak dari Negara yang berkembang menjadi Negara terbelakang.<br /> Pendekatan bimbingan perkembangan membawa implikasi bahwa pengubahan perlaku muriod bermasalah atau menyimpang dapat dilakukan dengan mengkaji masalah-masalah yang berkaitan dengan karakterisktik perkembangan murid.<br /><br /><br />BAB II<br />PEMBAHASAN<br /><br />A. PENGERTIAN<br />Perilaku adalah sesuatu yang diperbuat oleh seseorang atau pengalaman. Kartini Kartono (1982:53) mengungkapkan bahwa ada dua jenis perilaku manusia yaitu perilaku normal dan perilaku abnormal. Perilaku normal adalah perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya, sedangkan perilaku abnormal yaitu perilak yang tidak bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya, dan tidak sesuai dengan norma-norma social yang ada. Perilaku menyimpang atau bermasalah yaitu perilaku yang berbeda atau menyimpang dari kebiasaan atau norma-norma umum.<br /><br />B. FAKTOR-FAKTOR PERILAKU MENYIMPANG<br />Secara genetic, anak diyakini telah memiliki bawaan-bawaan tertentu sebagai potensi dasr untuk berkembang. Namun, bagaimana potensi-potensi bawaan itu berkembang tidak lepas dari pengaruh kondisi lingkungan tempat individu berkembang. Pengaruh-pengaruh interaktif bawaan lingkungan inilah yang akan menentukan perkembangan perilaku anak.<br />Secara garis besar, ada tiga klasifikasi lingkungan yang mempengaruhi anak berperilaku menyimpang yaitu sebagai berikut :<br />1. Lingkungan Keluarga<br />Sejak lama, keluarga sudah diknal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Predikat ini mengindikasikan betapa esensinya peran dan pengaruh lingkungan keluargalah dalam pembentukan perilaku dan kepribadian anak.<br />Sebagian besar waktu anak lazimnya dihabiskan dilingungan keluarga. Besarnya peluang dan kesempatan interaksi ini akan sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan perlau anak. Jika kesempatan ini disia-siakan karena kesibukan kerja orang tua, bahkan diisi dengan hal-hal yang cenderung kearah negative maka besar ekali kemungkinannya anak tersebut akan mempunyai perilaku yang menyimpang atau bermasalah.<br />2. Lingkungan Sekolah<br />Sejak lama, sekolah telah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak. Selama kurang lebih lima sampai enam jam pada hamper setiap hari, umunya anak-anak berada dalam sekolah. Mereka disekolah bukan hanya hadir secara fisik, melainkan mengikuti berbagai kegiatan yang telah dirancang dan deprogram sedemikian rupa. Karena itu disamping keluarga, sekolah memiliki peran yang sangat berarti bagi perkembangan perilaku anak.<br />Dalam interaksi di sekolah, murid bertemu dengan berbagai macam karakteristik murid yang lain. Mereka saling berinteraksi dan mengetahui kebiasaan masing-masing murid. Jika pengawasan guru lemah maka murid yang masih lugu dan polos akan meniru perilaku yang merugikan. Karena pada dasarnya manusia itu selalu ingin tahu dan ingin mencoba selain itu perilaku yang mrugikan itu mudah sekali ditiru daripada perilaku yang baik.<br />3. Lingkungan Masyarakat<br />Masyarakat tempat anak-anak hidup dan bergaul dengan anak-anak dan prang dewasa lainnya juga merupakan lingkungan perkembangan yang memiliki peran dan pengaruh tertentu dalam pembentukan kepribadian dan perilaku anak. Di sana mereka bergaul, di sana mereka melihat orang-orang berperilaku, di sana mereka menyaksikan berbagai peristiwa dan si sana pula mereka menemukan sejumlah aturan dan tuntutan yang seyogyanya dipenuhi oleh yangbersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang intraksional anak pada masyarakat ini akan memberikan kontribusi tersendiri dalam pembentukan perilaku dan perkembangan pribadi anak.<br />Lingkungan masyarakat dapat mendukung apa yang dikembangkan di rumah dan di sekolah. Jadi jika yang didapat di rumah dan di sekolah adalah hal-hal yang negative maka bisa jadi dalam masyarakar murid tersebut akan berkembang dengan perilaku yang menyimpang.<br /><br />C. BENTUK-BENTUK PERILAKU MENYIMPANG ATAU BERMASALAH<br />Salah satu kesulitan memahami perilaku menyimpang atau bermasalah adalah karena perilaku tersebut tapil dalam perilaku menghindar dan mempertahankan diri. Dalam psikologi perilaku ini disebut mekanisme pertahanan diri. Disebut mekanisme pertahanan diri, karena denga perilaku tersebut individu dapat mempertahankan diri atau menghindar dari situasi yang menimbulkan ketegangan. <br />Bentuk-bentuk umum perilaku menyimpang atau bermasalah adalah sebagai berikut :<br />01. Rasionalisasi <br />Perilaku rasionalisasi ditunukan dalam bentuk memberikan penjelasan atas perilaku yang dilakukan oleh iindvidu, penjelasan yang tampak biasanya cukup logis dan rasional tetapi pada dasarnya apa yang dijelaskan itu bukan merupakan penyebab nyata karena dengan penjelasan tersebut sebenarnya individu bermaksud menyembunyikan latar belakang perilakunya.<br />02. Sikap Bermusuhan<br />Sikap ini tampak dalam perilaku agresif, menyerang, mengganggu, bersaing dan mengancam lingkungan.<br />03. Menghukum Diri sendiri<br />Perilaku ini tampak dalam wijud mencela diri sendiri sebaai penyebab utama kesalahan atau kegagalan. Perilaku menghukumk diri sendiri ni terjadi karena individu cemas bahwa orang lain tidaka akan menyukai dia sekiranya dia mengkritik orang lain. Orang seperti ini memiliki kebutuhan untuk di akui dan di sukai yang amat kuat.<br />04. Refresi atau Penekanan<br />Perilaku refresi ini situnjukan dalam bentuk menyembunyikan dan menekan penyebab yang sebenarnya keluar batas kesadaran. Individu berupaya melupakan hal-hal yang menimbulkan penderitaan hidupnya.<br />05. Konformitas<br />Perilaku ini ditunjukan dalam bentuk menyelamatkan diri dengan atau terhadap harapan-harapan orang lain. Dengan memenuhi harapan orang lain, maka dirinya akan terhinddar dari kecemasan. Orang seperti ini memiliki harapan social dan ketergantungan yang tinggi.<br />06. Sinis<br />Perilaku sinis muncul, dari ketidakberdayaan individu untuk berbuat atau berbicara dalam kelompok. Ketidakberdayaan ini membuat dirinya khawatir akan penilaian orang lain terhadap dirinya, dan perilaku sinis merupakan perilaku menghindar dari penilaian orang lain.<br /><br />D. UPAYA MEMBANTU MURID YANG BERPERILAKU MENYIMPANG <br />Kepembimbingan guru dalam proses pembelajaran dinyatakan dalam upaya menanggulangi murid yang berperilaku menyimpang. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru, yaitu : <br />≥ Memanfaatkan pengajaran kelas sebagai wahana untuk bimbingan kelompok. Dalam hal ini guru dapat bekerja sama dengan konselor sekolah, jika disekolah tersebut telah ada konselor (guru pembimbing)<br />≥ Memanfaatkan pendekatan kelompok dalam melakukan bimbingan. Dalam mewujudkan fungsi bimbingan di dalam proses pembelajaran, guru dapat menggunakan metode yang bervariasi yang memungkinkan murid-murid mengembangkan ketrampilan kehidupan kelompok.<br />≥ Mengadakan konfrensi kasus dengan melibatkan para guru dan orang tua murid. Konfrensi kasus ini dimaksudkan untuk menemukan laternatif pemecahan bagi kasus yang mnimpa murid.<br />≥ Menjadikan segi kesehatan mental sebagai salah satu segi evaluasi. Evaluasi di sekolah seyogyanya tidak hanya menekankan kepada segi hasil belajar tetapi juga perlu memperhatikan perkembangan kepribadian murid. Walaupun hasil evaluasi kepribadian itu tidak dijadikan factor penentu keberhasilan murid.<br />≥ Memasukan aspek-aspek hubungan maslah ke dalam kurikulum sebagai bagian terpadu dari bahan ajaran yang harus disajikan guru. <br />≥ Menaruh kepedulian khusus terhadap factor-faktor psikologis yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran.<br /><br />BAB III<br />PENUTUP<br />KESIMPULAN<br /> Dari uraian yang telah ada di atas dapat diketahui bahwa masih banyak murid yang berperilaku menyimpang di sekolah. Oleh karena itu guru sebagai insan pendidikan harus peduli terhadap perilaku muridnya yang menyimpang. Jika tidak peduli maka masa depan anak tersebut akan seuram dan akan berdampak pada lingkungannya.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Darwis, Abu. 2006. Pengubahan Perilaku Menyimpang Murid Sekolah Dasar. Jakarta:Departemen Pendidikan NasionalKumpulan Tugashttp://www.blogger.com/profile/13837565921289459680noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3537215133934557427.post-26794779669884571382009-12-29T00:41:00.000-08:002009-12-29T00:44:34.585-08:00TUGAS SEMSESTER 1<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq1Tg3Qp4pvFbhsGJcv5DxlJcg052qSn6bI-sRAzT76G8arZU3aTBIahB0yY8LDUMzFE7MRTIt7CWkjA8AqFZ9SX5zB5na0qwZP3eN0b0iOMR7ULzDt7uiOnxfVC37tK3EQ4flkZgj_SY/s1600-h/peredaran+darah.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq1Tg3Qp4pvFbhsGJcv5DxlJcg052qSn6bI-sRAzT76G8arZU3aTBIahB0yY8LDUMzFE7MRTIt7CWkjA8AqFZ9SX5zB5na0qwZP3eN0b0iOMR7ULzDt7uiOnxfVC37tK3EQ4flkZgj_SY/s320/peredaran+darah.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5420576263722242290" /></a><br />PERANAN SISTEM PEREDARAN DARAH DALAM TUBUH MANUSIA<br />Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan Jasmani<br />Dosen Pengampu : Ibu Farida Mulyaningsih M.kes.<br /><br /> <br /><br />Oleh :<br /><br /><br />Bakhtiardi Putra S (07110241001)<br /> <br /><br /><br />PROGRAM STUDI ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN<br />FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN<br />UNIVERSITAS NEGERI <br />YOGYAKARTA<br />2007<br /><br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br />LATAR BELAKANG MASALAH<br /> Sehat adalah harga mati bagi setiap insan manusia yang masih hidup. Sebab bila tanpa tubuh yang sehat kita tidak dapat melakukan aktifitas dengan baik. Sehingga semuanya akan kacau balau. Jikalau kita ingin sehat kita harus memperhatikan asupan gizi yang diterima oleh tubuh kita serta kegiatan jasmani yang kita lakukan. Apabila kedua hal tersebut dapat berlangsung secara baik dan teratur, maka tubuh yang sehat akan dengan mudah kita dapatkan.<br /> Kegiatan jasmani harus dilakukan secara teratur, agar hasilnya memuaskan. Ketika kita melakukan kegiatan jasmani, darah yang mengalir dalam tubuh kita akan menjadi berlipat-lipat ganda lebih banyak dibandingkan dengan kita ketika melakukan kegiatan biasanya.<br /> Sehingga jika peredaran darah kita terganggu, maka kegiatan jasmani kitapun juga akan terganggu. Kitapun juga tidak dapat melakukan kegiatan aktifitas dengan baik. Jadi system peredaran darah mempunyai peran penting dalam kegiatan jasmani.<br /><p>BAB II<br /></p>PEMBAHASAN<br /><br />A. PENGERTIAN<br />Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.<br />Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.<br />Darah manusia bewarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.<br /><br />B. SUSUNAN DARAH<br /> Serum darah atau plasma terdiri dari :<br />≥ Air : 91,0%<br />≥ Protein : 8,0% ( Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)<br />≥ Mineral : 0,9% (Natrium khlorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor, magnesium dan besi dst)<br /> Sisanya diisi oleh sejumlah bahan organic, yaitu :<br />≥ Glucose ≥ Kreatinin <br />≥ Lemak ≥ Kholesterol<br />≥ Urea ≥ Asam amino<br />≥ Asam urat <br /> Sel darah terdiri atas tiga jenis :<br />1. Sel Darah Merah (Eritrosit)<br />Berupa cakram kecil bikonkaf, sekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping nampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Dalam setiap millimeter kubik terdapat 5000000 sel darah. Kalau dilihat satu persatu warnanya kuning tua pucat, tetapi dalam jumlah besarkelihatan merah dan memberi warna pada darah. Struktur terdiri atas pembungkus luar atau stroma, berisi massa hemoglobin.<br />Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya membentuk asam amino. Mereka juga memerluklan zat besi, sehingga untuk membentuk penggantinya diperlukan diit yang seimbang yang berisi zat besi.<br />Sel darah merah dibentuk didalam sumsum tulang, terutama dari tulang pendek, piph dan tak beraturan, dari jaringan kanselus pada ujung tulang pipa dan dari sumsum dalam batang iga-iga dan dari sternum. <br />Rata-rata hidup darah merah kira-kira 115 hari. Sel menjadi usang, dan dihancurkan dalam sistema retikulo-endotelial, terutama dalam limpa dan hati. Globin dari hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk dignakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalm hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan untuk pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin di ubah menjadi bilirubin (pigmen kuning) dan biliverdin yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar.<br />2. Sel Darah Putih (Leukosit)<br />Rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar dari sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil. Dalam setiap millimeter kubik drah terdapat 6000 sampai 10000 (rata-rata 8000) sel darah putih. Granulosit atau sel polimorfornuklear merupakan hamper 75% dari seluruh jumlah sel darah putih. Mereka tebentuk dalam sumsum tulang. Sel ini berisi sebuah nukleusyang berbelah banyak dan protoplasma nya berbulir. Karena itu disebut sel berbulir atau granulosit.<br />3. Keping Darah (trombosit)<br />Adalah sel kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah merah. Terdapat 300000 trombosit dalam setiap millimeter kubik darah. Bentuk keping darah tidak teratur dan tidak mempunyai inti. Diproduksi pada sumsum merah, serta berperan penting pada proses pembekuan darah.<br /> Plasma Darah <br />Adalah cairan berwarna kuning yang dalam reaksi bersifat sedikit alkali. Unsur ini merupakan komponen terbesar dalam darah, karena lebih dari separuh darah mengandung plasma darah. Hampir 90% bagian dari plasma darah adalah air. Plasma darah berfungsi untuk mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan. Fungsi lainnya adalah menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi.<br /><br />C. FUNGSI DARAH <br />a. Bekerja sebagai system transport dari tubuh, mengantarkan semua bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh fungsi normalnya dapat dijalankan, dan menyingkirkan karbondioksida dan hasil buangan lain. <br />b. Mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh tubuh<br />c. Mengangkut karbondioksida ke paru-paru<br />d. Mengedarkan hormone<br />e. Sel darah merah mengedarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.<br />f. Sel darh putih menyediakan banyak bahan pelindung dan karena gerakan fagositosis dari beberapa sel maka melindungi tubuh terhadap serangan bakeri.<br />g. Plasma mebagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan, meyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuh menerima makanannya. Dan merupakan kendaraan untuk mengangkut bahan buangan ke berbagai organ exkretorik untuk dibuang.<br /><br /><br />D. SISTEM PEREDARAN DARAH <br />Darah kita senantiasa beredar setiap saat selama kita hidup. Darah beredar dari jantung keseluruh tubuh, akhirnya kembali lagi ke jantung, beredar siang dan malam tanpa henti sampai akhir hayat. Sambil beredar darah membawa sari makanan dan oksigen keseluruh tubuh. Hormon dari kelenjar hormon juga diedarkan oleh darah keseluruh tubuh. Sebaliknya, sisa-sisa pembakaran dari seluruh tubuh diangkut oleh darah ke alat-alat pengeluaran.<br />Oleh karena darah kita beredar didalam pembuluh darah, maka peredaran darah kita digolongkan peredaran darah tertutup. Setap kali beredar, darah melewati jantung dua kali. Berdasarkan hal tersebut maka peredaran darah manusia disebut sebagai peredaran darah ganda yang terdiri dari peredaran darah kecil dan peredaran darah besar.<br />a. Peredaran darah besar<br />Darah meniggalkan ventrikel kiri jantung melalui aorta, yaitu arteri terbesar dalam tubuh. Aorta ini bercabang menjadi arteri yang lebih kecil yang mengantarkan darah ke berbagai bagian tubuh. Arteri-arteri ini bercabang dan beranting lebih kecil lagihingga sampai pada arteriola. Arteri-arteri ini mempunyai dinding yang sangat berotot yang menyempitkan salurannya dan menahan aliran darah. Fungsinya adalah mempertahankan tekanan darah arteri dan dengan jalan mengubah-ubah ukuran saluran, me4ngatur aliran darah dalam kapiler. Dinding kapiler sangat tipis sehingga dapat berlangsung pertukaran zat antara plasma dan jaringna interstisiil. Kemudian kapiler-kapiler ini bergabung dan membentuk pembuluh lebih besar yang disebut venula, yang kemudian juga bersatu menjadi vena, untuk mengantarkan darah kembali kejantung. Semua vena bersatu dan bersatu lagi hingga terbentuk dua batang vena, yaitu vena kafa inverior yang mengumpulkan darah dari badan dan anggota gerak bawah, dan vena kafa superior yang mengumpulkan darah dari kepala dan anggota gerak atas. Kedua pembuluh darah ini menuangkan isinya kedalam atrium kanan jantung.<br />b. Peredaran darah kecil<br />Darah dari vena tadi kemudian masuk dalam ventrikel kanan yang berkontraksi dan memompanya kedalam arteri pulmonalis. Arteri ini bercabang dua untuk mengantarkan darahnya ke paru-paru kanan dan kiri. Darah tidak sukar untuk memasuki pembuluh-pembuluh darah yang mengaliri paru-paru. Didalam paru-paru setiap arteri membelahmenjadi arteriola dan akhirnya menjadi kapiler pulmonal yang mengitari alveoli di dalam jaringan paru-paru untuk memungut oksegen dan melepaskan karbondioksida. Kemudion kapiler pulmonal bergabung menjad vena dan darah dikembalikan kejantung oleh empat vena pulmonalis. Dan darahnya dituangkan kedalam atrium kiri. Darah ini kemudian mengalir masuk kedalam ventrikel kiri. Ventrikel ini berkontraksi dan darah dipompa masuk kedalam aorta. Maka kini mulai lagi peredaran darah besar. Dan begitu seterusnya.<br /><br />E. KELAINAN DAN GANGGUAN PADA DARAH DAN SISTEM PEREDARAN DARAH<br />Ada beberapa kelainan atau gangguan system darah yang disebabkan oleh factor-faktor keturunan, kerusakan, dan sebab-sebab lain yang belum diketahui. <br /> Hemofilia adalah penyakit keturunan di mana darah yang keluardari pembuluh darah tidak dapat membeku. Luka sekecil apapun, darah dapat mengalir sehingga dapat mendatangkan kematian.<br /> Anemia atau penyakit kekurangan darah. Penyebabnya dapat karena kekurangan hemoglobin, zat besi (fe), atau kekurangan eritrosit. Kekurangan eritrosit dapat terjadi karena penyakit pemakan sel darah, misalnya malaria dan cacing tambang.<br /> Leukemia atau kanker darah, disebabkan oleh penambahan sel darah putih atau leukosit secar4a tidak terkendali.<br /> Penyakit darah juga disebabkan oleh kekurangan vitamin K, zat kapur. Maupun kelebihan kadar gula darah.<br /><br />BAB III<br />PENUTUP<br />KESIMPULAN<br /> Dari uraian yang telah ada di atas dapat diketahui bahwa system peredaran darah mempunyai peran yang fital dalam kelangsungan hidup dan kegiatan jasmani. Apabila seistem peredaran darah seseorang tidak berlangsung secara lancar, maka dapat dipastikan orang tersebut akan mengalamai gangguan dalam setiap melaksanakan kegiatannya. Oleh karena itu kita sebagai manusia yang masih ingin sehat hendaknya memperhatikan kesehatan dengan cara memakan makanan yang bergizi dan melakukan olah raga secara teratur.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Pearce, Evelyn. 1991. Anatomi dan Fisiologis untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia<br />Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi SMA. Jakarta: Erlangga<br />Slamet P. dan Sri Hidayati. 2007. Sains Biologi 2. Jakarta: Bumi AksaraKumpulan Tugashttp://www.blogger.com/profile/13837565921289459680noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3537215133934557427.post-38789123785645217322009-12-29T00:39:00.000-08:002009-12-29T00:40:21.010-08:00TUGAS SMESESTE 1PLATO SANG PENDIRI <br />AKADEMIK<br /> Siapa sich sebernarnya Plato itu? Apakah dia memang sebegitu hebatnya? Jawaban yang jelas. Ya! Jika Thales adalah filsuf besar Yunani pertama, maka Plato dikenal sebagai filsuf Yunani yang paling terkenal. Plato dilahirkan dari pasangan Arinton dan Perictone, sekitar tahun 423 SM di Lingkungan Athena. Kota yang terkenal dengan kekayaan sejarah politiknya. Nama aslinya adalah Aristocles, nama bangsawan Athena. Tapi sehari-harinya dia dipanggil Platon (yang berarti "lebar") karena bahunya yang memang lebar. Karena menjaga tradisi kaluarganya, Plato memutuskan berkecipung dalam kehidupan politik. Sehingga dalam usia yang muda, Plato menunjukkan ambisinya dalam peperangan dan politik. Walaupun sebenarnya dia tidak benar-benar bersimpatik pada Demokrasi Athena. <br />Rasa simpatiknya pada Partai Demokrat semakin habis ketika mereka menghukum mati Socrates, guru dan penasehatnya selama 10 tahun. Dia sangat terpukul dengan peristiwa itu sehingga meninggalkan kota Athena. Dari peristiwa itu dia berkeyakinan bahwa "Raja adalah (seharusnya) seorang filsuf atau seorang filsuf adalah Raja". Keyakinan yang tidak akan pernah terjadi.<br />Plato kembali ke Athena pada tahun 387 SM, setelah mengembara di daerah Afrika dan Italia. Pada saat itulah dia memcurahkan separuh hidupnya pada filsafat. Plato lebih berkosentrasi pada tulisan-tulisan ilmu populer dan filsafat yang dia publikasikan. Tulisan-tulisannya lebih banyak tentang diskusi antara Socrates dengan beberapa ilmuwan lainnya. Dari tulisan-tulisan inilah kita jadi tahu beberapa pandangan, ide dan pikiran Socrates, Plato senditi dan beberapa ilmuwan lainnya pada masa itu.<br />Dan pada saat itulah, dia mendirikan sebuah sekolah di daerah barat pinggiran kota. Sekolah ini dikukuhkan sebagai universitas pertama di dunia. Lha, terus dari mana nama akademi muncul? Nama akademi diambil dari nama seorang tokoh gerakan bawah tanah terkenal Yunani, yaitu Academus. Sayangnya, akademi ditutup pada tahun 529 M, oleh Raja Romawi Timur, Jutinian. Walau demikian, istilah itu masih digunakan dalam dunia pendidikan sampai sekarang.Kumpulan Tugashttp://www.blogger.com/profile/13837565921289459680noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3537215133934557427.post-21279071051728583312009-12-29T00:36:00.000-08:002009-12-29T00:39:16.433-08:00TUGAS SEMESTER 1SUPERVISI <br />PENDIDIKAN<br />Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Managemen Pendidikan<br />Dosen Pengampu : Ibu Niron<br /><br /> <br /><br />Oleh :<br /><br /> Bakhtiardi Putra S (07110241001)<br /> Fajar K (07110241013)<br /> Sony Fery A (07110241019)<br /> Atin Sulastri (07110241031)<br /> Agustin Aminih (07110244013)<br /><br /><br />PROGRAM STUDI ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN<br />FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN<br />UNIVERSITAS NEGERI <br />YOGYAKARTA<br />2007<br /><br />BAB I <br /><br />PENDAHULUAN<br /><br />LATAR BELAKANG <br /><br /> Pendidikan merupakan sesuatu yang diperlukan didalam kehidupan manusia, sebab bila tanpa pendidikan ilmu pengetahuan, tekhnologi, seni, ketrampilan, adat kebiasaan dan sebagainya tidak dapat maju atau berhasil dengan baik. Di dalam pendidikan kita akan dapat mencapai hasil yang baik jika kita mengembangkan dan menggunakan prinsip – prinsip Administrasi pendidikan yang benar.<br /> Dalam melaksanakan kegiatan pendidikan masih sering sekali kita jumpai berbagai permasalahan karena kurangnya pemahaman pendidik dalam melaksanakan kegiatan pengajaran. Maka dari itu diperlukan pendidik yang memahami benar akan kegiatan pendidikan baik dan benar. <br /><br />BAB II<br />PEMBAHASAN<br />A. Pengertian<br /> Supervisi adalah bantuan didalam pengembangan pada situasi belajar mengajar untuk menjadi lebih baik. (Kimball Wiles)<br /> Supervisi adalah usaha yang sistematik dan berkesinambungan untuk mendorong dan mengarahkan, menggiatkan pertumbuhan setiap guru, sehingga bertambah lebih efektif. (Briggs dan Justman)<br /> Supervisi adalah suatu service atau pelayanan utamanya yang menyangkut atau memperhatikan pengajaran dan perbaikannya. (Adam dan Dickey)<br />Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa :<br />Supervisi pendidikan itu adalah Usaha-usaha berupa bantuan dan pelayanan pendidikan kepada guru-guru sebagai supervisee, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang untuk menjadikan situasi belajar mengajar menjadi lebih baik.<br /><br />B. Tujuan Supervisi Pendidikan<br /> Tujuan Umum<br />Memperbaiki situasi belakar dan mengajar, jadi baik situasi belajar parasiswa, maupun situasi mengajar para guru. Semakin meningkatnya situasi belajar dan mengajar akan menunjang pendidikan yang lebih efektif.<br /> Tujuan Khusus<br /> Membantu guru memiliki kemampuan yang lebih tinggi didalam pendidikan terhadap muted-muridnya, agar menjadi Warga Negara yang mempunyai sifat-sifat kreatif.<br /> Membantu guru-guru untuk menyadari akan problema-problema yang menyangkut kebutuhan murid-murid dan berusaha untuk menaggulanginya.<br /> Membantu gurur-guru sehingga mereka dapat menilai kegiatannya sendiri.<br /> Mebantu guru-guru untuk menyadari dan menyaring kritik-kritik dari masyarakat, sehingga akan lebih baik nantinya.<br /> Mebantu guru-guru menyadari Tata kerja yang kooperatif dan demokratik.<br /> Mendorong para guru sehingga mereka berkemauan mengembangkan dan meningkatkan ambisi profesionlnya.<br /><br />C. Jenis-jenis supervise<br />ж Supervisi akademik adalah supervise yang menitik beratkan pada masalah akademik, yaitu hal-hal yang berada dalam proses belajar.<br />Contoh : Pengawas yang mengawasi kegiatan belajar mengajar dalam suatu kelas.<br />ж Supervisi Administrasi adalah supervise yang menitik beratkan pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar terlaksananya proses pembelajaran.<br />Contoh : Pembuatan laporan keuangan setiap akhir bulan.<br />ж Supervisis lembaga adalah supervise yang menitik beratkan objek pengamatan pada aspek-aspek yang berada disekolah. Supervise lembaga dimaksudkan untuk menigkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan.<br />Contoh : Pengawasan terhadap kinerja Kepala sekolah, guru dll<br />D. Tekhnik-Tekhnik Supervisi<br />Tekhnik Supervisi Pendidikan adalah suat cara atau jalan yang digunakan oleh Supervisor Pendidikan didalam memberikan pelayananatau bantuan kepada para supervisee.<br />Tekhnik-tekhnik Supervisi Pendidikan itu ada dua jenisnya, yaitu :<br />a. Tekhnik Kelompok (group technique)<br />Didalam tekhnik kelompok Supervisor Pendidikan berhadapan dengan kelompok orang-orang. Pemberian pengarahan secara kelompok termasuk juga didalam tekhnik kelompok. <br />Contoh : Kegiatan pengawasan dalam rapat MKKS.<br />b. Tekhnik Perorangan (individual technique)<br />Berbagai usaha Supervisi yang dilakukan oleh Supervisor Pendidikan, yang dihadapi adalah orang seorang atau pribadi, maka tekhnik tersebut termasuk tekhnik perorangan. <br />Contoh : Membantu pemecahan masalah seorang supervisee yang dilakukan secara perorangan.<br /><br />BAB III<br />PENUTUP<br />KESIMPULAN<br /> Dari uraian kami diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar sekarang ini berjalan kurang begitu baik dan benar. Maka Supervisi Pendidikan sangatlah diperlukan agar kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik sehingga dapa menciptakan suasana belajar yang sangat kondusif.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Purwanto Ngalim M. “Administrasi dan Supervisi Pendidikan”, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1991.<br />Soepardi Imam. “Dasar-dasar Administrasi Pendidikan”, FKIP Universitas Jember, 1988.Kumpulan Tugashttp://www.blogger.com/profile/13837565921289459680noreply@blogger.com0